Chapter 34: Kebuntuan dan Bertemunya Rekan Baru

11 0 0
                                    

Tiga tahun telah berlalu, tepatnya tahun D193. Kami tengah berada di Daratan Netral di pegunungan Elendig, wilayah yang tidak termasuk teritori dari Delapan Dewa Surgawi. Aku telah memutuskan untuk melakukan perjalanan bersama dengan temanku yang sekarang menjadi sahabatku Ellard. Dia adalah orang pertama yang kutemui dan dia mengajariku semuanya yang ada di dunia ini atau tempat yang disebut sebagai Donya. Dia bahkan mengajariku berbicara menggunakan bahasa di sini juga dengan membaca maupun menulis. Dia benar-benar orang baik yang sudah menyelamatkan hidupku.

Aku dan Ellard terus melanjutkan perjalanan kami meskipun aku belum mengingat apapun yang terjadi dengan diriku yang sampai terlempar ke Donya, namun kami menyadari sesuatu hal baru. Seiring berjalannya waktu, tubuhku sama sekali tidak berubah meskipun sudah 3 tahun berjalan. Hal ini sering membuatku menjadi pusat perhatian dan menimbulkan banyak pertanyaan dari orang-orang yang kami temui, mengingat kami sempat singgah di beberapa desa selama beberapa bulan juga. Dibandingkan dengan Ellard, tubuhku masih sama seperti pertama aku bertemu dengannya. Saat itu kami bagaikan anak kembar, hanya berbeda di rambut dan warna mata saja kata orang. Namun sekarang Ellard lebih tinggi dariku, dan ini juga membuat beberapa rumor seperti aku yang awet muda dan lainnya.

Suatu hari, saat kami sedang beristirahat di sebuah desa kecil di kaki pegunungan, seorang tetua desa mendekati kami.

"Kalian berdua tampak seperti telah menempuh perjalanan jauh," katanya dengan suara lembut namun penuh wibawa.

"Ada sesuatu yang berbeda denganmu, anak muda." Lanjutnya sambil menatapku dengan mata penuh rasa ingin tahu.

Aku tersenyum tipis. "Ya begitulah, tubuhku tidak tumbuh seperti orang lain. Aku sudah mendengarnya dari orang-orang di desa ketika mereka menanyakan namaku dan Ellard. Sepertinya ada rumor tentang dua anak kecil yang berkelana dan bertalenta namun salah satunya sepertinya tidak menua sedikitpun atau sesuatu semacam itu. Aku tidak tahu bagaimana rumor ini bisa tersebar, tapi aku tidak membiarkan hal itu menghentikanku untuk menjelajahi dunia ini."

Tetua desa mengangguk pelan. "Mungkin ada alasan di balik semua ini. Di pegunungan Elendig, ada sebuah cerita legenda yang diturunkan selama beberapa generasi, cerita tentang seorang anak yang tubuhnya tidak pernah tumbuh ataupun menua. Konon, anak itu memiliki kekuatan yang luar biasa, kekuatan yang bisa mengubah nasib dunia."

Disaat aku sedang merenungi ucapan kakek tetua desa itu, Ellard langsung saja menyahut perkataannya.

"Tuh dengar Azzo, katanya kau memiliki kekuatan yang terpendam! Kalau dipikir itu mungkin saja terjadi kan? Beberapa saat setelah kita bertemu, kau bahkan menemukan buku kitab pendekar pedang. Itu adalah takdir Azzo. Percayalah! Pfft..."

"Diamlah El. Lagian kan sudah kuceritakan tiba-tiba buku ilmu pedang hampa itu muncul begitu saja di depanku ketika aku sedang berjalan, dan aku tersandung karenanya sudah berapa kali aku bilang."

"Ahahaha... Aku benar-benar tidak kuat menahan tertawa, bisa-bisanya kau tersandung oleh buku. Apa kau tidak menggunakan matamu untuk berjalan?"

"Dasar kau...!"

Kakek tetua desa itu pun ikut tertawa. Lalu melanjutkan perkataannya yang sempat terputus tadi. Kami langsung saja berhenti bercanda dan mendengarkannya.

"Benar-benar masa muda, nak aku menceritakanmu cerita itu adalah untuk menyemangatimu. Aku tau petualang kelompok kecil seperti kalian yang terkena semacam rumor akan mengganggu kalian saat bertarung. Aku juga tidak ingin terlalu ingin mengetahui masalahmu jika memang kau tidak ingin menceritakannya, tetapi terlepas dari itu tetaplah bersyukur bahwa kau tidak sendirian dan suatu jalan pasti akan muncul disaat kau menemui masalah yang menurutmu itu buntu. Percayalah pengalaman kakek ini yang mengatakannya. Jangan murung nak, tetaplah semangat!"

"Iya, aku akan berusaha! Terima kasih banyak kakek." Sambil memberi hormat kepada tetua desa tersebut.

Setelah pertemuan dengan tetua desa, keraguan dan pertanyaan semakin menghantui pikiranku. Apakah aku benar-benar memiliki kekuatan? Dan apa hubunganku dengan legenda anak abadi di pegunungan Elendig? Meskipun Ellard selalu bersemangat dan yakin, aku merasa seperti terjebak dalam labirin misteri yang tak kunjung terpecahkan.

Sembari mencari harta karun di reruntuhan pegunungan Elendig karena memang itu sudah pekerjaan kami, kami juga mencari informasi mengenai legenda anak abadi itu. Namun, setelah beberapa hari kami mencari informasinya dengan menanyakan pada penduduk sekitar, mereka hanya menceritakan sesuatu yang sama. Mereka hanya tau tentang ceritanya saja, untuk informasi terkait tempat bahkan awal mula ceritanya mereka sama sekali tidak tau menau, mungkin itulah mengapa ini disebut dengan legenda. Dan kami pun menemui jalan buntu pada masalah ini.

Setahun berlalu sejak pertemuan kami dengan tetua desa di pegunungan Elendig. Sejak saat itu, kami terus menjelajahi Daratan Netral, menghadapi bahaya dan memecahkan teka-teki yang ada di reruntuhan. Meskipun misteri di balik tubuhku yang tidak pernah menua masih belum terpecahkan, semangat petualanganku tetap membara, diikuti keinginanku untuk mengetahui ingatanku yang hilang serta alasanku terlempar ke Donya.

Kini kami tidak hanya berdua. Ada seorang gadis bernama Selene yang ikut masuk ke dalam kelompok petualang kami. Dia bergabung dengan kami setelah bertemu di sebuah kota kecil di antara pegunungan Elendig sekitar sebulan yang lalu. Selene memiliki mata yang tajam dan wajah yang penuh misteri. Dia mengenakan jubah hitam yang terlihat seperti terbuat dari bahan yang tidak biasa. Dia juga merupakan seorang pendekar pedang, namun dia tidak bisa menggunakan auranya. Meski begitu gerakannya sangatlah cepat, dia menjadi garda depan kami dalam mengecoh musuh sementara aku dan Ellard yang memberikan serangan pada mereka. Kami juga akhirnya mengetahui bahwa Selene bisa menggunakan sihir. Sebelumnya kami sempat berpikir aneh mengapa seorang pendekar tidak bisa menggunakan auranya, ternyata dia adalah seorang penyihir. Namun lebih memilih menjadi seorang pendekar pedang. Jadi setelah kami tahu tentang itu, pergerakan kelompok kami menjadi lebih mulus karena Selene juga menggunakan sihir meskipun sihirnya hanya bisa mengecoh para musuh dan mengalihkan perhatian mereka dari aku dan Ellard yang memberikan serangan fatal bagi mereka.

 Jadi setelah kami tahu tentang itu, pergerakan kelompok kami menjadi lebih mulus karena Selene juga menggunakan sihir meskipun sihirnya hanya bisa mengecoh para musuh dan mengalihkan perhatian mereka dari aku dan Ellard yang memberikan serangan f...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selene telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kelompok kami. Dia membawa pengetahuan tentang makhluk-makhluk kuno, bahasa-bahasa yang telah lama terlupakan, dan rahasia-rahasia yang tersembunyi di Daratan Netral. Kami juga sempat mendapatkan artefak berupa empat cincin yang ada di sebuah reruntuhan yang akhirnya kami memutuskan untuk tidak menjualnya. Meskipun awalnya aku skeptis, Selene membuktikan dirinya sebagai teman yang mandiri dan ramah ketika sudah saling mengenal. Dia tidak hanya membantu kami dalam petualangan, tetapi juga menghangatkan hati kami dengan kehadirannya. Begitulah yang kami pikir semuanya lancar, namun takdir memiliki rencana lain. Hari itu, adalah hari terakhir kami bersama dengan selene. Hari yang tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku.

...................bersambung....................

TerbangunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang