20

77 17 0
                                    

Ansell yang sudah berdiri di hadapan mereka saat ini pun menyilangkan kedua tangannya.

“Kenapa kalian belakangan ini?” tanya Ansell.

“Kenapa kak?” tanya Winter.

“Apa kurang bagus?” tanya James.

Ansell menggeleng, “Ada hal yang membuat kalian senang? Senyumannya sama sekali tidak bisa kalian tahan, aku melihatnya melalui kamera.” Kata Ansell.

“Maaf kak,” ucap James.

Ansell menggeleng sekali lagi, “Bukan untuk minta maaf, aku hanya mengatakan kondisi kalian belakangan ini sangat bagus, bisa dipertahankan hingga akhir pemotretan tidak?” tanya Ansell.

James dan Winter pun tersenyum. Rupanya itu maksud Ansell. Keduanya pun mengangguk.

“Jika begini, kita bisa menyelesaikannya dengan cepat. Semangat lagi ya!” seru Ansell.

“Kita mulai lagi, apa bisa?” tanya Ace menggunakan pengeras suara.

Mereka pun kembali memulai pemotretan.

Setelah sekitar tiga puluh menit menyelesaikan semuanya. Winter dan James pun menghampiri Ace dan Ansell.

“Terima kasih kak,” ucap James pada kedua orang yang berperan besar dalam pemotretan mereka selama ini.

“Terima kasih kak,” sambung Winter.

Ansell mengangguk, “Sama-sama, terima kasih juga sudah menerima tawaranku waktu itu. Jika tidak, aku harus mencari kemana yang seperti kalian?” katanya.

Winter tersenyum mendengarnya begitu juga James.

“Sama-sama, aku juga harus berterima kasih pada kalian. Selama pemotretan ini, kalian tidak memancing amarahku untuk keluar.” Kata Ace lalu diiringi dengan tawa kecil.

“Kenapa begitu?” tanya James.

“Maklum, temperamennya tidak bagus, jadi mudah sekali marah sana dan sini.” Kata Ansell.

Mereka pun tertawa saja mendengarnya. Kemudian Winter dan James pun menyapa dan mengucapkan terima kasih kepada staff pemotretan yang menemani mereka hingga saat ini, serta yang juga bekerja keras dalam prosesnya.

“Terima kasih,” ucap keduanya sambil menunduk sopan kepada setiap staff yang ada di lokasi saat ini.

“Kalian tinggal menunggu kabar dariku saja mengenai pencetakan majalahnya. Nanti aku berikan pada kalian masing-masing satu jika sudah dicetak.” Kata Ansell.

Keduanya mengangguk paham. Pemotretan pun selesai dengan suasana yang baik.

•••

Setelah dua bulan kemudian, di sebuah kafe yang belakangan ini menjadi langganan mereka yaitu kafe di sebrang perpustakaan universitas mereka itu.

Sejak saat mereka pertama kali mencoba menu baru dari kafe tersebut. Mereka sepakat untuk menjadikan kafe tersebut menjadi tempat mereka berkumpul. Dengan menu baru yang semakin unik dan enak untuk dicoba.

“Wah, ini gila!” seru Hans menutup mulutnya. Ia baru saja membuka halaman awal dari majalah James dan Winter.

Hans menepuk punggung belakang James.

“Kau gila James? Atau karena keturunan model?” tanya Hans.

Seperti yang Hans katakan, Stella dan Alex dulunya adalah model. Pertemuan pertama mereka saat menjadi model pasangan dalam brand parfum populer saat itu.

James terkekeh saja mendengarnya.

“Apa ini? foto pre-wedding?” tanya Ray saat melihat foto dari majalah yang baru saja dibalikkan halamannya oleh Hans.

A Little SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang