Arsen tertawa renyah melihat Erlangga mengirimkan screenshot chat seolah ponsel Agha dibajak olehnya. Ia memasukkan ponsel ke dalam saku celana dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah Lembayung. Namun, sikutnya yang tidak sengaja menyenggol sebuah pigura foto hingga kacanya pecah, mengalihkan perhatian Arsen.
"Hm? Foto ini...."
Ia menilik foto tersebut cukup lama. Foto di mana Arsen yang masih kecil berpamitan dengan teman-teman di panti asuhan saat Arsen sudah menemukan orang tua asuh, tepat setelah kebakaran dan penyerangan mendadak yang menewaskan satu orang remaja perempuan bernama Seina Inara.
"Oh, kok gue lupa kalau gue majang foto ini, ya?" gumam Arsen. Ia menyeka air mata yang tiba-tiba saja mengalir dari pipinya dengan penuh rasa heran.
"Kenapa gue tiba-tiba nangis? Ah udahlah, gak penting. Sekarang jalani rencana terakhir buat manfaatin Lembayung," ucapnya menaiki motor dan melaju dengan kecepatan tinggi.
Sementara itu, Lembayung kini sedang berdebat dengan kedua orang tuanya yang melarang pergi malam-malam.
"Lepasin Utami, Ibu!!! Ngapain Ibu larang Utami buat pergi ke luar, hah?!" gertak Lembayung menepis kasar tangan Adriana yang menahannya.
"Kau masih bertanya kenapa?! Ini sudah malam, Utami! Sudah pukul sembilan malam, dan itu tidak baik bagi perempuan!!! Perempuan mana yang berani main ke luar dengan memakai baju sependek ini?!" Adriana hendak membawa Lembayung kembali ke kamarnya. Namun, Lembayung kembali menepisnya dan menatap marah.
"ADA! UTAMI! KENAPA, BU?! KENAPA NGELARANG?! LAGIAN UTAMI SUNTUK DI RUMAH DENGER PERTENGKARAN!!! IBU JUGA PEREMPUAN, KAN?! BISA TUH PERGI MALAM-MALAM. KENAPA UTAMI GAK BOLEH?!"
"LAGIAN KE LUAR JUGA BUAT JERNIHIN PIKIRAN UTAMI BIAR TETEP WARAS!! TAHU APA KALIAN SOAL BETAPA RUSAKNYA MENTAL UTAMI DENGER KALIAN BERTENGKAR, HAH?!"
"KALIAN TAHUNYA CUMAN BERTENGKAR DAN TERUS BILANG CERAI!! TAPI LIAT SEKARANG! SAMPE SEKARANG AJA KALIAN GAK JADI CERAI, TUH! UTAMI LEBIH SETUJU KALIAN PISAH DARIPADA HARUS GILA DI RUMAH SENDIRI GARA-GARA EGO KALIAN!!!"
Tak kuasa menahan amarah, Cakra menampar keras pipi Lembayung dan menarik tangannya dengan gerakan kasar. "Kau ingin ke luar dengan pacarmu yang sudah menjerumuskanmu ke jalan yang salah, kan? Buka matamu lebar-lebar!! Dia bukan laki-laki yang baik untukmu, Utami! Tetap diam di rumah, atau kau berada dalam masalah!"
Ketika Lembayung hendak menepis tangan ayahnya, Cakra menarik kasar dagu Lembayung dan memaksanya menatap mata Cakra yang sudah memerah akibat amarah yang menggebu-gebu.
"Kau dengarkan ini baik-baik, Utami!! Ayah dan ibu tidak akan pernah mengizinkanmu untuk pergi malam-malam!!! Apalagi kau anak perempuan!! Punya kehormatan yang harus dijaga ketat! Lagipula ibumu wanita kantor!!! Dia juga sudah dewasa, Utami! Dia bisa menjaga dirinya sendiri! Kau hanya anak kecil yang masih membutuhkan orang tua di sisimu! Jangan berbicara seolah kau memahami beban berat yang ditanggung orang tua!!!!"
Lembayung menepis kasar tangan Cakra darinya. Ia memegang pipi yang terasa sakit akibat tamparan Cakra. Gadis itu menatap marah ibu serta ayahnya sambil mengepalkan kedua tangan.
"UTAMI BENCI AYAH SAMA IBU!!! KALIAN NGOMONG GITU KAYAK BERHASIL AJA JADI ORANG TUA YANG BAIK! PADAHAL YANG KALIAN KASIH BUKAN KASIH SAYANG, MELAINKAN TRAUMA SEUMUR HIDUP!"
"APA?! MAU BILANG UTAMI GAK GUNA JADI ANAK KARENA SUKA PERGI MALEM-MALEM DAN NGEJUAL DIRI KE LAKI-LAKI?! EMANG PALING BAGUS UTAMI GAK DILAHIRIN DARI RAHIM IBU!"
"JANGAN MENJUAL HARGA DIRIMU KE LAKI-LAKI YANG TIDAK PANTAS BERSANDING DENGANMU, UTAMI! HATI-HATI DALAM BICARA!!!" sentak Adriana semakin marah dengan tindakan putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan di Tahun Baru
Novela JuvenilTahun baru adalah tahun di mana semua orang memiliki banyak harapan. Namun, hanya ada satu orang yang memiliki harapan yang sama dari tahun-tahun sebelumnya. Terlahir tanpa merasakan kasih sayang kedua orang tua di masa kecilnya, membuat Adhisti se...