Bab 6

1.3K 188 14
                                    


Perkara mobil yang ditabrak oleh Satria akhirnya terselesaikan berkat campur tangan Ali yang sigap menghubungi pihak bengkel dan sekarang mobil kesayangan Ibu mereka itu sudah berada di bengkel.

Prilly sedang berada di kamar Ali ketika pria itu bersama Satria mengantar mobil naas itu. Prilly sendiri sudah terbiasa berada di kamar Ali bahkan dulu ketika Ali masih bersekolah di sekolahnya sekarang mereka juga sering menghabiskan waktu bersama bahkan mereka sering tidur di ranjang yang sama.

Namun kala itu posisi mereka hanyalah sebatas Kakak adik tidak ada hubungan khusus yang terjalin berbeda dengan sekarang, jadi Prilly tidak salah jika ia mulai merasa canggung ketika menginjakkan kakinya di kamar kekasihnya.

"Dulu tidur pelukan aja kayaknya gue biasa aja sekarang liat mata Bang Ali aja jantung gue hampir meledak." Keluh Prilly sambil menyentuh bantal milik Ali.

Senyuman Prilly mengembang tanpa sadar ketika bayangan kebersamaannya bersama Ali terlintas di kepalanya. Sejak dulu Ali memang paling menyayangi dirinya bahkan pria itu sampai rela membagi apapun miliknya jika Prilly menginginkannya.

"Aku suka mobil Abang." Kata Prilly, kala itu Ali baru saja dibelikan sebuah mobil oleh orang tuanya karena pria berhasil menjadi juara umum di sekolah bergengsi itu.

Prilly sendiri masih berada di bangku SMP kala itu.

"Nanti kalau kamu udah bisa nyetir mobil ini bisa kamu miliki." Ucap Ali seperti tanpa beban padahal ia sangat menyayangi mobil itu.

Prilly hanya tertawa bahkan berkata akan menuntut janji Ali hari itu dan benar saja ketika Prilly duduk di bangku kelas 2 sekolah menengah atas, mobil kesayangan Ali itu benar-benar menjadi miliknya.

Senyuman Prilly kembali mengembang saat matanya beralih pada figura foto yang Ali pajang di meja kecil sebelah ranjangnya. Foto mereka ketika orang tua Ali mengajak mereka berlibur ke London. Di foto, Prilly tersenyum lebar kearah kamera sementara Ali justru tersenyum kecil dengan tatapan fokus pada Prilly alih-alih menatap kearah kamera.

Prilly baru sadar jika Ali sudah menunjukkan rasa padanya sejak dulu hanya saja ia tidak peka, padahal dia sendiri sudah menyimpan rasa pada Ali. Jika mereka sama-sama memiliki rasa seperti ini jadi apa untungnya Prilly memiliki banyak gebetan selama ini.

"Semoga kita langgeng sampai tua ya Bang." Prilly berkata sambil menatap foto mereka.

"Amin. Abang juga berharap bisa sampai tua bahkan mati sama kamu." Suara berat Ali terdengar membuat Prilly terlonjak kaget.

Prilly buru-buru berdiri dan membalikkan tubuhnya menatap Ali yang sedang tersenyum manis kearahnya. "Abang kapan pulang?" Tanya Prilly gugup.

Ali tampak mengantongi kedua tangannya lalu berjalan mendekati Prilly. "Baru saja." Jawabnya. "Kamu kenapa belum istirahat?" Ali balik bertanya kini pria itu sudah berdiri tepat didepan kekasihnya.

Prilly semakin gugup bahkan kedua tangannya sudah terasa dingin sangking gugupnya ia berhadapan dengan kekasihnya.

"Ini mau istirahat. Abang bersih-bersih dulu lalu istirahat juga jangan begadang!" Prilly berucap cepat sebelum beranjak meninggalkan Ali namun sayangnya pria itu sudah terlebih dahulu menahan lengannya. "Kamu mau kemana?" Suara Ali terdengar berat namun sangat sensual hingga membuat Prilly merinding refleks ia menarik lengannya yang dipegang oleh Ali.

"Aku tidur di kamar tamu! Selamat malam Abang." Kata Prilly cepat lalu berlari meninggalkan Ali yang menatap kepergian kekasihnya dengan senyuman kecil.

"Kali ini kamu bisa lolos tapi tidak dengan lain kali Sayang." Ujar Ali sebelum berbalik menuju kamar mandi. Ia ingin membersihkan diri lalu tidur, semua kebahagiaannya hari ini rusak karena perbuatan Satria.

My Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang