Bab 24

1.1K 181 18
                                    


Prilly keluar dari kamar mandi kamarnya dan ia sedikit terkejut saat melihat Ali sudah duduk manis diatas ranjangnya. Ali membawa dirinya kembali ke rumah yang sebelumnya mereka tempati. Prilly sengaja tidak ingin kembali kerumah orang tuanya, seminggu berada disana ia sungguh sangat tertekan.

"Sini!" Ali menepuk kasur disebelahnya.

Dengan perlahan Prilly berjalan menuju ranjang lalu menempati kasur tepat disamping Ali. Pria itu tersenyum yang membuat Prilly salah tingkah.

Perlahan Ali beranjak menuju lemari lalu mengeluarkan satu handuk kecil sebelum kembali ke ranjang dimana Prilly sedetik pun tidak melepaskan pandangannya dari sang kekasih.

Prilly kembali dibuat terpana ketika Ali meletakkan handuk kecil itu dikepalanya, ia memang baru selesai keramas dan untungnya ia membawa pakaian gantinya ke kamar mandi sehingga Ali tidak melihat tubuh polosnya.

Terkadang setelah mandi ia sering keluar kamar mandi dengan bertelanjang menuju lemari lalu mengenakan pakaian disana untung saja hari ini ia bersikap normal sehingga ia tidak mempermalukan dirinya sendiri didepan Ali.

"Kebiasaan banget kamu keramas rambutnya nggak pernah kamu keringin." Celetuk Ali yang sedang mengusap-usap lembut rambut basah Prilly. Pria itu mengeringkan rambut kekasihnya dengan begitu telaten.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Ali melakukan hal seperti ini namun karena hubungan mereka sudah resmi menjadi sepasang kekasih tentu saja perlakuan manis ini mampu mengirimkan getaran sampai ke ulu hati Prilly.

"Jangan nangis lagi setelah ini semuanya akan baik-baik saja." Kata Ali setelah selesai mengeringkan rambut kekasihnya.

Prilly membuka matanya menatap kekasihnya yang sudah memegang sisir dan perlahan Ali mulai menyisir rambut panjangnya. "Aku nggak nangis." Jawab Prilly tanpa melepaskan pandangannya dari wajah tampan Ali. Ali yang sedang menyisir rambutnya tampak menundukkan kepalanya membalas tatapannya.

"Bohong! Ini kantung mata kamu nunjukin semuanya ke Abang." Kata Ali sambil menekan pelan kelopak mata Prilly.

Helaan nafas Prilly terdengar, mereka duduk berhadapan dengan tangan Ali masih terus bekerja menyisir dan merapikan rambutnya.

"Aku cuma enggak mau orang tua kamu kecewa Bang." Suara Prilly terdengar begitu pelan. "Sedari kecil cuma mereka yang benar-benar tulus dan sayang sama aku bahkan ketika Papa abai cuma Papi sama Mami yang selalu bersedia membuka tangannya untuk memelukku." Prilly kembali mengenang bagaimana hangat pelukan kedua orang tua Ali ketika memeluknya.

"Kamu tahu sendiri bagaimana Mami sama Papi sayang sama kamu jadi kamu nggak perlu takut." Ali meletakkan sisirnya ketika rambut Prilly sudah rapi.

"Justru karena itu aku nggak mau mereka kecewa Bang." Kembali Prilly berujar. "Satu-satunya orang yang aku sayang di dunia ini selain Mama yaitu Mami sama Papi."

"Terus Abang enggak?" Canda Ali yang membuat Prilly tertawa pelan. "Sayang dong!" Prilly melemparkan dirinya ke dalam pelukan Ali.

"Satria gimana?" Ali kembali bersuara ia terus mengajak Prilly untuk bercanda supaya gadisnya ini melupakan kesedihannya.

"Satria enggak deh!" Balas Prilly dengan kekehan gelinya.

Ali ikut tertawa."Dia pasti akan marah besar kalau tahu." Jawab Ali yang kembali membuat Prilly tertawa. "Aku sayang kok sama Satria walupun nyebelin aku tahu dia juga sangat menyayangiku." Ucap Prilly kemudian.

Ali hanya tersenyum keduanya saling berpelukan menikmati suasana sore yang semakin dingin karena hujan tak kunjung berhenti.

***

My Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang