7: panik

2.1K 389 94
                                    




notes: halo ayang.. nih buat nemenin weekend dan yg udah doain kerjaan gue lancar, makasih banyak yaaa aiyafiyu sawmach.

Ps. Side note: apoteker biasanya dipanggil 'apoteker + nama' misal: apoteker dimas, apoteker ayu, dll tapi disini gua tulis dokter karena gua males ngetik apoteker maunya 'dr/dok' aja.. sebel ga sih lo sm author pemalas macem gue ini wkwkwkw.





7.

Setelah beberapa hari, cake Ajra yang besar itu ternyata masih bersisa dan Kiara memaksa Jenar untuk membawanya ke kantor.

"Orang kantor lo tau ga sih soal ini?" Kiara merujuk kesemua situasi yang sedang mereka alami.

"Orang kantor gue..." Jenar berpikir sejenak, "boro-boro tau soal ini, tim gue itu cum apeduli sama kerjaan, jadi mereka kayanya ga bakal banyak tanya sih."

Pikirannya melayang ke tim di rumah sakit tempat ia bekerja, hanya ada empat orang diruangannya, dua orang senior, dr. Jordan dan dr. Sefiya, Jenar, dan satu orang junior magang bernama Hanni yang lebih suka scrolling ponsel diwaktu luang dari pada bicara pada orang lain.

"Ga punya temen deket?" tanya Kiara sembari memasukan potongan besar kue kedalam wadah makan sekali pakai.

Jenar menggeleng walaupun ada satu nama yang menggelitik, seorang dokter yang tugas di IGD. Jenar pernah dekat dengannya saat masih junior, mungkin tidak sampai tahap pacaran tapi mereka pernah begitu dekat, perasaan mereka pernah dalam, tapi cukup complicated. Nama dokter itu adalah dr. Yasha.

Yasha lebih tua empat tahun dari Jenar, itulah yang membuat hubungan mereka tidak berjalan mulus, dua tahun lalu saat Jenar masih berusia 24 tahun, Yasha sudah hampir menginjak 28 tahun dan Jenar tau yasha ingin menikah tapi Jenar masih punya banyak tanggung jawab untuk diselesaikan jadi mereka memutuskan untuk tidak lagi 'dekat'. Dan kini Yasha sudah bertunangan dan akan segera menikah dengan rekan sesama dokter.

"Nih, bagiin ke temen kantor ya." Kiara membuyarkan lamunan Jenar dengan menyodorkan kotak besar berisi kue.

"Oke."

"Tapi lo jangan ikut makan." ujar Kiara lagi.

"Kenapa?"

"Kok kenapa? Elo kan emang ga boleh makan gula kebanyakan."

Oh Kiara ingat ya kalo gue resiko diabetes? Jenar mengangguk, "oke."

"Weekend ini kita groceries ya?" ajak Kiara. "kita mulai ganti sereal buat breakfast jadi yang rendah gula, terus gue liat dilemari ga ada diabtic sugar, lo suka ga sih pake begitu?"

Jenar menggeleng, "ga suka rasa gula itu, mending ga manis sekalian." lalu terdengar Ajra merengek dari dalam kamar, sepertinya bayi itu sudah bangun. "bangun tuh." jenar ga bisa pergi mengambil Ajra karena ia sudah pakai sepatu dan berjalan masuk rumah dengan sepatu bisa menimbulkan prahara antara dia dan Kiara.

"Kayanya untuk pancake juga jangan pake mapple syrup lagi, kalo madu aman ga untuk diabetes?" tanya Kiara sambil mengelap tangan.

"Ki, Ajra, Ki..."

"Gue juga mo ngurangin gula sih, serealnya ganti muesli kali ya?"

"Ki, Ajra bangun Kiara!" sahut Jenar saat terdengar Ajra mulai nangis lebih keras.

"Eh tumben deh Ajra bangun-bangun nangis, biasanya ga pernah lho!"

"Ya buruan diambil dari boksnya, malah bawel aja disini."

"Iya Ajraaa ya ampuuun sabarrr cantiiik!" Kiara setengah berlari ke kamar.

"Gue berangkat ya..."Jenar tertawa kecil melihat Kiara.





Accidentally ParentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang