Di dalam kelas Prilly masih terlihat memusuhi teman-temannya yang sama sekali tidak terlihat takut dengan tatapan tajam darinya.Prilly duduk bersebelahan dengan Raka, dibelakang Raka ada James sementara di belakang Prilly terlihat Haykal yang menendang-nendang kursinya pelan. Di sekolah mereka masing-masing mereka memiliki satu meja dan kursi untuk memudahkan proses belajar mengajar di sekolah mereka juga disediakan berbagai macam keperluan lainnya seperti laptop, iPad juga lemari kaca yang bertuliskan nama murid untuk menyimpan segala keperluan mereka.
Sekolah dengan standar internasional ini jelas memenuhi segala kebutuhan muridnya yang setiap bulannya harus mengeluarkan uang nyaris 100 juta untuk membayar seluruh biaya termasuk iuran wajib yang dikenakan sekolah pada setiap murid.
Untuk sekelas pejabat dan pengusaha jelas mereka tidak keberatan merogoh kocek sampai ratusan juta demi pendidikan anak-anak mereka. Prilly sendiri bersekolah disini murni atas permintaan Maminya meskipun biaya sekolahnya di tanggung oleh Ayah kandungnya namun yang mendaftarkan dirinya ke sekolah ini adalah Kinan.
Sementara Satria menolak bersekolah disekolah elit ini karena ia tidak ingin terus berada dibawah bayang-bayang Kakaknya yang memang dikenal sebagai alumni berprestasi selain memiliki ketampanan yang mampu membuat siapa saja jatuh hati Ali juga memiliki otak yang cemerlang sehingga tidak heran ia begitu dibanggakan oleh kedua orang tuanya.
Satria sendiri tidak pernah merasa iri, walaupun ia tidak sepintar Kakaknya namun soal ketampanan dan pesona jelas Satria tidak kalah jauh. Satria memiliki pesona tersendiri bahkan dengan satu kedipan saja perempuan sudah bersedia mengisi hari-harinya namun sayangnya sampai saat ini pria itu belum pernah merasakan cinta yang sesungguhnya bagi Satria cinta hanyalah sebuah kesenangan tidak lebih.
Kembali kepada Prilly yang saat ini nyaris melemparkan iPad miliknya menghantam wajah Raka yang terus memutar video dimana ia dan Ali berpelukan, pria itu juga terus mengejek dirinya dengan membuat ekspresi wajah persis seperti dirinya malam itu.
"Kalian bisa berhenti gangguin gue nggak?"
"Enggak!" Sahut ketiganya kompak.
Prilly sudah meraih iPadnya dan bersiap melempar kearah Raka namun pintu kelas mereka sudah terlebih dahulu terbuka diikuti dengan sapaan selamat pagi dari guru yang akan mengajar di kelas mereka.
Prilly mengurungkan niatnya, ia kembali pada posisinya dan bersiap mendengar pelajaran yang akan guru ajarkan. Di tahun ketiga ini, Prilly tidak lagi berbuat ulah karena ia ingin lulus dengan nilai yang baik dan bisa mendaftarkan diri sebagai mahasiswa baru di universitas yang sama dengan Ali.
Prilly juga berniat untuk mengambil jurusan yang sama meskipun ia masih ragu karena Prilly sadar ia sama sekali tidak memiliki ketertarikan pada jurusan Ali selain pria itu sendiri.
"Raka!"
Raka menoleh menatap temannya, James. "Lo nggak penasaran gimana cara mereka pacaran?" Bisik James yang hanya didengar oleh Raka.
Haykal sempat menoleh menatap kedua temannya namun ia tidak bisa bertanya apapun untuk saat ini karena guru yang ada didepan sedang memperhatikan dirinya.
"Penasaran gila."
"Gimana kalau kita ajak Bang Ali makan siang?" James memiliki ide cemerlang yang langsung di angguki oleh Raka. Mereka sudah kenal dengan Ali sejak berteman dengan Prilly meskipun tidak begitu akrab namun mereka pernah beberapa kali diajak nongkrong oleh kekasih sahabatnya itu meksipun sebenarnya Ali hanya ingin tahu bagaimana aktivitas Prilly selama di sekolah.
Ali memang seperhatian itu pada Prilly sehingga mereka yakin jika Prilly akan baik-baik saja ditangan lelaki itu.
"Raka! James! Tolong ke depan dan jelaskan apa yang baru saja saya jelaskan!"
Raka dan James sontak menatap kedepan sementara murid yang lain tampak menoleh menatap kasihan pada mereka kecuali Haykal dan Prilly yang justru sekuat tenaga menahan tawa melihat wajah pias dua sahabatnya.
"Mampus lo pada!" Ejek Prilly dengan gerakan bibirnya saja. Ia tidak mungkin bersuara bisa-bisa dirinya ikut terseret, guru perempuan yang mengajar dikelas mereka sekarang memang dikenal kejam dan tidak berbelas kasih.
"Awas saja jika kalian tidak bisa menjelaskan seperti saya tadi, saya hukum kalian membersihkan semua toilet di sekolah ini termasuk toilet kantin!" Ancam sang guru yang membuat Raka dan James terus memutar otak mengingat kembali apa saja yang gurunya jelaskan tadi.
Sialan! Ternyata benar tanggal sial itu tidak ada di kalender.
Poor Raka James.
***
"Hahaha!" Prilly dan Haykal tidak bisa menahan tawanya melihat Raka dan James sedang membersihkan toilet kantin dimana beberapa murid lainnya juga sedang menahan tawa melihat Raka dan James yang sudah seperti babu saja hari ini.
Raka menyeka keringatnya begitupula dengan James, sudah hampir 2 jam mereka bekerja dan toilet ini adalah toilet terakhir yang harus mereka bersihkan.
"Tai siapa sih ini bau banget!" Raka menutup hidungnya begitupula dengan James sementara Prilly dan Haykal sudah menjauh sambil menutup hidung mereka.
Beberapa kali terdengar umpatan dari mulut Raka yang sedang menyiram closet dimana banyak sekali sisa-sisa kotoran yang tidak disiram oleh pemiliknya.
"Gue sumpahin pantatnya berkurap!" Seru James yang hampir memuntahkan isi perutnya.
Toilet ini benar-benar kotor dibandingkan dengan toilet yang sudah mereka bersihkan.
Brak!
James dan Raka membanting gagang pel setelah tugas terakhir mereka selesai. Prilly dan Haykal tampak berbincang sambil menunggu dua sahabatnya itu keluar.
"Udah bersih semuanya?" Tanya Haykal begitu James dan Raka keluar dari bilik toilet.
Keduanya mengangukkan kepalanya meskipun wajah mereka tampak masam. Prilly kembali meledakkan tawanya saat melihat wajah masam dua sahabatnya. "Kualat lo sama gue makanya lo jangan suka aniaya gue, gini kan jadinya." Ejek Prilly dengan tawa gelinya.
Raka dan James saling berpandangan lalu seriangaian kecil mereka terbit membuat Prilly seketika was-was. "Jangan macam-macam kalian ya?" Prilly sudah berancang-ancang untuk pergi namun James dan Raka terlebih dahulu menahannya.
Dengan entengnya Raka menggendong Prilly membawa gadis itu ke taman belakang lalu bersiap untuk melemparkannya ke kolam yang airnya baru saja diganti oleh penjaga sekolah.
"Argh! Raka brengsek! Lo lempar gue ke kolam detik itu juga video lo sama janda 2 anak gue sebar!" Ancam Prilly tidak main-main.
Haykal dan James tertawa ngakak sementara Raka sudah terlebih dahulu menurunkan Prilly dari gendongannya. "Jangan dong! Ah, lo mah sekarang nggak seru lagi diajak bercanda!" Raka ketar-ketir sendiri, Prilly tidak pernah main-main kalau sudah mengancam teman-temannya.
"Sebar aja Pril! Mau liat gue gimana panasnya Raka sama tuh janda!" James mulai memanasi Prilly.
Raka beranjak menarik kerah baju James meminta temannya itu untuk berhenti mengompori Prilly tanpa mereka sadari Haykal dan Prilly sudah bermain mata. Kali ini giliran mereka yang menyeringai tanpa disadari oleh James dan Raka.
Prilly mulai menghitung hanya dengan gerakan mulut namun Haykal dapat mengerti dengan jelas. Dalam hitungan ketiga Raka dan Haykal serempak mendorong James dan Raka ke dalam kolam. James dan Raka yang masih berdebat benar-benar terkejut dengan apa yang teman mereka lakukan namun sayangnya semua sudah terlambat.
Byur!
Prilly dan Haykal terlihat puas setelah mendorong dua temannya. "Mandi yang bersih biar bau tainya ilang!" Ejek Prilly sambil melambaikan tangannya.
"Woi Pril! Awas lo ya, gue aduin Bang Ali kalau minggu kemarin lo manjat pagar sekolah!" Teriak James yang masih berada di dalam kolam.
"Gue nggak takut! Sekarang gue ceweknya jadi mana mungkin Bang Ali marahin gue!" Balas Prilly sambil menjulurkan lidahnya pada James juga Raka.
"Kurang kerjaan banget jadi perempuan! Bisa-bisanya Kak Ali suka sama modelan cewek kayak elo!" Suara seorang perempuan terdengar membuat huru-hara antara Prilly dan teman-temannya terhenti seketika.
"Mila.."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Husband
ChickLitNext story setelah Dokter Cinta selesai. Jangan lupa baca, komen serta votenyaa.. Ceritanya nggak kalah seru dengan cerita sebelumnya. :)