Setelah beberapa jam menelusuri reruntuhan pinggiran kota ini dan melihat beberapa keanehan. Aku akhirnya menyimpulkan bahwa reruntuhan di sini dulu merupakan kota Sonnenstadt itu sendiri. Atau lebih tepatnya, bisa dikatakan bahwa tempat ini adalah fasilitas penting seperti kompleks pemerintahan kota Sonnenstadt. Aku mengamati sekitar dengan seksama dan melihat beberapa tulisan bekas reruntuhan yang terjatuh dan berterbangan dimana-mana, beberapa diantaranya seperti bertuliskan rumah sakit, dan dewan. Cukup sulit menemukan tulisan-tulisan yang telah terpecah belah kesana-sini di reruntuhan ini, namun dengan kata "dewan" dan "rumah sakit" sepertinya memang ini kompleks perkantoran penting atau bahkan pemerintahan.
"El, ada sesuatu di sana, sepertinya seseorang."
"apa ada orang lain yang menyelidiki reruntuhan ini selain kita?"
"aku akan melihatnya, kau jangan jauh-jauh dariku El."
"hah? Harusnya kau yang jangan jauh-jauh... eh tunggu Azzo, jangan kesana sendirian. Kalau begitu biar aku menyelidikinya lebih lanjut, kurasa aku harus mengeluarkan sihir pertahanan karena aku sendirian. Sihir Kuno: Penghalang. Dengan sihir penghalang kuno ini setidaknya tidak ada yang bisa menyerangku bahkan menyentuhku, namun sangat merepotkan karena sihir ini berlangsung selama 4 jam dan tidak bisa dinonaktifkan secara paksa, huft ya sudahlah mau bagaimana lagi."
Aku berlari melesat ke arah sosok orang yang tadi kulihat, dan setelah cukup dekat dengannya ternyata aku menemukan bahwa itu adalah seorang wanita yang sedang berdiri melihat-lihat reruntuhan di sekitar sini. Ketika aku melihatnya lagi, dia berdiri dan menatap ke arah dari peccahan tulisan "rahasia" yang melayang di langit. Dia akhirnya juga menyadari keberadaanku ketika aku mendekatinya.
"hei kau kakak yang di sana... kenapa ada di sini? Di sini kan berbahaya..."
"hei... adik kecil, jangan kesini, jangan terlibat dengan kami, jangan mencari tau tentang kami. Dadah.."
"apa maksudnya kak?" ketika aku hampir sampai kearahnya dia menghilang ke dalam kabut dengan tersenyum dan mengatakan hal aneh ke arahku. Aku tidak mengerti apa maksudnya, aku juga mencarinya dengan teliti, bahkan jejak kakinya yang kutemukan pun lenyap tak berbekas. Tidak ada petunjuk sedikitpun kemana dia pergi. Namun satu hal yang pasti dia melihat ke arah pecahan tulisan "Rahasia" yang terbang diatas sini. Tulisan itu semacam tulisan "Ruang Guru" yang pernah kulihat di sekolahku dulu, tertempel di tengah pintu dari ruang kerja guru di sekolahku. Namun yang ini, seperti ada lanjutannya, karena terpotong dan setelah kucari kemanapun potongan tulisan "Rahasia" tersebut tidak ketemu.
"tidak ada dimana-mana lanjutannya. Bikin penasaran aja deh. Sebaiknya aku balik ke Ellard kasian dia kutinggalin hahaha...." di saat aku akan kembali menuju Ellard, aku dicegat oleh Ruin Sentinel yang tiba-tiba mundul entah darimana. Namun yang ini agak sedikit aneh, matanya seolah berkedip-kedip berulang kali.
"Ruin Sentinel ini agak sedikit aneh, dan lagi di sekitar sini kan tidak ada daratan langit, kenapa bisa ada benda ini di sini? Kurasa tidak ada pilihan lain selain menjatuhkannya dulu."
Ruin sentinel itu melaju kearahku dan mengepalkan tinjunya, aku berhasil menghindar dengan melompatinya.
"Teknik Pedang Hampa - Jurus Pertama: Tebasan Tanpa Suara" aku menebas salah satu bagian kakinya, kakinya pun terlepas karena seranganku. Dia akhirnya hilang keseimbangan, namun dapat dengan mudah mengatasinya menggunakan tangan kirinya.
"apa? Tangan kirinya menggantikan kaki kirinya yang sudah tertebas olehku? Memang bisa begitu ya? Curang banget..." Lalu ruin sentinel itu memegang potongan kakinya yang sudah terlepas itu, dan melemparkannya ke arahku.
Aku tidak mengira dia akan melakukan hal itu, memang ruin sentinel satu ini sangatlah berbeda dengan yang lainnya, seolah dia memiliki kecerdasannya sendiri. Aku pun menghindarinya dengan berguling ke arah kanan.
"wah hampir saja, boleh juga kau. Kalau begitu akan ku akhiri ini. Teknik Pedang Hampa – Jurus Kedua: Langkah Hampa ditambah Jurus Pertama-"
"tunggu Azzo, jangan dihancurkan dulu!"
"ha? Kenapa emangnya El? Kau mau aku terbunuh karena membiarkannya menyerangku? Ups hampir aja... tuh liat dia mulai marah. Dan aku hampir saja kena serangannya."
"sabar saja, kita harus mencatat kode yang ada di matanya itu. Sebentar lagi aku selesai mencatatnya."
"jadi daritadi kau yang dikejar oleh benda ini dan mengarahkannya padaku?"
"ssttt.. hal sepele seperti itu tidak usah dipikirkan. Yang lebih penting kau fokus saja menghindarinya dan jangan sampai mati."
"enak sekali kau ngomongnya ya El." Tiba-tiba ruin sentinel itu berguling dan menyerang dengan berputar. Gerakannya tidak terprediksi olehku.
"uwakh"
*bruak* aku terlempar beberapa meter ke belakang terkena serangannya.
"Azzo! Sial... Sepertinya tidak ada pilihan lain, aku harus mengurungnya. Sihir Kuno: Penghalang Enam Sisi." Ellard menggambar segi enam di tanah lalu membakarnya setelah itu, api yang membentuk segi enam tersebut berpindah ke ruin sentinel membentuk semacam dinding transparan berwarna merah kekuningan dengan enam sisi.
"oke terpasang, lalu sekarang, segel enam sisi! Fiuh.... membutuhkan banyak mana untuk menggunakan segel ini. Azzo kau tidak apa-apa kan?"
"uukhh..... sepertinya kepalaku bocor El." Aku menghampiri Ellard dengan memegang kepalaku yang terus mengeluarkan darah
"hah? Begitu aja kepalamu bocor? Lemah sekali, sini kusembuhkan, cepat duduk di depanku sini.
"apa segel itu kuat menahannya? Sepertinya kok berbahaya." Aku melihat ruin sentinel yang tersegel dan ia nampak mengamuk berusaha keluar dari dinding transparan yang mengitarinya itu.
"tenang saja, dengan tingkat tekanan sihirku sekarang, seharusnya itu kuat untuk menahannya seharian."
"terus sekarang apa?"
"tentu saja, melanjutkan catatanku tadi mengenai kode yang ditampilkan di matanya itu, sepertinya itu semacam kode morse."
.................bersambung......................
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbangun
FantasiTerlempar ke dunia asing bernama "donya" selama 10 tahun dengan tubuh tak menua sedikitpun, tanpa ingatan. Hanya dengan pecahan ingatan tentang dunia lama yang hancur dan matanya yang berubah warna ketika mengingat kejadian itu. Bermodalkan keingin...