Harumi terkejut saat membuka gerbangnya dan melihat Johan yang sudah stay disana, diatas motornya sambil menampilkan senyuman yang menurut Harumi lucu kayak marmut
"Tumben jemput gue, biasanya ketemuan langsung di sekolah. Ada angin apa nih?", Mulutnya berkomentar tetapi tangannya tetap menerima helm yang Johan berikan padanya
"Ngomel mulu buk, sekarang gue yang jemput lo"
"Gratis ya, kalo gratis gue mau" ucapnya sambil mencoba naik ke atas jok motor bagian belakang
"Di dunia mana ada yang gratis", Harumi mendecak, mengambil ancang-ancang untuk turun dari motor Johan karena takut disuruh bayar
"Bayar pake hati lo aja",
"Gila. Gue cuma punya satu hati, jangan dijual ntar gue mati"
"Mati karena keimutan gue?" Tawa Harumi pecah bersamaan dengan motor Johan yang melaju menuju sekolah
Di halte, Riki menunggu Harumi seperti biasanya. Sekitar 20 menit ia mengunggu hingga beberapa kali bus telah lewat, Riki memutuskan untuk pergi saja. Padahal tidak biasa-biasa nya Harumi datang sangat telat
Sekolah sudah sangat ramai ketika Riki sudah sampai disekolah, bahkan gerbang sekolah sudah ditutup setengahnya pertanda sedikit lagi sudah mau bel masuk, untung saja Riki datang tepat waktu
"Tumben banget kamu dateng jam segini, biasanya pagi-pagi sudah dateng sama nak Harumi", Riki hanya tersenyum menanggapi satpam sekolah yang ternyata sudah mengenali dirinya yang biasa berangkat bersama Harumi. Baru saja Riki datang ke kelasnya bertepatan dengan bel masuk berbunyi
Jam istirahat, ia tidak berniat keluar dari kelasnya tetapi Harumi dan Johan menghampiri nya di lorong menuju kantin, mengajak untuk ke kantin. Alhasil Riki menurutinya
🐥
"Riki!", Riki menoleh, mendapati Yumna yang berlari menghampirinya
"Mau ke ruang club kan? Ayo bareng", Yumna merangkul lengan atas Riki tanpa sadar, kebiasaanya jika jalan bersama teman-temannya
Riki yang kaget langsung melepaskan rangkulannya itu, "Eh sorry sorry lupa", Riki hanya menoleh ke arah Yumna sekilas lalu berjalan mendahului nya
Sudah lama ia tidak datang ke ruangan club, karena tiap agenda kumpul Riki selalu mengabaikannya membuat beberapa seniornya itu marah pada Riki,
"Kemana aja lo, masih inget sama club?", Riki menundukkan kepalanya lalu berjalan mendahului seniornya itu
"Heh, Riki! Gue ngomong sama lo ya. Udah berapa kali gue nge chatt lu buat agenda kumpul lo ga pernah dateng. Bahkan lo jadi anggota pasif di grup dan ga pernah dateng ke sini lagi. Masih mau jadi anggota club?", Dari awal Riki sudah bimbang setelah beberapa Minggu gabung ke club, ternyata ada beberapa anggota yang isinya orang-orang dengan ambisius tinggi tanpa usaha, alias ngomong doang ujung-ujungnya nyuruh Anggota lain ngewujud in angan-angan dia, Riki muak. Tapi Riki bisa apa?
"Maaf kak", cuma itu yang bisa Riki katakan
"Maaf maaf. Kalo ga ada niat buat serius di club keluar aja. Toh banyak anak seangkatan lo yang lebih kreatif dan lebih aktif daripada lo",
"Kak", Yumna memberhentikan seruan seniornya itu. Memang semenjak Riki dan Yumna memenangkan kejuaraan waktu itu, club mereka menjadi agak terkenal dan mengundang beberapa minat siswa lain jadi anggota club makin bertambah karena Yumna dan Riki
"Yaudah kak, kalo gitu Riki izin ngundur in diri", Riki menyelampir kan tas ke pundaknya lalu berjalan begitu saja keluar dari ruangan club yang terdapat beberapa orang, tidak seperti pertama kali ia masuk ke ruang club itu yang hanya ada Yumna. Club sekarang sudah beranggotakan 14 orang dari angkatannya
"Riki!", Tanpa menoleh Riki sudah tau orang yang memanggilnya itu, orang itu sudah menghadang jalan Riki
"Lo beneran mau keluar?", Riki mengangguk
"Gausah ngambil keputusan pas lagi emosi Ki"
"Lo liat gue emosi gak?", Yumna memperhatikan wajah Riki yang terlihat datar, ia kemudian menggeleng lemah
"Nah makanya. Awas, gue pulang", Riki mendorong pelan Yumna hingga menyingkirkan agar ia bisa jalan
Riki berjalan pelan sambil menunduk ke arah gerbang melewati lapangan futsal, ia berhenti sejenak lalu memperhatikan beberapa pemain futsal yang sedang berlatih. Dulu impiannya pernah ingin menjadi pemain bola, karena ayahnya atlet futsal nasional, tetapi karena sang ayah meninggal terkena serangan jantung di tengah lapangan hijau saat bertanding, Riki takut takdirnya sama seperti ayahnya itu
"Mau join club futsal?", Riki menoleh ke samping, ke arah seorang pria yang berdiri disampingnya, tubuhnya pria itu ditopang oleh salah satu tongkat di ketiak nya karena salah satu kakinya diperban
Riki menggeleng membuat pria itu tersenyum, "Gapapa kali kalo mau join mah jangan diliatin doang. Semenjak ketua club yang namanya Jake lulus, anggota club kurang pemain, bahkan lapangan suka sepi karena gaada ciwi ciwi yang nongkrong lagi",
Riki menaikan salah satu alisnya, bingung dengan alasan pria ini berkata demikian tuh apa
"Lo tuh adeknya Harumi bukan sih? Dia sering manggil lo dek, dek gitu", entah, Riki juga bingung mendeskripsikan nya sekarang. Hati nya ingin ia lebih dari seorang adik ke kakak perempuannya tapi logika ia hanya ingin menjadi seorang adik perempuan yang ternyata terkenal disekolah nya itu
"Join aja", Riki memperhatikan orang disampingnya ini lalu melihat penampilannya dari atas ke bawah
"Kenapa liatin? Aneh ya?, Kaki gue patah pas lagi pertandingan futsal kemarin. Tapi gue ga nyesel, karena cedera pas lagi ngelakuin hobi kita tuh suatu hal yang gak akan kita benci, apalagi kalau diambil nyawanya pas lagi asik-asiknya ngejalanin hobi", laki-laki itu tersenyum tipis sambil memperhatikan orang-orang didalam rumput hijau
"Kalau mau gabung, kita latihan selasa sama kamis jam 3 sampe jam 6 sore",
Riki melihat ke langit, tanpa sepengetahuan nya orang yang berdiri di sampingnya melakukan hal yang sama. "Kayaknya bakal ujan deres, mending pulang sono lu", ucap orang itu sebelum berjalan memasuki lapangan hijau, entah ngusir secara halus entah emang perhatian
🐥
Hari ini aku update double gais xixixi. Tinggalin jejak jangan lupa ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate And Hate - Nishimura Riki
RandomIngat apa kata bapak BJ. Habibie "Kamu yang jungkir balik, saya yang dapat"