18

91 18 18
                                    

Hans menatap James dan Winter dengan sebelah alisnya yang terangkat.

“Cepat katakan!” seru Hans berlagak tegas.

“Apa yang bisa dikatakan?” tanya James.

Hans yang awalnya sedikit tersenyum itu langsung memudarkan senyumannya.

“Kau selalu begitu, tidak pernah menceritakan sesuatu secara detail.” Protes Hans.

Winter mengulum bibirnya, menahan senyumnya. Hans yang menatap itu langsung beralih pada Winter.

“Kau bisa mengatakannya 'kan? setidaknya tidak akan sesedikit James, aku yakin.” Kata Hans.

“Ya sebenarnya tidak ada yang bisa dikatakan, bukannya pada umumnya menyatakan perasaan, memastikan perasaan pasangan lalu memutuskan untuk berpacaran?” ucap Winter.

Hans langsung tersenyum, “Sudah aku duga, penjelasanmu lebih panjang dari James,” kata Hans.

Perkataan Hans barusan mengundang tawa teman-temannya yang berada di satu meja yang sama.

“Bagaimana James menyatakan perasaannya? Contoh kalimatnya?” tanya Ray yang mulai penasaran akan seperti apa sikap James.

James menggeleng, “Tidak bisa, nanti kau menconteknya,” ucap James.

Jimmy langsung tertawa, “Benar Ray, jangan menanyakan kalimatnya. Semua berdasarkan pikiran dan perasaan saat itu. Mana bisa dibuat-buat?” ucap Jimmy membantu James.

James menjentikkan jarinya, “Tepat sekali,” ucapnya.

“Karena sama-sama sudah punya makanya seperti ini 'kan?” kata Hans tak menerima pembelaan Jimmy untuk James itu.

“Makanya-”

“Cepat cari 'kan?” potong Hans pada kalimat Ray yang belum selesai.

“Kau sendiri tidak mencari? semua di sini ada pasangannya kecuali kau dan aku.” Ucap Hans menegaskan.

“Memang Felix ada?” tanya Ray tak terima dengan klaim Hans barusan.

“Kau tidak peka atau bagaimana?” tanya Hans balik.

Felix tertawa dan menggelengkan kepalanya mendengar perdebatan antara Hans dan Ray.

“Kak Alice?” tanya Ray yang langsung diangguki oleh Hans.

“Begitu saja tidak peka,” gumam Hans yang masih terdengar oleh semuanya.

Mereka pun melanjutkan obrolan mereka sambil menunggu hujan untuk lebih reda lagi. Biarpun mereka menggunakan taksi, tetapi hujan deras juga membuat mereka berpikir dua kali untuk pulang sekarang.

Setelah kurang lebih tiga puluh menit, hujan pun sudah reda, menjadi rintikan hujan saja.

“Sudah bisa pulang sekarang sepertinya,” ucap Jimmy yang melihat jam sudah menunjukkan jam delapan malam.

Karina mengangguk, “Hujannya juga sudah reda,” katanya.

Jimmy pun bersiap untuk berdiri, ia mengambil tasnya dan membawakan tas Karina lalu menggandeng tangan Karina untuk berdiri juga.

“Aku balik dulu, mau mengantar Karina,” ucap Jimmy.

Jimmy pun melakukan fist bump pada James, Hans, Ray dan Felix.

“Duluan,” ucap Jimmy pada Winter yang langsung diangguki.

Bye cantik,” ucap Karina menepuk bahu Winter pelan.

“Hati-hati,” balas Winter.

Mereka pun juga perlahan balik, Felix balik lebih dulu. Tersisa Hans, Ray, James dan Winter.

A Little SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang