25

134 7 0
                                    

"Ya udah ga kaget sih gue kalo kalian jadian", ucap Yumna melihat senyuman kedua pasangan baru didepannya ini

"Kalo aku kaget loh yang, ini si Haru katanya gamau pacaran sampe aku ditolak. Sekarang malah bucin gini sama junior", Harumi maupun Riki tertawa, bukan karena ucapan Johan, melainkan Yumna yang tiba-tiba memukul pelan paha pacarnya itu

"Bahas aja terus", iri dia soalnya kalo Johan bahas bahas masa lalunya bersama Harumi

"Oiya kak Haru, Riki kita double date yuk",

"Bole bole, kemana?" Harumi menanggapi ucapan Yumna dengan semangat

"Kak Mimi emangnya ga latihan taekwondo?", Harumi tersenyum melihat Riki yang memanggilnya manja, sumpah kayak anak paud yang takut ditinggal emaknya pertama kali sekolah

"Gapapa ki", Tangan Harumi tidak tahan untuk sekedar mencubit pipi Riki hingga keduanya sama-sama tertawa

"Heh! Apa-apaan lo sekretaris club masa gak latihan gara-gara ngebucin" Johan marah tiba-tiba meninggikan suaranya menegur Harumi, Harumi tentu malu mendapatkan banyak lirikan dari orang-orang di kantin

"Bacot bener"

"Kak mulut"

"Eh iya maap", Harumi tersenyum anggun ke arah Riki lalu masam saat wajahnya menghadap ke Johan

"Minggu kemaren lo juga gak latihan, pas gue liat sw lo lagi sama Yumna. Ketua club kok gitu, bisa kasih contoh ke anggota yang lain ga? Kalo gabisa diem aja" Johan kicep, bener-bener kicep langsung di bantai oleh ucapan Harumi sampe dia malu sendiri

"Gapapa kak di skip aja dulu jalan-jalannya, iki juga nanti ada latihan futsal. Nanti kita pulang bareng ya", dih, sekarang bukan Johan aja yang cengo, Yumna pun ikut cengo mendengar nama panggilan Riki yang berubah menjadi imut










🐥

Setelah berganti baju seragamnya, Harumi melipat baju latihannya dan memperbaiki penampilannya di ruang ganti Anggota club taekwondo wanita

"Tumben banget kak udah rapih, wangi lagi. Mau kemana kak", Harumi menoleh, melihat ke arah Juniornya yang sedang memakai baju

"Pulang lah"

"Biasanya langsung pulang aja gitu pake kaos bebas sama celana latihan",

Harumi tertawa sambil merapikan peralatannya, "Gapapa, yaudah aku duluan ya"

Tanpa menunggu jawaban dari adik tingkatnya itu Harumi keluar dari ruang ganti club menuju pintu keluar

"Cie elah yang mau jemput pangeran di lapangan futsal", Harumi mendecak melihat Johan yang sedang di elapi keringet nya sama Yumna

"Bacot!. Yang gapunya tangan buat ngelap keringet gausah ikutan. Canda keringet" Johan musuh-musuh sendiri mendengar guyonan yang suka ia pakai malah dipakai Yumna sekarang, dirinya ingin menggeplak kepala Harumi kalau saja tak ditahan oleh Yumna

"Untung aja ditahan Yumna, kalo engga udah gue banting lu", Harumi hanya menjulurkan lidahnya ke arah Johan lalu pergi begitu saja

Sebenernya sebelum ke lapangan futsal, Harumi menyempatkan diri ke warung di gang samping sekolahnya untuk membeli cappucino cincau dan sebotol air mineral untuk Riki

Harumi tersenyum melihat Riki yang sedang asyik bermain futsal tanpa sadar Harumi sedang memperhatikan dari tribun penonton, wajahnya sangat terlihat gembira kontras dengan keringatnya yang sudah mengguyur seluruh wajahnya

"Woy oper, oper!" Riki berseru kepada teman se tim nya untuk mengoper bola ke arahnya yang sudah berdiri di dekat gawang lawan dan selanjutnya Riki berhasil memasukkan bola ke dalam tim lawan hingga anggota se tim nya berteriak gol

Harumi senang sambil bertepuk tangan hingga terdengar oleh Riki, Riki tersenyum sok ganteng ke arah Riki, senyum miring sambil mengangkat sebelah alisnya, ia lalu mengedipkan sebelah matanya ke arah Harumi membuat perempuan nya itu ngerasa aneh melihat wajah Riki

"Jijik!", Ucap Harumi sedikit berteriak. Riki mengangguk angguk senang sambil memberikan sign heart menggunakan tangannya sebelum ia bermain kembali mendengar suara pluit dari wasit

"Love you tuuu",

Dih? Budek kali kupingnya yak

Riki melambaikan tangannya ke arah Harumi sambil berlari ke arah perempuan itu dan duduk disampingnya

"Apa nih", Riki mengambil capuccino cincau punya Harumi

"Ih iki punya akuuuu", bukannya berhenti Riki malah meminumnya

"Kamu yang ini nih. Kalo abis latihan jangan langsung minum air dingin kenapa sih", Harumi menyodorkan botol air mineral ke pada Riki dan menyambar capuccino cincau nya yang sekarang sisa sedikit

"Ck. Kan abis. Iki maaaah", Harumi menonjok-nonjok manja lengan Riki

"Iya yaudah maaf nanti iki beliin lagi ya sayang", Harumi terdiam, bukannya senang karena capuccino cincau nya dibeliin lagi tapi karena senang mendengar cara Riki memanggilnya

"Udah selesai?", Suara Harumi berubah menjadi agak lembut, Riki tersenyum lalu mengangguk. Ia melipat kakinya dan merubah tubuhnya untuk menghadap ke arah Harumi

"Hari ini ada cerita apa?", Harumi terlihat berfikir lalu menggeleng sambil tersenyum

"Gaada apa-apa aku selalu semangat tiap mikirin kamu", Riki tertawa lalu mengacak rambut Harumi

"Sayang banget sih ih iki sama kakak tuh, yuk ah cepetan"

"Kemana?"

"Ke pelaminan nya hehehe", Tangan Harumi menonjok Riki lagi, sekarang Riki merasakan sakit

"Kakak kalo salting mainannya fisik ih", Harumi tertawa melihat Riki yang mengusap bekas yang ia tonjok tadi

"Mana saya tau. Udah habit nya begini"

"Yaudah ganti habit ya, kalo salting cium Riki aja",

"Ye maunya kamu itumah", Riki tertawa lagi, ia merenggangkan tubuhnya sambil memperhatikan teman-temannya yang satu persatu melewati dirinya untuk pulang sambil melambaikan tangan, tak jarang beberapa anggota futsal lain menegur Riki agar tidak pacaran terus, Riki tidak menanggapinya. Dimatanya Harumi bagaikan lampu dan dirinya bagaikan laron, sampai ia tidak bisa mengalihkan perhatiannya kepada orang lain karena matanya terus tertuju pada lampu yang berada di depannya ini

"Riki dengerin gak?"

"Hah?"

"Ck kan malah bengong"

"Hehehe maaf, abisan kamu terlalu menarik, hari ini kamu pake parfum ya?",

"Kok tau?"

"Tau lah orang kecium sampe sini kayak kuburan baru, haha--AAAAAHK IYA AMPUN AMPUUUN", Riki berlari ke arah lapangan futsal, menghindari Harumi yang sedang memasang kuda-kuda untuk menendang pacarnya yang tengil itu

Riki sangat beda dari yang pertama Harumi kenal. Padahal dulu malu-malu, kalo ngomong seadanya terus terus sukanya nunduk kayak adik kecil yang polos, tapi kepribadian aslinya malah membuatnya jengkel













🐥

End


Hihihi udah ending guys, agak cepet yaw

Makasih yang udah baca, jangan lupa like & komen nya. Ya minimal menghargai karya orang lain lah jangan menikmati aja

Fate And Hate - Nishimura RikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang