Setelah dari kantor Ali tidak langsung kembali ke kediamannya, dia memutar setir mobilnya menuju kediaman orang tua Prilly. Dia akan menemui Ardan untuk memastikan jika lamarannya benar-benar terima.
Benar, Ali sudah merencanakan hal ini jauh-jauh hari, ia juga sudah memberitahu kedua orang tuanya jika ia akan melamar Prilly begitu kekasihnya memasuki awal perkuliahannya. Usia Prilly sudah tergolong dewasa meskipun sikapnya masih manja dan kadang kekanakan namun Ali yakin ia bisa membimbing Prilly menjadi lebih baik.
Ali bukan tipikal laki-laki yang senang bermain-main dengan sebuah hubungan, jika ia sudah memilih Prilly maka sampai mati pilihannya akan jatuh pada Prilly.
Pajero putih tampak gagah memasuki pekarangan rumah Ardan dimana di garasi rumah itu juga terdapat beberapa mobil mewah yang sedang terparkir salah satunya mobil merah kesayangan Prilly.
Sejak tinggal bersama Ali gadis itu memilih untuk tidak membawa apapun barang mewah miliknya, Prilly hanya tidak ingin Ayahnya semakin menginjak harga dirinya.
Ali turun dari mobilnya, ia masih mengenakan kemeja tadi siang namun ia sudah melepaskan dasi serta jas miliknya. Lengannya juga sudah ia gulung sampai ke siku. Ali tentu saja tampan seperti biasanya.
Ali melangkah menuju pintu utama kediaman Ardan disana ia sudah disambut oleh Farah dan juga Cantika, ibu dan anak itu sedang bermain di teras rumah besar itu.
"Selamat sore Tante." Sapa Ali yang membuat Farah mendongak kearahnya. "Selamat pagi Al. Kamu sendirian?" Farah bertanya setelah ia tidak mendapati keberadaan putri tirinya bersama Ali.
Ali tersenyum kecil lalu mengangukkan kepalanya. "Iya Tante, saya datang sendiri."
Farah mengangukkan kepalanya. "Kamu mau ketemu Om Ardan?" Ali mengangukkan kepalanya. "Iya Tante. Om Ardan nya ada?"
"Ada. Masuk saja Om kamu ada diruang kerjanya seperti biasa." Jawab Farah yang diangguki oleh Ali.
Ali melangkah memasuki rumah itu lalu berjalan menuju ruang kerja Ardan. Pria itu sudah terbiasa keluar masuk rumah ini sejak kecil jadi ia sama sekali tidak merasa segan atau canggung.
Tok!
Tok!
"Masuk!" Suara berat Ardan terdengar dari dalam membuat Ali segera membuka pintu ruangan pria itu.
"Oh Ali, silahkan duduk!" Ardan menyimpan berkas yang sedang ia periksa begitu melihat Ali.
Dengan penuh kesopanan Ali menarik kursi lalu mendudukkan dirinya didepan Ardan. Hening melanda sampai beberapa menit kemudian Ardan bersuara. "Kalau ada yang ingin kamu katakan silahkan! Kalau memang kamu berniat diam lebih baik kamu pulang, Om memiliki banyak pekerjaan yang harus Om kerjakan." Suara berat Ardan terdengar pelan namun tersirat makna pengusiran secara halus disana.
Ali diam saja sampai beberapa saat kemudian pria itu mulai berbicara. "Aku tahu Om sedang menyimpan kecurigaan tentang si penyebar video yang tiba-tiba menghilang dan tidak lagi memeras Om bukan?" Ardan sempat terkejut namun beberapa detik kemudian pria itu kembali memperlihatkan ekspresi datarnya.
"Kamu bicara apa?"
"Aku tahu diam-diam Om mengerahkan anak buah Om untuk mencari pelaku penyebaran foto-foto Prilly bahkan Om sampai rela memberikan sejumlah uang supaya si pelaku tidak lagi menganggu Prilly." Ali terus berbicara sementara Ardan tampak salah tingkah meksipun berkali-kali pria paruh baya itu memperlihatkan gestur santainya namun Ali bisa melihat jika saat ini Ardan sedang salah tingkah.
"Kenapa Om melakukan semua ini? Kalau memang Om mengkhawatirkan Prilly kenapa Om tidak memperlihatkannya secara langsung?" Todong Ali yang membuat Ardan terdiam. "Prilly berhak tahu jika Om menyayanginya." Sambung Ali yang membuat Ardan semakin membisu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Husband
ChickLitNext story setelah Dokter Cinta selesai. Jangan lupa baca, komen serta votenyaa.. Ceritanya nggak kalah seru dengan cerita sebelumnya. :)