12

59 10 0
                                    

Harumi duduk ditempat duduknya, ia lalu mencoba untuk mendengarkan musik dari headset nya yang cocok dengan suasana pagi. Lagu Day6 You Make Me dirasa cukup cocok dengan alunan yang cukup pelan, seenggaknya ga mellow mellow amat

Johan tersenyum melihat ketenangan Harumi, ia lalu mencopot salah satu headset Harumi hingga perempuan itu mendesah, lagunya belom selesai padahal

"Apaan sih Jo, ah gue lagi males debat", Johan duduk dikursinya yang berada disamping Harumi lalu mengeluarkan kartu undangan berwarna abu-abu berpita merah

"Apaan nih?"

"Kakak gue mau nikah"

"Widiiih, gue di undangan? Aseeeek"

"Kagak, lu jadi pasangan gue di penerima tamu", Harumi terkejut tapi juga senang mendengarkan nya

"Ihhhh ga bilang dari jauh-jauh hari. Kalo gitu kan gue skincare an dulu biar mulus"

"Udah mulus kok"

"Biar makin cantik"

"Udah ngapain sih cantik-cantik. Jadi cewek yang apa adanya aja", Johan mendecak mendengar penuturan Harumi

"Riki juga jadi penerima tamu?", Johan menggeleng, ibundanya cuma meminta 2 pasangan. Satu pasangan dari pihak cowok dan satu pasangan dari pihak cewek. Jadi Johan cuma ngajak Harumi

"Tapi diundangkan?", Johan mengangguk, tidak lupa mencantumkan nama salah satu temannya lagi lengkap dengan kata-kata

'Riki dan pasangan'

Entah siapa yang akan Riki bawa, yang jelas kalau dia bawa cewek beneran bakal jadi bahan ceng cengan satu grup obrolan mereka bertiga

"Nanti pulang sekolah mau ikut jenguk ibunya Riki ga. Katanya udah pulang kerumahnya"

Johan menggeleng, "Engga deh gabisa. Pulang nanti gue yang bagian nyebarin undangan", Harumi mengerti, satu keluarga akan sibuk menjelang pernikahan salah satu anggotanya, dulu dia juga gitu pas sepupunya nikahan, ada aja Job yang di tugas in ke dia walaupun pekerjaan ringan

Pulang sekolah, Riki sudah mengabari Harumi kalau dia menunggunya di gerbang sekolah, Harumi hanya membacanya lalu merapihkan barang-barang dan keluar dari kelas, Johan sudah keluar lebih dulu saat Harumi mengecek ponselnya tadi

Tapi ternyata Harumi melihat Johan yang sedang duduk di motornya mengobrol dengan Riki yang berdiri tak jauh dari sana. Harumi menghampirinya kedua orang itu sambil menepuk Johan, "Kirain udah pulang"

"Ngasih undangan doang, ini juga udah mau pulang. Kasian tadi Riki nungguin lu sendirian. Gue duluan Rik, Mi", Riki dan Harumi mengangguk lalu membiarkan Johan berlalu dengan motornya






🐥

Harumi dan Riki berjalan berdampingan dibahu jalan sambil Riki bercerita soal undangan yang ditulis sama Johan, apa maksudnya dengan pasangan padahal jelas-jelas Johan tau Riki tidak dekat dengan perempuan mana pun

"Aku denger dari kak Johan kakak jadi pager ayu nya ya?", Harumi mengangguk sambil tersenyum

"Kamu jangan lupa Dateng dek, kalo bisa bawa pasangannya juga"

"Kak Haruuuuuu", Harumi tertawa melihat wajah Riki yang terlihat kesal itu. Lucu juga

"Iya iya, yaudah mana rumah mu?", Riki menunjuk ke arah bangunan yang terkesan sangat sederhana berwarna pink, ibunya suka warna pink soalnya

Kesan pertama saat Harumi menginjakkan rumahnya di rumah Riki adalah Sepi dan dingin, bukan karena dingin angin ataupun pendingin ruangan, melainkan suasananya

Harumi menaruh buah-buahan yang sebelumnya ia beli ke meja ruang tamu, ia duduk di sofa panjang berbahan dasar kayu seperti sofa rumah jaman dulu, terkesan jadul namun vintage, Harumi suka

"Maaf ya rumahnya kecil", ucap Riki sambil membersihkan beberapa baju yang numpuk dipinggir sofa, daripada kecil Harumi malah berkata jika rumah ini tergolong vintage sederhana

"Ibu kamu dimana dek?",

"Ada di kamar. Nanti aku panggil in dulu"

"Gausah, gapapa. Masa baru sembuh suruh bergerak sih". Riki tersenyum, ia membawa baju-baju itu ke salah satu kamar, cuma ada 2 kamar disana. Dan Riki menempati satu kamar sendirian, sedangkan kakaknya tidur bersama ibundanya

"Kak Haru, masuk aja yuk ke kamar. Boleh kok sama ibu"

"Eh? Kamar kamu?"

