Tahun D200, suatu tempat di puncak gunung, di antara lembah dan pegunungan Elendig. Kedelapan dewa surgawi atau The Octagon penguasa alam Donya berkumpul. Namun hanya terdapat enam dewa yang hadir.
"dimana Igares? Mengapa dia belum datang? Kukira dia yang membuat pertemuan ini supaya terlaksana, malah dia sendiri yang belum datang" terdengar suara yang berat memenuhi ruangan. Ia adalah Licht, Dewa Cahaya penguasa Sonnensadt
"tenanglah sedikit Licht, cahayamu itu merusak tatanan pecahayaan di sini dan menjadikannya terlalu terang jika kau tetap meninggikan auramu seperti itu." Terdengar suara seorang wanita dengan keberadaannya yang menekan Licht. Ia adalah Elaine, Dewa Samudra penguasa Mili.
"hmpft... untuk apa mengumpulkan The Octagon sekarang setelah ratusan tahun tidak saling bertemu dan berurusan satu sama lain? Benar-benar lancang dia masih berani datang terlambat"
"anggap saja kita sedang reuni, sebagai penguasa kita tidak mempunyai banyak teman kan? Jangan terlalu kaku seperti itu Licht."
"baiklah aku akan lebih fleksibel jika kau berkata seperti itu Elaine. Tidak kusangka kau akan sampai hati membelanya begini."
"hei Licht siapa yang membelanya? Aku hanya mengatakan faktanya kan. Jika tidak seperti itu kita akan cepat mati. Dan ngomong-ngomong tentang mati, dari rumor yang kudengar cahayamu sebentar lagi akan meredup. Sepertinya kau memang menjalani keseharianmu dengan terlalu kaku."
"diamlah Elaine, kau membuatku muak."
"hahaha... sungguh mudah sekali memancingmu Licht. Lagi pula, masih ada seeorang lagi selain Igares yang belum datang. Kenapa kau hanya terpaku ke Igares? Apakah kau punya dendam kepadanya?"
"dendam? Bukan. Aku hanya tidak menyukainya, memang sudah sejak lama aku tidak menyukainya. Semua orang yang sudah datang di sini juga pasti setuju denganku. Igares adalah seorang pribadi yang licik dan penuh dengan intrik."
"aku setuju denganmu Licht, aku juga tidak menyukainya. Dia juga pernah ingin membunuhku. Aku tidak tau apa sebenarnya tujuan yang ingin dia capai. Tapi dengan membunuh dewa lain di Donya akan membuat ketidakseimbangan jika tanpa adanya pengganti Dewa tersebut." Terdengar suara pemuda yang berani menimpali percakapan kedua Dewa yang sudah lama saling kenal itu, pemuda itu bernama Barid, Dewa Es penguasa Althalj.
"ohh... menarik sekali, Barid sampai blak-blakan setuju denganmu Licht. Namun sungguh nahas Barid, dewa es kuat sepertimu bisa hampir dibunuhnya. Sungguh sebuah ironi." Jawab Elaine.
"benar juga, seingatku kau bukanlah orang yang lemah Barid. Apa yang sudah kau lakukan Barid hingga memancing pertarungan dengan Igares? Dan juga kau hampir dibunuhnya? Sungguh tidak masuk akal." Sambung Licht.
"bukan seperti itu Licht, aku tidak selemah itu jika aku bertarung dengan adil melawan Igares. Tapi dia sangatlah licik, politik di negeriku Althalj telah dipermainkan olehnya. Ia memanfaatkan wargaku yang kurang setuju dengan kepemimpinanku, sehingga secara tidak langsung mendukungnya. Bagaimana bisa seorang penguasa sepertiku membunuh rakyatnya sendiri? Akhirnya untuk meminimalisir kerugian di pihak kami, kubagi daratan Althalj menjadi dua, daratan utara dan selatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbangun
FantasyTerlempar ke dunia asing bernama "donya" selama 10 tahun dengan tubuh tak menua sedikitpun, tanpa ingatan. Hanya dengan pecahan ingatan tentang dunia lama yang hancur dan matanya yang berubah warna ketika mengingat kejadian itu. Bermodalkan keingin...