Keesokan harinya Prilly tidak dapat menahan rasa malunya ketika tadi malam ia benar-benar memberikan kenikmatan pada kekasihnya.Stop! Jangan berpikir terlalu jauh mereka belum sampai ke tahap itu karena Ali menolak melakukannya sebelum mereka menikah. Prilly pasrah saja meksipun hanya menggunakan mulut dan tangan pria itu tapi ia cukup puas dengan apa yang mereka lalui tadi malam.
"Satria sialan! Gara-gara mulut laknatnya gue sampai---" Prilly tidak melanjutkan lagi perkataannya karena ia terlalu malu mengingat apa yang sudah ia lakukan tadi malam.
Prilly tidak tahu darimana datangnya keberaniannya sampai ia berani memasukkan milik kekasihnya ke dalam mulutnya.
Sialan!
Itu memalukan tapi juga sungguh mendebarkan.
"Selamat pagi Sayang."
Langkah Prilly terhenti saat Ali tiba-tiba menyapa dirinya, ia baru sadar jika dirinya sudah berada di ruang makan. Prilly seperti orang linglung ia tidak sadar kapan ia tiba di ruang makan rasanya tadi ia masih berada didepan pintu kamarnya.
"Kamu kenapa? Sakit?" Prilly buru-buru menggelengkan kepalanya. "Enggak kok Abang."
"Sayang! Tolong biasakan panggil Sayang ya aku suka panggilan itu." Ali tersenyum kecil sementara Prilly kembali dibuat berdebar karena senyuman pria itu.
Gila! Mulut itu--
Prilly buru-buru mengenyahkan pikirannya saat ia tanpa sengaja mengingat kembali bagaimana lihainya mulut serta lidah Ali bermain di----
"Kamu kenapa ngelamun terus?"
Prilly kembali dikejutkan dengan suara Ali yang pagi ini terdengar begitu ceria. "Enggak kok. Oh ya Abang eh Sayang pagi ini aku berangkat sama Satria ya?"
Kening Ali tampak berkerut. "Kenapa nggak sama aku?" Ali juga mulai membiasakan berbicara santai dengan Prilly layaknya sepasang kekasihnya.
"Eum aku ada keperluan penting sama Satria." Prilly kebingungan mencari alasan, ia tidak mungkin berkata jujur jika ia ingin menyelidiki tentang Kanaya.
"Baiklah. Tapi ingat kalian jangan bertengkar hari ini Abang agak sibuk." Tanpa sadar Ali kembali menyebutkan dirinya Abang.
Prilly mengangukkan kepalanya, jelas untuk kali ini ia tidak akan ribut dengan Satria karena mereka sama-sama memiliki misi penting.
"Mau makan apa? Nasi goreng atau roti?" Tawar Ali.
Prilly menunjuk kearah piring berisi roti. "Kayak ya roti aja deh."
"Kenapa nggak nasi? Bibir kamu lecet gara-gara semalam kamu---"
"Abang!" Teriak Prilly memotong perkataan Ali yang sudah ia tahu kemana arahnya. Ali justru tertawa sepertinya pria itu memiliki suasana hati yang begitu baik pagi ini.
Berbeda dengan Prilly yang cemberut bukannya marah tapi ia malu, bisa-bisanya Ali membicarakan perihal semalam, mengingatnya saja ia sudah malu sampai ke ubun-ubun apalagi mendengar Ali menceritakannya lagi.
"Sudah ayo makan."
Ali dan Prilly menyantap sarapan mereka dengan tenang sampai akhirnya Ali kembali berceletuk yang membuat Prilly memekik nyaring. "Oh ya spreinya lupa Abang ganti padahal udah basah sama air kamu semalam."
"ABANG!!!"
"HAHAHAHA!"
***
"Abang berangkat duluan ya Sayang." Prilly mengangukkan kepalanya. "Kamu yakin mau nunggu Satria?" Kembali Prilly menganggukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Husband
Chick-LitNext story setelah Dokter Cinta selesai. Jangan lupa baca, komen serta votenyaa.. Ceritanya nggak kalah seru dengan cerita sebelumnya. :)