08

142 40 16
                                    

Hans terus mengejar James yang lari lebih dulu. Menghindari sekumpulan pertanyaan dari Hans tentang kabar James dan Winter akan melakukan pemotretan majalah kampus.

“James! kau serius?” teriak Hans

“Iya!” seru James tanpa berhenti melangkahkan kakinya untuk menghindari Hans.

James pun sampai di kantin, masih pagi sehingga kantin pun masih lumayan sepi. Hans pun akhirnya dapat mengimbangi langkah James yang terhenti itu.

James pun duduk di bangku yang sudah ada Jimmy dan Ray sedang menikmati sarapan mereka.

“Kau kenapa tidak bisa bercerita lebih detail dan jelas? Aku sangat penasaran,” kata Hans.

James menggeleng, “Apa yang aku katakan sudah termasuk seluruh detailnya,” balas James.

Hans ikut duduk di sebelah James.

“Ada apa?” tanya Jimmy.

“Kau tidak tau?” tanya Hans balik.

Jimmy menggeleng, “Tidak,” balasnya.

“Memangnya tau apa yang Hans maksud?” tanya Ray setelah meneguk air mineral dari dalam botol.

Jimmy menggeleng, “Apapun itu, sepertinya aku tak tau alasan Hans begitu penasaran,” ucap Jimmy secara jujur.

“James dan Winter-” kata Hans yang langsung dipotong oleh Jimmy, “Berpacaran? bukannya kemarin sudah kau katakan? memberi sedikit isyarat,” katanya.

Hans menggeleng, “Tidak hanya itu,” ucap Hans.

“Lalu? sudah bertunangan?” tanya Ray.

“Itu tidak mengejutkan, James orangnya serius jika mencari pasangan, kau tau 'kan,” timpal Jimmy.

Hans menggeleng, “Berhenti memotong kalimatku,” kata Hans.

Jimmy dan Ray pun mengangguk, sedangkan yang menjadi topik pembicaraan mereka itu, James hanya tertawa kecil saja, ia malas untuk membantu Hans menjelaskan.

“James dan Winter, akan menjadi model pasangan majalah kampus kita,” kata Hans.

Uhuk! uhuk!

Baik Jimmy maupun Ray, keduanya tersedak sup yang sedang mereka makan.

“Apa?” tanya Ray.

“Model?” tanya Jimmy.

Hans mengangguk, “Bagaimana? jika begini pasti kalian akan penasaran akan kelanjutan dan detailnya, bukan?” tanya Hans.

Ray menggeleng, “Tidak begitu, wajar saja sepasang kekasih, menjadi model pasangan untuk majalah kampus kita,” ucap Ray.

“Tidak ada yang perlu ditanyakan lagi,” lanjut Ray.

Hans menghela napasnya, “Ada salahnya aku mengatakan ini padamu, kau kan memang orangnya selalu tidak penasaran, aku lupa.” Kata Hans.

Hans beralih menatap Jimmy, Jimmy yang merasa ditatap itu mendongak, ia menatap Hans lalu menatap James.

“Bagaimana bisa James?” tanya Jimmy akhirnya.

Hans yang mendengar pertanyaan Jimmy itu mengangguk-anggukkan kepalanya dan tersenyum.

“Seperti ini yang bagus,” kata Hans menunjuk Jimmy menggunakan telapak tangannya dan menatap Ray.

Ray pun mengangguk saja. Ia tau maksud tatapan Hans.

“Ya begitulah yang terjadi.” Katanya tak menjawab apapun.

A Little SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang