Bab 11

1.2K 174 16
                                    


"Bang!"

Ali menoleh menatap Prilly yang sejak tadi tampak gelisah ditempat duduknya. "Kenapa?" Tanya Ali dengan suara lembut seperti biasa.

Mereka sedang menunggu pesanan bubur mereka diantar karena pelanggan sebelum mereka datang sudah ramai jadi terpaksa Ali dan Prilly menunggu buburnya datang lumayan lama.

Prilly tampak menoleh menatap Ali yang sedang menatapnya. Tatapan Ali masih seperti biasa, tenang dan tampak datar namun Prilly tahu saat ini kekasihnya sedang memendam kekesalan karena kedatangan mantan gebetannya dulu.

"Kenapa diam?" Tanya Ali masih dengan suara tenangnya.

Terdengar helaan nafas berat dari Prilly. "Maaf untuk yang tadi."

"Yang mana?"

"Tentang Fathan."

"Oh mantan kekasih kamu itu." Respon Ali memang santai namun bisa dilihat bagaimana urat di lengan pria itu yang menonjol padahal Ali hanya sedang membuka plastik kerupuk kecil.

Pria itu benar-benar sangat pandai mengontrol emosinya, jika pria lain mungkin mereka akan bertengkar sekarang namun dengan Ali, Prilly hanya merasa sesak nafas saja.

Bagaimana ia tidak sesak nafas lihat saja bukan hanya urat ditangannya yang menonjol tapi urat dileher Ali juga sangat jelas terlihat sekarang. Pria itu benar-benar menahan dirinya.

"Aku cuma jalan sekali doang sama dia." Prilly memejamkan matanya, seharusnya ia tidak berkata seperti itu disaat genting seperti ini.

"Oh!" Hanya itu respon yang keluar dari mulut Ali, pria itu tampak tenang memakan kerupuk namun suara kunyahannya mampu membuat Prilly merinding.

"Bang kamu makan kerupuk kayak makan tulang unta!" Celetuk Prilly yang membuat Ali menoleh. "Kalau aku makan tulang mantan kamu tadi bukan kayak gini suaranya." Balas Ali yang sontak membuat Prilly kembali salah tingkah.

Ia salah tingkah bukan karena malu-malu melainkan ketakutan, takut jika mood Ali tidak segera membaik.

"Ini buburnya Masnya." Bapak penjual bubur datang hingga membuat Prilly mengurungkan niatnya untuk kembali mengajak Ali berbicara.

"Ini yang nggak pakek kacang Pak kan?" Tanya Ali pada Bapak itu. "Owalah Bapak lupa ini Bapak taruh kacang semua."

"Enggak apa-apa kok Pak. Saya bisa misahin nanti kacangnya. Terima kasih Pak." Prilly menjawab sementara Ali terlihat sibuk dengan dua mangkuk bubur di hadapannya.

Sepeninggalan Bapak itu perhatian Prilly kembali tertuju pada Ali. "Ngapain Bang?" Tanyanya pada Ali.

Ali tidak menjawab pria itu masih sibuk dengan dua mangkuk bubur dihadapannya namun tidak berapa lama Ali meletakkan satu mangkuk bubur didepan Prilly.

"Makan, itu udah nggak ada kacang lagi." Kata pria itu sebelum mengaduk bubur miliknya. Ali jika makan bubur pria itu akan mengaduk semua toping menjadi satu sementara Prilly ia bukanlah tim yang memakan bubur dengan diaduk seperti Ali.

Merasa diperhatikan Ali menolehkan kepalanya menatap Prilly yang sedang menatap dirinya dengan tatapan penuh pemujaan. "Kenapa?" Tanya Ali dengan kening berkerut.

Prilly tersenyum malu lalu menggelengkan kepalanya. "Ngerasa beruntung aja punya pacar kayak Abang." Jawab Prilly masih dengan malu-malu.

"Punya pacar kayak Abang atau mantan kayak batang tadi?"

"Hah? Batang?" Prilly kebingungan.

Ali mendengus pelan lalu kembali menyantap bubur miliknya. "Gatal mulut Abang kalau nyebut nama mantan kamu itu!"

My Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang