Saga, Haykal, James dan Raka tampak kesusahan membawa kardus-kardus dari mobil pickup. Mereka menurunkan satu persatu kardus itu dari dalam mobil.
"Kenapa banyak sekali yang mereka beli?" Tanya Haykal pada James.
"Ya namanya juga orang kaya mana mungkin beli barang sedikit." Jawab James sekenanya.
Raka dan Saga hanya diam sambil menyusun barang yang sudah mereka turunkan di teras rumah baru Ali dan Prilly.
"Demi Prilly kesayangan kita gue rela bolos sekolah." Celetuk Raka yang mendapat hantaman dikepala belakangnya, siapa lagi pelakunya kalau bukan James dan Haykal.
Saga sendiri hanya tertawa, ternyata teman-temannya Prilly menyenangkan juga. Saga sudah lama mengenal Prilly namun teman-teman gadis itu baru kali ini ia melihatnya.
Hari ini mereka ditugaskan untuk membantu Ali dan Prilly yang akan menempati rumah baru mereka. Benar, Ali memilih untuk membeli sebuah rumah yang luasnya tidak seberapa namun desain rumah ini terlihat sangat menarik dan mewah tentu saja.
Sesuai dengan saran Satria pagi itu dan juga untuk kenyamanan Prilly akhirnya pria itu memutuskan untuk membeli sebuah rumah yang diatasnamakan kekasihnya. Rumah ini Ali beli sebagai hadiah juga ucapan terima kasih dirinya untuk Prilly yang sudah menerima cintanya.
Dan hari ini mereka akan mengisi furniture untuk kediaman baru Ali dan Prilly. Ali dan Prilly belum kembali, mereka sedang berada di kediaman orang tua Prilly.
Ali tentu saja akan meminta ijin langsung pada Ayah kandung Prilly sebelum mereka tinggal bersama.
"Kita buka aja pintu rumahnya terus kita masukin semua ini ke dalam." Ujar Saga mengeluarkan kunci rumah yang ada di saku celananya.
Teman-teman Prilly kompak setuju, mereka ingin segera menyelesaikan pekerjaan ini karena Ali menjanjikan akan mentraktir mereka nanti malam.
Di kediaman Ardan terlihat Ali dan Prilly memasuki rumah besar itu. "Aku langsung ke kamar ya buat beres-beres." Ali mengangukkan kepalanya. "Kalau butuh bantuan panggil aja ya." Prilly mengangukkan kepalanya.
Sepeninggalan Prilly, Ali berjalan menuju ruang kerja Ardan yang ada di dekat pintu utama. "Permisi Om."
Ardan yang sedang menatap keluar jendela menoleh dan tersenyum kecil saat melihat Ali. "Silahkan duduk Al."
"Terima kasih Om."
Ardan dan Ali kini duduk berhadapan hanya dibatasi dengan meja kerja orang tua laki-laki Prilly itu. "Ada apa Nak?" Tanyanya pada Ali.
Ali tersenyum kecil lalu mulai mengutarakan maksud dan tujuannya mendatangi pria ini. Ardan sudah mengenal Ali sejak kecil sehingga ia tidak pernah meragukan keberanian laki-laki ini namun untuk kali ini jujur Ardan sedikit terkejut dengan keberanian Ali yang mengutarakan maksud dan keinginannya secara gamblang.
"Tapi kalian belum menikah bagaimana mungkin kalian tinggal satu atap?"
Ali sama sekali tidak membantah karena apa yang dikatakan oleh Ardan benar adanya tetapi tidak ada yang salah dengan tinggal satu atap selama ia bisa menjaga Prilly dengan baik.
"Aku tidak bisa menjamin tentang kebahagiaan Prilly tetapi aku bisa menjamin jika aku bisa menjaga Prilly bahkan mungkin lebih dari apa yang Om lakukan selama ini." Ujar Ali begitu tenang namun mampu membuat Ardan bungkam.
"Ali!"
Terdengar helaan nafas berat Ali, kali ini tatapannya jauh lebih datar. Ia sama sekali tidak goyah membalas tatapan Ardan yang menatapnya dengan kilat emosi. "Cukup Om! Sudah cukup Om menekan dan menyiksa Prilly." Katanya dengan penuh keberanian.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Husband
Genç Kız EdebiyatıNext story setelah Dokter Cinta selesai. Jangan lupa baca, komen serta votenyaa.. Ceritanya nggak kalah seru dengan cerita sebelumnya. :)