Chapter 37: Selene, Cahaya yang Padam Di Labirin

12 0 0
                                    

Azzo meraba dinding labirin dengan tangan gemetar. Udara di dalamnya terasa lembap dan berbau pengap. Cahaya lilin yang mereka bawa hanya menerangi sedikit sekitar mereka. Azzo, yang biasanya penuh semangat, kini tampak lemah dan pucat. Dia masih terguncang oleh peristiwa tadi ketika Selene diculik oleh seseorang dengan kekuatan misterius.

"Kita harus cepat menemukan Selene," ucap Ellard dengan suara rendah. "Dia adalah kunci untuk mengungkap rahasia piramid ini."

Azzo mengangguk. Dia merasa bertanggung jawab atas nasib Selene, karena dahulu dialah yang menguji kekuatan dari Selene langsung saat pertama dia bergabung ke dalam kelompok. Mereka berjalan lebih dalam, mengikuti lorong-lorong gelap yang bercabang-cabang. Suara langkah mereka bergema di dinding-dinding batu. Tiba-tiba saja seiring mereka melangkah, mereka dihadapkan pada persimpangan tiga jalan.

"Kita harus memilihnya dengan hati-hati," kata Azzo. "Satu jalan bisa membawa kita ke Selene, yang lain mungkin mengarah pada sesuatu yang akan membahayakan kita, atau bisa juga itu adalah jalan buntu yang bisa menyebabkan kita kehilangan banyak waktu untuk menyelamatkan Selene."

Ellard menatap kedua jalan yang terbuka di depan mereka. "Aku merasa kita harus mengambil jalan tengah," ucapnya. "Itu terasa lebih... benar. Aku juga merasakan beberapa jejak sihir di sana."

Mereka berjalan lebih dalam lagi. Cahaya lilin semakin redup. Suara langkah mereka terdengar semakin samar. Azzo merasa seolah waktu berputar mundur, membawanya ke masa lalu yang gelap. Dia ingat saat pertama kali bertemu Selene, saat mereka berdua berbicara tentang petualangan dan rahasia.

Tiba-tiba sekumpulan monster muncul begitu saja dari bayangan di kegelapan labirin. Kulitnya hitam pekat, matanya merah menyala. Itu adalah monster berjenis mumi, namun mereka memiliki bentuk monster yang berbeda-beda. Azzo langsung saja mengeluarkan pedangnya dan bersiap untuk bertarung. Ellard juga siap dengan mengambil posisi di belakang untuk menggunakan sihirnya. Namun, monster itu tidak menyerang. Sebaliknya, dia berbicara dengan suara serak, dia adalah monster mumi dengan bentuk humanoid seperti manusia. Sepertinya dia adalah pemimpin dari kumpulan monster itu

"Kalian adalah penyusup," kata monster itu. "Kalian ingin mengambil artefak ini untuk kepentingan pribadi. Tapi kalian tidak tahu apa yang sebenarnya ada di dalamnya."

Azzo menggeleng. "Kami hanya ingin menyelamatkan teman kami." Sambil memegang pedangnya dengan erat waspada dengan serangan yang kemungkinan akan terjadi.

Monster itu tertawa. "Hahaha... Dasar pendusta, semua orang yang masuk ke piramid ini mengincar artefak yang ada di dalamnya. Lagipula, temanmu itu sudah mati. Dia adalah salah satu cahaya yang padam di labirin ini. Dan kalian akan mengikuti jejaknya."

"Apa katamu?!" Ellard terkejut mendengar perkataan monster itu.

Sebelum Azzo bisa bereaksi terhadap informasi yang baru saja diterimanya, monster itu menghilang dalam kegelapan. Cahaya lilin mati yang ada di ruang itu pun padam, dan Azzo merasa terhempas dan terjatuh ke dalam jurang yang gelap. Dia merasakan tubuhnya terhempas ke lantai dengan sangat keras. Ketika dia membuka mata, dia berada di ruangan yang gelap dan sunyi. Ellard juga tidak ada di sampingnya. Dia sendirian.

"El, Ellard?! Sial sekali... Sepertinya mumi itu memisahkan kami berdua. Aku harus segera berkumpul dengan Ellard untuk mencari Selene. Teknik Pedang Hampa - Langkah Hampa."

Azzo menguatkan tekadnya saat ia bangkit dari lantai dingin dan gelap itu. Dia tahu bahwa Selene dan Ellard mengandalkannya. Dengan gemetar namun penuh tekad, dia melangkah maju dan berlari secepat mungkin dengan Langkah Hampa miliknya, mencoba mencari jalan keluar dari kegelapan yang membelenggunya.

Sementara itu, Ellard menemukan dirinya di sebuah ruangan bercahaya redup. Dia sadar bahwa dirinya tidak di sana sendirian. Dia menemukan ada seseorang yang tergeletak di depannya. Di hadapannya, Selene terbaring tak bergerak, wajahnya pucat dengan tatapan kosong. Kepedihan menusuk hatinya.

"Selene...," bisiknya dengan suara bergetar.

Tidak ada waktu untuk berduka. Tiba-tiba, suara langkah kaki mendekat, dan Ellard mendongak untuk melihat siapa yang datang, ternyata itu adalah pasukan dari kota Mili.

"Kalian adalah penyusup yang telah berusaha mencuri artefak kami!" teriak pemimpin pasukan Mili.

Ellard mengangkat kedua tangannya, menunjukkan bahwa dia tidak bersenjata. "Kami tidak datang untuk mencuri apa pun. Kami hanya ingin menyelamatkan teman kami, Selene," jawabnya dengan tegas.

Pemimpin pasukan Mili menatapnya dengan curiga. "Kami tidak percaya penyusup seperti kalian." Katanya tajam.

Sementara itu, Azzo terus berlari melalui lorong-lorong gelap, mencoba menemukan jalan kembali ke teman-temannya. Dengan Teknik Pedang Hampa - Langkah Hampa, dia bergerak dengan kecepatan yang luar biasa, hampir seperti bayangan. Setiap langkahnya semakin dekat dengan ruangan tempat Ellard dan Selene berada.

Di ruangan bercahaya redup itu, Ellard merasa begitu putus asa setelah mengetahui kondisi Selene. Dia harus menemukan cara untuk meyakinkan pasukan Mili bahwa mereka bukan musuh. "Dengarkan aku, Selene adalah kunci untuk mengungkap rahasia piramid ini. Jika kalian membiarkan kami menyelamatkannya, kami bisa bekerja sama dengan kalian!" katanya dengan suara penuh harapan.

Pemimpin pasukan Mili terdiam sejenak, lalu mengangguk perlahan. "Baiklah, tetapi jika kalian mencoba sesuatu yang mencurigakan, kalian akan berhadapan dengan kami." Katanya dengan tegas.

Pada saat itu, Azzo tiba-tiba muncul di pintu ruangan. "Ellard! Selene!" teriaknya dengan panik.


Azzo dan Selene

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azzo dan Selene. Ilustrasi oleh Ochan Rizki


Ellard menoleh dan melihat Azzo. "Azzo, kemari! Cepat bantu Selene. Dia butuh bantuan kita secepat mungkin."

Azzo bergegas mendekati Selene dan memeriksa kondisinya. Wajahnya pucat, tetapi masih ada harapan. "A-aku akan mencoba menggunakan energi sisa yang kumiliki untuk menyelamatkannya, sebenarnya apa yang sudah terjadi El?!" katanya sambil menyalurkan energi hampa ke tubuh Selene.

"Aku juga kurang tau dengan situasinya, namun saat aku menemukan Selene, dia sudah seperti ini. Sepertinya mumi itu yang melakukannya." Ucap Ellard berusaha memahami situasinya.

Dengan sentuhan lembut, Azzo dan Ellard mengalirkan energi mereka ke tubuh Selene. Perlahan-lahan, warna pucatnya sedikit berkurang, dan napas dari Selene mulai sedikit stabil. "Dia akan baik-baik saja sepertinya." kata Azzo dengan suara lega.

Pemimpin pasukan Mili mengangguk dengan kagum. "Kalian ternyata berkata dengan jujur. Mungkin kita bisa bekerja sama untuk mengungkap rahasia piramid ini, terutama dengan makhluk mumi misterius yang menghalangi kami."

"Itu tidak masalah, sekarang kami perlu menyelamatkannya terlebih dahulu." Kata Ellard.

Azzo, Ellard, dan pemimpin pasukan Mili memutuskan bersatu untuk melawan ancaman yang lebih besar di dalam piramid itu. Bersama-sama, mereka berniat menjelajahi lebih dalam dan menghadapi mumi itu dengan segala cara serta ingin mengungkap rahasia kuno yang tersembunyi di dalamnya yang kemungkinan berhubungan dengan artefak di labirin Piramid.

Namun, meskipun mereka berusaha sekeras mungkin, kondisi dari Selene masih tetap semakin memburuk. Energi aura dan sihir yang diberikan Azzo maupun Ellard hanya mampu menunda hal yang tak terelakkan. Di tengah usaha mereka, Selene mulai sadar kembali. Azzo dan Ellard berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkannya, tetapi luka yang dideritanya terlalu parah.

Di saat-saat terakhirnya, Selene membuka matanya dan menatap Azzo dan Ellard dengan senyum lemah. "Terima kasih... Karena... Kalian... Sudah berusaha... Demi diriku." bisiknya dengan suara yang nyaris tak terdengar.

...................bersambung...................


TerbangunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang