notes: berubung komen udah lewat 150 jadi mari kita update... gimana kalo next update komennya naik jadi 175? boleh yaa... anyways, VOTE dulu dong cantiks!14.
Jenar bersiap ke kantor, tak lupa pagi tadi ia telah mendului Kiara menyiapkan apa yang bisa ia siapkan untuk meringankan beban pekerjaan Kiara.
"Pagi..." sapa Kiara dengan mata mengantuk.
"Hai, aku udah kukusin tahunya Ajra terus aku juga udah nyalain mesin cuci."
Kiara mendatangi dan memeluk leher Jenar, "makasih."
Jenar mengecup perempuan itu sebentar lalu ia mengambil tas laptopnya, "Kiara, nanti aku mau ketemuan sama temen aku dari Jeju, temen kuliah aku, dia apoteker juga." jelasnya, "boleh aku bawa kerumah ga?"
"Kesini?" tanya Kiara.
"Iya, dia ngajak makan diluar tapi kan repot kalo bawa Ajra."
"Kamu mau ajak Ajra?"
"Sama kamu juga."
"Oh..." Kiara terdiam, "siapa sih?"
Jenar tertawa, "namanya Ryan, dulu sahabat aku pas kuliah terus dia penempatan di Jeju, pas aku dinas waktu itu sempet ketemu lagi, nah sekarang giliran dia yang dipanggil kesini buat meeting sama rumah sakit."
"Ohh gituu..." Kiara mengangguk.
"Denger-denger sih dia ditawarin kuliah lanjutan, semacam spesialis." Kiara menangkap sedikit nada iri dari Jenar.
"Eh Jen, bukannya kalo ga salah dulu kamu sempet kuliah juga tapi ga selesai ya?"
Jenar terdiam, "Hehe iya."
"Kenapa ga selesai?"
"Ehm, yaaa belum sempet aja."
Kiara mengangkat alisnya, "masa?"
Jenar bersandar dimeja pantry lalu menghela nafas, "ga ada biayanya, Ki, kalo ga beasiswa kuliah lanjutan ini lumayan mahal."
"Gaji kamu ga cukup buat lanjut sekolah?" Kiara telah mengetahui gaji Jenar dan ia anggap angkanya cukup besar.
"Cukup kalo aku masih single."
"Lah sekarang?"
"Punya anak sama calon istri." Jenar tertawa. kemudian ia merangkul Kiara, "but it's okay, Kia, i'm happier this way, itu masih bisa dikejar nanti kok, program yang ini maksimal umur 29."
Untuk Jenar itu hanya kurang dari 3 tahun lagi. "are you really okay?"
"Iyaa..." ia menunduk untuk mencium Kiara, "makasih ya udah nanya."
Jenar bersandar pada jendela MRT, perasaan bahagia yang dibawa oleh Kiara dan Ajra jauh lebih besar dibandingkan dengan kecewanya bahwa ia tidak ditawari program beasiswa spesialis oleh rumah sakit.
Pintu MRT terbuka dan seseorang memanggil Jenar, laki-laki itu menoleh dan melihat Nindy. "eh Ndy, sini duduk." Jenar bergeser, kebetulan gerbong itu sedikit kosong karena jam masuk kerja Jenar tidak sama dengan kantor kebanyakan, "mo kemana?"
"Mau ke studio gue, ketemu Revin." jawab Nindy.
"Oh..." Jenar bergumam, "eh anyway, ini buat lo aja ya, tapi dulu gue pikir mantannya Kiara itu Revin."
"Oooh, bukan, bukan, Revin mah ga usah masuk itungan buat dicemburuin deh, dia udah kaya sodara buat gue sama Kiara." jelas Nindy.
"Kalo Marvin masih harus diwaspadai ga?" tanya Jenar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidentally Parents
RomanceKiara dan Jenar pernah bertemu dipernikahan kakak-kakak mereka, usaha mengobrol dengan satu sama lain membuahkan kesimpulan bahwa mereka tidak cocok. Menurut Kia, Jenar itu sok pintar, menurut Jenar, Kia itu berandal. Namun pertemuan kedua membawa p...