Chapter 14: Istana Langit

12 2 0
                                    


Kami berjalan memasuki area halaman Istana Langit. Namun kami melihat dari kejauhan bahwa pintunya masih tertutup.

"Tunggu di sini, aku akan membuka segel pintunya terlebih dulu" sahut Emilia.

"Baiklah kak Emi. Kami akan menunggu di sini sampai kakak kembali."

"Anak yang pintar."

Whush

Aku yang sedang mengedipkan mata tiba-tiba tersadar bahwa kak Emi sudah menghilang. Cepat sekali, apakah itu sebuah teknik? Atau memang pergerakan tubuhnya yang sungguh sangat amat cepat? Aku tidak sempat melihatnya.

"Azzo, kau lihat itu? Dia menghilang. Dan sekarang sudah ada di depan pintu gerbang istana itu."

"Aku tau, aku bahkan tidak bisa melihat gerakannya."

"Hey bro, ngomong-ngomong sampai kapan kau akan bertingkah seperti anak kecil begitu? Bertingkahlah sesuai umurmu, kau kan sudah bukan anak kecil lagi."

"Apa kau tidak lihat ini badanku sekecil begini? Kau mau aku bertingkah sok dewasa dan bijak dengan badan kecil begini? Aku mau bertingkah sesuai penampilanku. Jangan iri ya..."

"Bukan itu yang aku khawatirkan huft... Aku tidak habis pikir Azzo ternyata otakmu kotor seperti itu ya ternyata."

"Ha? Apa maksudmu itu? Aku kan cuma suka dipeluk. Kau tau kan aku juga merindukan keluargaku. Jadi tidak ada yang salah dengan itu, aku juga ingin dipeluk oleh ibuku kau tau."

"Tapi Azzo, kita baru saja bertemu dia satu kali, dan dia sangatlah kuat. Itu bisa berbahaya jika kau diserang olehnya dengan tiba-tiba."

"Kurasa dia bukanlah orang yang seperti itu El."

"Tapi bukan berarti kita bisa berhenti untuk waspada Azzo, ingatlah kata-kataku. Kita harus selalu waspada di situasi apapun meskipun saat ini situasinya sedang sedikit santai. Jangan sampai lengah intinya."

"Iya-iya aku tau El aku tidak akan lengah. Hey lihatlah El itu di sana, dia ada di depan gerbang istana yang besar itu. Kurasa dia sedang membukakan gerbangnya."

"Aku bisa merasakan dari sini bahwa gerbang itu memiliki segel sihir yang sangatlah rumit. Bagaimana dia bisa dengan mudah membukanya ya? Terlebih lagi bagaimana mungkin dia bisa menggunakan sihir? Seharusnya manusia hanya bisa menggunakan salah satu saja antara Ilmu Sihir ataupun Ilmu Jiwa Pendekar."

"Ingatlah Ellard bodoh, dia bukanlah manusia. Dia itu naga."

"Aku tau Azzo bodoh, dia itu naga tapi dia sedang menggunakan wujud manusia. Dengan wujud manusia seharusnya dia tidak bisa melakukan hal seperti itu, dia harus memilih salah satunya. Dan mengingat dia baru saja berduel denganmu kurasa seharusnya dia memilih menggunakan Ilmu Jiwa Pendekar."

"Aku baru tau hal itu El... Nice Info."

"Aku tidak butuh pujianmu Azzo. Asal kau tau saja, kita dalam situasi yang benar-benar gawat sekarang ini. Kita dihadapkan oleh individu yang bisa memakai Ilmu Sihir sekaligus Ilmu Jiwa. Kalau dia menginginkannya, dia bisa dengan mudahnya membunuh kita saat kita menginjakkan kaki ke istana itu."

"Dengar El, jangan terlalu berburuk sangka pada orang yang bahkan baru saja kita temui, kita memang harus waspada setiap saat, tapi ada kalanya kita juga harus menunjukkan kesopanan kita dengan paling tidak jangan berburuk sangka dulu ke orang tersebut."

"Aku terkejut kau bisa berkata bijak seperti itu Azzo, tidak seperti biasanya saja."

"Terlebih lagi dia mengundang kita ke Istananya, sudah seharusnya kita menerima undangannya, meskipun tanpa mengurangi kewaspadaan kita. Benar kan?"

TerbangunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang