Keesokan harinya Prilly terbangun dengan kepala yang terasa begitu berat, ia terlelap dengan posisi meringkuk dilantai. Tubuhnya terasa begitu sakit hingga dengan sedikit tertatih gadis itu beranjak dari posisinya.Dengan berpegangan pada ranjang Prilly berniat menuju ke kamar mandi sampai ponselnya yang tergeletak di kasur berdering menandakan panggilan disusul beberapa pesan yang masuk. Prilly ingin mengabaikannya namun ia juga merasa penasaran dengan rentetan pesan yang masuk ke dalam ponselnya.
Prilly meraih ponselnya sebelum ia melihat pesan gadis itu tampak mengikat rambutnya dengan asal. Ia masih mengenakan pakaian semalam, wajahnya juga tampak sembab dan sedikit bengkak karena terlalu lama menangis.
Kening Prilly tampak berkerut saat melihat deretan nomor asing yang menghubungi dirinya, mengabaikan nomor tersebut Prilly beralih pada pesan di ponselnya dan seketika kedua mata Prilly terbelalak saat melihat sebuah video dengan durasi beberapa detik yang memenuhi layar ponselnya.
"Arrgh!!" Prilly berteriak kencang sambil melempar ponselnya bertepatan dengan pintu kamarnya dibuka oleh Ali.
Ali memasuki kamar kekasihnya dengan pakaian rapi, ia sudah siap ingin ke kampusnya namun ia ingin memastikan kondisi kekasihnya terlebih dahulu. Melihat kedatangan Ali dengan segera Prilly berlari menuju ponselnya namun sayangnya ponsel itu sudah terlebih dahulu berada ditangan Ali.
"Jangan lihat! Abang tolong jangan liat!" Mohon Prilly dengan tangan bergetar dan lagi-lagi ia terlambat Ali sudah terlanjur memutar video tersebut.
Tatapan mata Ali tampak redup saat ia menyaksikan bagaimana Prilly bercumbu dengan seorang pria yang tak ia kenali. Kamera itu hanya menyorot wajah Prilly yang memeluk erat leher pria yang membelakangi kamera, keduanya tampak begitu nikmat bercumbu bahkan Prilly sampai memejamkan kedua matanya.
Ali tidak sanggup lagi ia memilih untuk menyudahi menonton video yang begitu melukai dirinya itu. "Segera mandi nanti kamu bisa terlambat." Kata Ali dengan sedikit senyuman di wajahnya. Terlihat sekali Ali memaksakan senyuman itu pada Prilly.
Tanpa mengatakan apapun Prilly segera beranjak menuju ke kamar mandi meninggalkan Ali yang terpaku menatap kosong ke lantai kamar Prilly. Perlahan pria itu tampak memegang dadanya yang terasa sangat sakit.
Sementara di dalam kamar mandi, tubuh mungil Prilly merosot jatuh ke lantai. Gadis itu membekap mulutnya dengan kedua tangannya supaya tangisannya tidak sampai terdengar keluar. Dua anak manusia ini sama-sama terluka, bukan hanya Ali tetapi Prilly juga sangat terluka dengan kejadian ini.
***
Ali mengemudikan Fortuner hitam miliknya meninggalkan area pekarangan rumah Prilly. Pria ini menganti mobilnya berniat membuat suasana baru untuk kenyamanan Prilly setelah kejadian tadi malam namun sekarang bukan hanya Prilly yang tidak tertarik dengan kenyamanan ini, dirinya juga tampak tidak begitu peduli dengan hal ini.
Keduanya sama-sama terdiam sampai tiga puluh menit kemudian mobil yang dikemudikan oleh Ali berhenti tepat didepan gerbang sekolah Prilly. Hari ini Prilly datang ke sekolah untuk melaksanakan ujian terakhir sebelum ia sibuk mengurus persyaratan untuk mendaftar di perguruan tinggi.
Prilly melirik keluar jendela mobil sebelum ia turun ia tampak menoleh menatap Ali yang lebih pendiam daripada biasanya. Tanpa bertanya Prilly sudah tahu apa yang menyebabkan pria ini bungkam seperti sekarang.
"Abang tidak ingin bertanya apapun padaku?" Suara lirih Prilly terdengar membuat Ali menoleh kearahnya.
Keduanya bertatapan sejenak, perlahan Ali menarik kedua sudut bibirnya. "Masuk gih! Nanti kamu telat." Katanya sambil mengusap kepala Prilly lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Husband
ChickLitNext story setelah Dokter Cinta selesai. Jangan lupa baca, komen serta votenyaa.. Ceritanya nggak kalah seru dengan cerita sebelumnya. :)