notes: enak banget ya kalo bikin cerita tinggal ganti nama sama beberapa situasi, sedangkan nulis Sky Satellite pake mikir... >< enjoy ya yang... jangan lupain vote sama komen dong walopun gue tau ceritanya belum panas.2.
"Sekarang gimana?" tanya Jenar. Dia menggeser kopernya dengan kaki ke arah dinding setelah memasuki ruang apartemen milik Ken dan Jess.
Kiara melihat-lihat, dia belum pernah ke sini sebelumnya. Apartemen ini cukup besar untuk dua orang. Kompleks apartemennya juga cukup baik. Bangunannya kecil empat tingkat, tetapi setiap unit menempati seluruh lantai, mereka berada di lantai dua, dan apartemen itu adalah apartemen tiga kamar tidur dengan ruang tamu dan dapur yang relatif besar, ga ada meja makan, cuma ada meja bar dengan kursi tinggi, bagian tengah apartemenpun hanya karpet, kursi dan meja tamu ada dipinggir tembok.
"Ga tau." Kiara mengangkat bahunya, dia tinggal sendirian di apartemen studio tanpa bayi, jadi ini juga hal baru baginya. "Ajra belum sampe ya?"
"Wow, mereka punya mesin cuci." kata Jenar saat melihat mesin cuci didapur tanpa menjawab pertanyaan Kiara.
"Lo ga pernah liat mesin cuci apa gimana?"
"Pernah," dia memutar matanya, "tapi di apartemen gue ga ada, tiap nyuci harus ke laundry coin."
Kiara ingat jenar bilang ia tinggal di asrama Rumah Sakit, "Jadi elo tuh dokter atau...?"
"Cuma apoteker, jauh dari sebutan dokter, gue ga pernah belajar bedah atau semacamnya..." jawab Jenar.
"Tapi gue pernah liat beberapa apoteker juga memeriksa pasien." Kiara duduk di sofa.
"Mereka Pharm.D, dokter farmasi, butuh sekolah lagi, ambil spesialis, yaa mirip-mirip sama jadi dokter." Jenar berjalan berkeliling memeriksa kamar, dia menemukan satu kamar penuh dengan mainan, "gue ga pernah liat warna pink sebanyak ini seumur hidup." Dia bergumam.
Kiara mengikutinya, "Kamar Ajra? Gemes."
Mereka berdua berkeliaran di kamar bayi, dia punya banyak mainan, banyak boneka, kebanyakan Hello Kitty dan beberapa unicorn sama boneka-boneka princess. Kamar itu punya pintu penghubung ke kamar tidur utama, ga besar tapi cukup untuk menampung satu tempat tidur ukuran queen, lemari, rak buku sedang yang sebagian besar diisi dengan bingkai foto, kotak kecil sampel parfum, botol-botol vitamin, alat tulis, dan barang-barang pribadi lainnya.
Usai melihat-lihat, mereka pindah ke kamar lain, "ini mungkin kamar tamu." kata Jenar.
Kemudian mereka berdua terdiam sejenak sebelum berbicara berbarengan,
"Lo di kamar tidur utama." kata Jenar.
"Gue mo dikamar tamu." kata Kia.
Mereka terkejut.
"Engga," kata Kiara, "ga bakal mau gue tidur di ranjang Ken."
"Ya gue juga ga mau! Gue—"
"Takut kan lo? Takut hantu? Badan lo gede trus takut hantu??" tanya Kiara.
"Gue? Gue kerja di rumah sakit kalo lo lupa, asrama gue di gedung yang pemandangannya bangsal yang ada kamar mayatnya." Jenar mendengus, "mungkin elo kali yang takut? Little scaredy cat?" ejek Jenar.
"Misi ya," Kiara mendengus, "gue kerja dimalam hari, dan tiap pulang kerja gue harus jalan lewat taman kosong. Terus lo pikir gue takut sama hal kaya gitu?"
Jenar mengangkat bahunya.
"Ini masalah integritas, oke? Gue tidak bisa tidur ditempat tidur almarhum kakak gue." Ujar Kiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidentally Parents
عاطفيةKiara dan Jenar pernah bertemu dipernikahan kakak-kakak mereka, usaha mengobrol dengan satu sama lain membuahkan kesimpulan bahwa mereka tidak cocok. Menurut Kia, Jenar itu sok pintar, menurut Jenar, Kia itu berandal. Namun pertemuan kedua membawa p...