"Iya yuk", ucap Riki sambil memasang wajah tengilnya

"Serius Riki", mata Harumi langsung saja terbuka lebar, bukan karena senang tapi karena kaget pertama kali main kerumah Riki langsung diajakin ke kamar, sama Johan aja gapernah. Paling sampe depan kamarnya aja

"Kamar ibu lah kak, kan kakak kesini mau jenguk ibu bukan mau main ps", Harumi cemberut, kirain beneran, udah takut aja dia

Harumi bangkit dari duduknya sambil membawa buah-buahan lalu memasuki kamar utama dirumahnya itu, kamarnya agak kecil persis seperti kamarnya. Riki membuka pintu kamar ibunya dan mempersilahkan Harumi masuk terlebih dahulu

"Misi bu, saya Harumi temannya Riki"

"Oh Harumi kakak kelasnya Riki itu bukan?"

"Iya bu" bukan Harumi yang menjawabnya melainkan Riki yang sedang menutup pintu kamar ibunya

"Bener kata kamu Rik, cantik. Kamu kesini naik apa? Riki jail ga kalo disekolah? Ga nyaman ya dirumah ini? Maaf ya rumahnya kecil. Kamu kok diem aja? Sakit ya?", Harumi menggeleng sambil tersenyum lembut

"Bukannya sakit bu, tapi bingung jawab nya. Ibu nanya banyak banget",

"Walah hahaha, kirain beneran sakit",

"Engga dong bu. Rumi nyaman kok disini, vintage gitu. Terus kalo disekolah tuh Riki kebanyakan diem bu, gabakal buka suara kalo ga ditanya duluan", Harumi suka melihat ibunda Riki yang mendengarkan dengan baik curhatnya sama seperti bundanya dirumah, cuma bedanya Harumi akan bercerita dengan bundanya jika bundanya ada waktu aja dirumah, kalo dia sibuk kerja ya engga curhat

"Riki tuh aslinya lumayan iseng, ibu juga kadang capek ladenin nya. Apalagi kalo dia lagi debat sama kakaknya. Riki tuh deket sama ibu makanya kadang sering cerita, tapi dia sukanya cerita yang senang-senangnya aja, makanya dia sering cerita tentang kamu sama temen mu juga. Ibu ikut seneng karena Riki ga jadi korban bullying disekolah karena dia anaknya pendiem kalo ketemu orang baru", Harumi mengangguk menanggapi cerita ibunya Riki. Ia baru tau ternyata Riki orang yang kayak gitu kalau dirumah, ia kira Riki diluar maupun di dalam rumah orang nya sangat tertutup

"Ibu jangan buka kartu dong", Riki cemberut didepan ibunya, Harumi tertawa melihat itu

Padahal Riki sendiri diam-diam tersenyum mendengar Harumi dan ibunya saling bertukar cerita, walaupun nge ghibah in dirinya tepat didepan matanya sendiri. Harumi memang mirip dengan ibunya

"Ibu kamu enak juga ya diajak ngomong, kayak bunda hihihi", Riki memperhatikan Harumi yang jalan disampingnya sambil tersenyum

"Bedanya kalo bunda, harus ada waktu dulu buat cerita. Kalo engga ya dia sibuk sama kerjaannya", sambungnya sambil berjalan diatas trotoar, Riki yang berjalan disamping trotoar itu ikut memperhatikan langkah kaki Harumi

"Maaf ya rumahnya kecil ga kayak rumah kakak",

"Kok ngomongnya gitu dek, kan aku bilang aku nyaman dirumah kamu"

Harumi meloncati trotoar yang kosong tetapi ternyata ia salah di batu pijakannya membuat dirinya oleng ke arah jalan kalau engga ditarik lebih dulu oleh Riki

Harumi tersenyum manis didekat wajah Riki yang masih menahan tubuhnya, "Makasih Riki udah nangkep"










🐥

Fate And Hate - Nishimura RikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang