21

144 21 0
                                    

Winter menghampiri James lalu berbisik pada James.

"Sepertinya aku harus pulang," katanya dengan kecil.

James menatap Winter, dan mengangguk. James pun meneguk air minum miliknya sebelum berdiri dari kursi yang membuat perhatian teman-temannya itu menuju padanya.

"Sudah mau pulang?" tanya Hans.

James mengangguk.

"Ah! Aku lupa!" kata Jimmy secara tiba-tiba, mengehentikan langkah James dan Winter.

"Ada apa?" tanya James.

"Sekarang hujan, kenapa aku dari tadi tidak sadar?" gumam Jimmy yang terdengar oleh semua.

"Kenapa? Cepat katakan!" seru Hans gemas melihat wajah panik Jimmy.

"Nanti aku mau jemput Karina, tapi lupa membeli payung," katanya dengan pelan.

James sontak menepuk bahu Jimmy, "Kau gunakan payung yang tadi aku pakai saja, di sana, warna hitam." Kata James.

"Lalu kau dan Winter pakai apa?" tanya Jimmy.

"Pakai jaket saja, lagi pula ini sudah mau pulang, bisa sekalian saja." Kata Winter.

"Kalau begitu, aku dan Winter pergi dulu," kata James lalu menggandeng tangan Winter keluar dari kafe tersebut.

Mereka pun berlindung menggunakan hoodie zipper milik James, dengan James yang mengalah memberikan bagian lebih banyak untuk melindungi Winter.

Winter pun menggeserkannya agar bisa sekalian melindungi James.

"Bersama-sama, jangan untukku sendiri," kata Winter.

James terkekeh lalu mengangguk, ia pun merangkul Winter untuk lebih dekat dengannya, agar mereka bisa sama-sama terlindungi dari hujan.

Mereka pun masuk ke dalam taksi di lebatnya hujan saat ini. Seperti biasanya, selalu menuju rumah Winter lebih dulu.

Sekitar sekian menit, mereka pun sampai di rumah Winter, dari dalam taksi tampak orang yang James duga adalah ibu Winter itu sedang berdiri di depan pintu, sepertinya sedang menunggu Winter.

"Itu ibumu?" tanya James.

Winter mengangguk. "Iya, mau masuk ke dalam dulu?" tanya Winter.

James pun beberapa detik berpikir kemudian mengangguk. Ia pun turun lebih dulu, masih dengan jaketnya itu melindungi Winter sampai di teras rumah Winter yang sudah memiliki atapnya.

James tersenyum saat melihat ibu Winter-Ellen-yang juga tersenyum menatap James.

"Ini James?" tanya Ellen dengan ramah.

James mengangguk lalu tersenyum lagi. Winter yang melihat itu hanya bisa tertawa kecil.

"Masuk, masuk, di luar dingin, baju kalian juga sepertinya sudah basah." Kata Ellen.

Mereka berdua pun masuk dan mendapati ayah Winter, Arthur. Arthur sedang menonton televisi di ruang tamu dan mendapati anaknya serta istrinya yang masuk bersama dengan wajah yang asing baginya.

Arthur berdiri dari sofa dan menatap James, tidak berbicara, tidak tersenyum. Benar-benar tidak berekspresi, ia lalu mengalihkan pandangannya menatap Ellen, meminta penjelasan melalui tatapan matanya.

Ellen tersenyum, sebenarnya Arthur dari dulu sudah tidak terlalu menyukai jika Winter mendapatkan pacar. Tak akan sampai tiga hari, pasti akan putus. Di matanya, Winter masih terlalu kecil dan muda untuk berpacaran dulu.

"Biarkan ganti pakaian lebih dulu, nanti akan sakit jika tidak diganti. Pertanyaannya disimpan saja," kata Ellen lalu mengarahkan James menuju kamar tamu, dan memberikan baju kaos baru yang bahkan belum Arthur pakai sebelumnya.

A Little SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang