Chapter 31: Kepercayaan yang Teruji

17 1 2
                                    

Di dalam Labirin Naga, Azzo dan Lisa 'The Myth' bertarung bersama dengan tujuan agar ilmu berpedang yang dimiliki Lisa bisa dipelajari oleh Azzo khususnya mengenai ilmu pedang hampa.

Aku tidak tau sudah berapa lama kami menelusuri labirin ini, tetapi kami melakukannya dengan lancar. Kami menyerang para monster yang ada di labirin dengan formasi Kak Lisa yang ada di depan dengan serangan brutalnya dilanjutkan olehku. Mengapa kami melakukan formasi begitu? Karena kak Lisa sepertinya ingin mengajarkanku dengan cara menyuruhku melihatnya langsung. Dia bilang tidak begitu bisa mengajari seseorang jadi aku harus melihatnya sendiri, makanya dia menyuruhku untuk melihatnya langsung dari belakang. Jadi dia menjadi garda depan sekarang sedangkan aku adalah yang memberi serangan penghabisan.

"Azzo, kita sudah masuk ke labirin ini selama 2 hari dan ujungnya juga belum terlihat."

"Sudah 2 hari? Pantas saja aku merasa sedikit kelelahan. Hebat juga kakak bisa menghitung waktu di dalam gua ini." Kataku.

"Begitu ya? Kalau begitu kita istirahat terlebih dahulu di sini. Kau juga bisa tidur aku akan memasang area penghalang dan itu bisa menjagamu."

"Lalu kak Lisa mau kemana?"

"Aku tidak akan kemana-mana aku akan membuat penghalang lain di sebelah sana agar kau tidak perlu khawatir jika aku akan menyerangmu. Meskipun itu aku, akan sedikit kesulitan untukku memasuki penghalang yang sudah aku buat sendiri. Itu akan membuatmu aman jangan khawatir dan sebaiknya tidak terlalu mempercayai orang yang baru kau temui kan?"

"Ah iya... Kau benar kak."

Aku tau bahwa kita tidak bisa percaya kepada orang yang baru saja kita temui begitu. Aku yang begitu mudah percaya dengan orang lain, juga dimarahi oleh Ellard tentang hal ini. Dia juga sempat bilang kepadaku hal yang sama dengan kak Lisa. Tapi apakah benar dengan tidak mempercayai semua orang begitu akan memudahkan hidup kita? Maksudku apakah dengan begitu akan aman? Bukankah untuk membentuk sebuah kepercayaan kita harus mempercayai semua orang terlebih dahulu? Aku masih tidak bisa menemukan jawaban mengenai pertanyaan-pertanyaan ini.

Di dalam keheningan pikiranku yang sejenak, kak Lisa tiba-tiba saja memanggil dan memecah keheningan di pikiranku.

"Hei Azzo, kalau begitu aku akan kesana dulu. Aku juga sudah memasang penghalangnya."

Tanpa sadar ternyata aku sudah berada di dalam penghalang yang telah dibuatnya. Aku tertegun dengan kepadatan penghalang yang tercipta. Apakah ini sihir? Bagaimana mungkin kak Lisa yang seorang pendekar pedang bisa menggunakan sihir? Bahkan sekuat ini. Sebelumnya memang aku sudah pernah mendengarnya dari kakek Licht itu tetapi. Tidak kusangka aku akan bertemu lagi dengan seseorang yang telah melewati batasan manusia secepat ini. Tapi tunggu dulu, dia bilang seseorang dengan ilmu pedang hampa adalah seseorang yang kejam. Dia bahkan bisa dengan mudah membunuhku katanya. Tapi kak Lisa ini sepertinya bukan orang jahat. Setidaknya untuk sekarang sih, dia bahkan repot-repot membuatkanku penghalang agar monster labirin tidak bisa menyerangku saat aku tidur dan bahkan mau mengajariku ilmu pedangnya.

Aku mencoba mengumpulkan pikiranku kembali yang kacau.

"Kak Lisa! tunggu... Kenapa kau melakukan semua ini untukku?" tanyaku dengan suara bergetar.

Kak Lisa menatapku dengan mata yang tajam namun lembut.

"Karena aku melihat potensi dalam dirimu," jawabnya.

"Potensi?"

"Benar. Ilmu pedang hampa bukanlah sesuatu yang bisa dipelajari oleh sembarang orang. Hanya mereka yang memiliki hati yang kuat dan tekad yang tak tergoyahkan yang bisa menguasainya. Terlebih lagi konon katanya ilmu pedang ini dapat memilih para penggunanya."

TerbangunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang