10: sugar high

2.5K 398 85
                                    




notes: ayaaang maaf ya lama ga update, agak cibukk.. ayang vote dulu dong baru baca, terus kalo suka ayang komen dongg... ya? ya? selamat membaca yah ayang...









10.


Jenar ga mimpi kan saat Kiara bilang bahwa ia mau pacaran dengannya?

Laki-laki itu membuka mata dan tidak menemukan Kiara disisinya, hatinya berdenyut tapi kemudian samar-samar ia ingat suara tangisan semalam dan bisikan Kiara bahwa ia yang akan bangun menengok Ajra.

Jenar mencari kedua perempuan kesayangannya dan menemukan Kiara tidur dikarpet didepan TV dengan Ajra yang juga tengah bermalas-malasan diatas Kiara. Iya, Ajra meletakan separuh badannya dipunggung Kiara sedangkan kakinya berada diatas bean bag disebelah Kiara.

Jenar duduk dikarpet didekat keduanya, sangat menyebalkan melihat Kiara dan Ajra punya wajah tidur yang mirip sekali, bibirnya sama-sama manyun. Jenar gemas sampai kesal sendiri.

Terlalu gemesin! Batin Jenar.

"Selamat pagi, tuan puteri." Jenar memindahkan Ajra dari punggung Kiara dan membiarkan Ajra tidur diatas bean bag sedangkan kini Jenar menempatkan diri disebelah Kiara, tidur menyamping menghadap perempuan cantik itu, "pagi, Kiara..." ujarnya lembut sambil mengecup pipi Kiara.

"Hmm..." Kiara membalas dalam tidurnya.

"Kok lanjut tidur disini?" tanya Jenar, "kenapa ga di kamar."

"Hmmtu... Jra, mmaunya nton vi." jawabnya malas. "teething gi, tantrumm maramarah." lanjutnya masih dengan mata tertutup.

"Ajra mau tumbuh gigi lagi? Demam ga?" Jenar memeriksa bayi itu, "oh engga kok."

"Bisa-bisa gwe yang mam kalo bobo dilante gini..." gumam Kiara lagi. Masih ga jelas.

"Iya, disini dingin." Jenar mengambil selimut tipis dari sofa lalu menyelimuti Kiara, ia sendiri ikut tiduran dan memeluk Kiara erat, "sini biar gue angetin."

"Jan macem-macemm ya, ngntuuk." gumamnya lagi.

"Ga macem-macem, cuma satu macem." Jenar mengecup rambut Kiara lalu menciumi wajah perempuan itu.

"Jenaaaaar..." Kiara mendorong Jenar yang menganggunya.

"Naaaawwr." beo Ajra, lalu bayi itu bangun dan merangkak kearah kedua orang dewasa yang tengah cuddling, "naaaawwwr."

"Eh Ajra bisa bilang Jenar lhooo." Jenar menoleh kearah Ajra, "Jenar ya, Ajra? Jenaar... gitu."

"Ah ga adil! Kan gue terus yang bareng dia, kenapa dia bisa bilang Jenar duluan?" Kiara protes dengan matanya yang maish tertutup.

"Lo sering curhat soal gue kali ke Ajra, sering nyebut-nyebut nama gue ya?" goda Jenar.

"Ngarep."

"Ajaaa!" Ajra merubuhkan diri diatas Jenar dan Kiara, "Ajaaa!!"

"Ajra? iya ini Ajra." ulang Jenar sembari menunjuk dada Ajra. "Ini Jenar." ia menunjuk dirinya sendiri. "Ini bibik Kiara."

"Jenar..." ujar Kiara.

"Bercanda, bercanda." Jenar memegangi tubuh gempal Ajra yang berusaha masuk ketengah-tengah antara ia dan Kiara, "Ajra mau ditengah?"

"AJAAA!!"

"Heeeh kok teriak-teriak sih anak cantik?" Jenar memberi kode untuk diam.

"Ajaa?" kini bayi itu berbisik.

"Aaaa gemes banget sih anak Jenar." ujar laki-laki itu.

Kini Kiara membuka matanya, "enak aja anak Jenar, anak Jenar... anak Kiara ini..." Kiara merebut Ajra dan menciumi pipinya, anak Kiara masih gatel ga gusinya? mo tumbuh gigi yaa anak Kiara."

Accidentally ParentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang