Setelah Arsen dan Lembayung tiba di lokasi, Lembayung menatap horor bangunan megah di depannya. Lantaran, tempat yang mereka kunjungi kali ini adalah sebuah rumah mewah tak berpenghuni.
Rumah tersebut dipenuhi rumput serta ilalang. Di sisi-sisi lantai nya pun terdapat lumut hijau. Hal itu membuat perasaan Lembayung mendadak tidak enak dan menatap Arsen. "K-kenapa kita datang ke sini? Bukannya foto yang kamu kasih beda dari lokasi yang kita kunjungi sekarang?"
Arsen yang sedang membenarkan rambutnya tersenyum misterius. Ia mendekati Lembayung dan menepuk bahunya sebanyak dua kali. "Di dalem gak seserem luarnya, kok. Masuk aja dulu, gue punya surprise khusus buat anniversary kita, Sayang. Yuk, masuk. Di luar takutnya kamu masuk angin."
"Oh, surprise, ya," gumam Lembayung tertawa canggung. Entah mengapa mendadak ia merindukan pelukan Adriana.
Sepanjang perjalanan memasuki rumah tak berpenghuni, Lembayung menatap takut ke setiap penjuru rumah. Gadis itu mengelus tengkuknya yang tiba-tiba merinding.
"K-kayaknya kita salah tempat, Honey. Kenapa tempatnya nyeremin kayak gini? Ini udah mau jam setengah sepuluh malem, mending pulang, yuk," ajak Lembayung menarik tangan Arsen untuk berhenti berjalan.
"Hm? Enggak, loh. Nikmati aja dulu. Aku yakin kamu bakal suka sama hadiahnya. Aku ambil dulu hadiahnya, ya? Kamu tunggu di sini. Habis memperingati anniversary kita terus makan malam, baru kita pulang." Arsen menolak dan meninggalkan Lembayung sendirian dengan perasaan takut yang menyelimuti hatinya."
Lembayung berjalan pelan mengelilingi ruangan yang di setiap sudutnya sudah menjadi sarang laba-laba. Kedua tangan Lembayung gemetar hebat, lantaran isi dalam rumahnya tak seperti yang Arsen katakan saat mereka berada di luar.
"Ih, Arsen mana, sih? Kok lama banget? Hadiahnya apa, coba?" gumam Lembayung.
"Hai, Honey. Maaf lama. Nih, hadiah dari aku. Parfum buat kamu. Di pakai, ya? Biar kamu wangi sepanjang hari." Arsen yang tiba-tiba muncul di belakangnya, sontak membuat Lembayung terkejut. Lantas ia menerima dan tertawa canggung.
"Oh, makasih. Parfum nya bagus, aku suka."
"Kalau suka pake, dong. Aku belinya mahal, loh," desak Arsen memperlihatkan senyum manisnya.
"A-aku udah pake parfum sebelum ke sini. Jadi ngapain aku harus pake parfum lagi? Nanti aja, lah. Besok, ya?" tolak Lembayung hendak menyimpan parfum pemberian kekasihnya ke dalam tas kecil. Namun, dengan cekatan Arsen menahan tangan Lembayung.
"Di coba dikit aja dulu. Di pergelangan tangan, ya? Kamu gak suka parfum dariku, kah?" tanya Arsen memberikan tatapan kecewa.
Lembayung gelagapan. Mendadak perasaannya tidak enak karena telah menolak memakaikan parfum yang Arsen berikan padanya. Ia menghela napas gusar dan menyemprotkan sedikit parfum tersebut ke pergelangan tangan dan mulai mencium baunya. "Eh, iya, loh. Wangi banget."
"Tuh, kan. Apa aku bilang." Arsen meraih pergelangan tangan Lembayung dan mencium bau parfum yang masih semerbak. Lantas ia tersenyum manis dan berjalan mendekati Lembayung.
"Eh? K-ka-kamu mau ngapain, Honey? L-lepasin tangan aku!"
Lembayung berjalan mundur dan berusaha melepaskan tangan Arsen yang masih terus menggenggam pergelangan tangannya. Namun, Arsen tak mendengarkan.Pemuda itu terus melangkah maju hingga membuat Lembayung terpojok.
Tidak cukup dengan memojokkan Lembayung, ia semakin mempersempit jarak wajahnya dengan Lembayung yang saat ini sudah tidak bisa mundur lagi.
"K-kamu mau apa? Lepasin! Aku mau pulang!" gertak Lembayung menatap takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan di Tahun Baru
Teen FictionTahun baru adalah tahun di mana semua orang memiliki banyak harapan. Namun, hanya ada satu orang yang memiliki harapan yang sama dari tahun-tahun sebelumnya. Terlahir tanpa merasakan kasih sayang kedua orang tua di masa kecilnya, membuat Adhisti se...