Bab 33

1K 141 11
                                    


Prilly kembali lebih awal, ia sudah bersiap-siap menyambut kedatangan Ali. Tepat pukul 8 malam Ali kembali dengan membawa beberapa kantong plastik berisi makanan untuk makan malam mereka. Jika pagi Ali memang menyiapkan sendiri sarapan untuk dirinya dan Prilly namun untuk makan siang dan malam, pria itu tidak memiliki waktu yang cukup untuk bergelut di dapur jadilah ia langganan pada beberapa restoran terkenal untuk memesan makan malam atau terkadang makan siang mereka.

Tidak sulit untuk Ali menyiapkan segala sesuatu yang terbaik untuk kekasihnya, lihat saja untuk makan malam saja pria itu rela menghabiskan uangnya hampir 2 juta rupiah untuk membelikan makanan-makanan enak untuk Prilly kesayangannya.

"Sayang!" Ali meletakkan kantong plastik di atas meja makan lalu berteriak memanggil kekasihnya. Melihat Prilly tidak kunjung turun akhirnya ia memutuskan untuk keatas mencari Prilly di kamar mereka.

Ali menaiki tangga sambil bersenandung pelan, ia berjalan santai menuju pintu kamarnya. "Sayang Mas bawakan makan malam." Suara Ali terdengar melemah diakhir kalimat karena dirinya sudah lebih dahulu terkesima dengan penampilan Prilly yang begitu menggoda imannya.

"Itu kemeja ku?"

Prilly mengangukkan kepalanya. "Kamu keberatan aku mengenakannya?" Prilly terlihat begitu seksi dengan balutan kemeja putih milik Ali.

Kemeja itu terlihat kebesaran ditubuhnya yang mungil namun entah kenapa penampilan Prilly yang seperti ini begitu menggoda di mata Ali. Paha mulus gadis itu terpampang nyata dan membuat Ali mulai kesulitan menelan ludahnya sendiri.

"Sama sekali tidak."

"Kamu suka penampilan ku malam ini?" Perlahan Prilly mulai membuka satu persatu kancing kemeja Ali yang melekat ditubuhnya. Alhasil mata Ali kembali dimanjakan dengan lekuk tubuh mulusnya yang terlihat begitu menggiurkan.

Prilly dengan sengaja menegaskan pakaian dalam set warna merah yang membuat kulitnya semakin bersinar. Prilly tidak membuka lepas kemeja Ali, hanya kancingnya saja ia buka sepenuhnya. Kini bagian depan tubuhnya benar-benar terpampang didepan Ali.

Tanpa menunggu lama pria itu segera meraih tangan kekasihnya lalu membawa Prilly keatas ranjang. Prilly terlihat pasrah telentang di atas ranjang. Rambut panjangnya tampak menghambur diatas sprei membuat kecantikan gadis itu semakin bertambah di mata Ali. Prilly begitu mempesona hingga nyaris membuat Ali gila.

"Kamu mencoba merayuku Sayang?" Suara Ali mulai terdengar berat, perlahan pria itu bergerak menuju ranjang lalu menindih tubuh Prilly yang terlihat begitu mungil dibawah tubuh besarnya.

"Aku tidak begitu!" Prilly memejamkan matanya ketika Ali mulai mencumbu lehernya. Ali kembali menegakkan tubuhnya sebelum kembali menunduk untuk mencium bibir merah kekasihnya.

"Kamu harus di hukum!" Kata Ali dengan suara yang sudah begitu serak.

Kalung pasangan milik Ali yang menggantung sama sekali tidak menghalangi ciuman mereka yang mulai memanas. Prilly baru akan membalas ciuman Ali tetapi pria itu sudah terlebih dahulu menjauhkan dirinya hingga membuat Prilly berdecak pelan. "Sayang!" Rengeknya begitu manja.

Ali hanya tersenyum ia kembali menunduk mencumbu kekasihnya dan lagi-lagi pria itu menjauh ketika Prilly ingin membalas cumbuannya. "Sayang ih!"

"Kamu sedang dihukum Sayang." Tangan Ali mulai menjalar ke seluruh tubuh kekasihnya. "Kamu sangat indah sungguh." Pujinya yang membuat wajah Prilly merona karena malu.

"Eugh!" Tanpa sadar Prilly melenguh saat Ali mulai menyentuh bagian dalam pahanya.

Sepertinya Ali harus menyegerakan pernikahan mereka jika tidak ia takut imannya tidak akan kuat. Mata pria itu tampak berkabut saat melihat dada Prilly yang naik turun seiring dengan nafas wanita itu yang mulai memberat.

"Malam ini Abang benar-benar tidak akan menahan diri." Bisiknya sebelum kembali meraup bibir Prilly dan menciumnya dalam-dalam. Lenguhan serta desahan mulai memenuhi kamar itu sampai akhirnya teriakan Prilly terdengar menandakan jika ia sudah mencapai puncak kenikmatannya.

Ali terbangun pukul 2 dinihari, tangannya terlihat meraba-raba ke sebelahnya mencari keberadaan sang kekasih yang ternyata tidak ia temukan disisinya. Dengan berat hati Ali membuka matanya lalu memanggil kekasihnya. "Sayang! Prilly!"

Hening.

Prilly sama sekali tidak menjawab panggilan darinya, meraih kaos serta celana miliknya pria itu segera beranjak dari ranjang tentu saja setelah mengenakan pakaiannya.

Diluar kamar tepatnya didekat jendela ruang tamu terlihat Prilly sedang termenung sambil menatap langit yang dipenuhi dengan bintang. Ia tidak berani menatap langit secara langsung ia takut membuka pintu dan keluar dari rumah.

"Hei Sayang."

Prilly menoleh menatap Ali yang datang dan langsung mencium kening serta pipinya. "Ngapain disini sendirian?" Suara Ali terdengar serak menandakan jika pria itu baru terbangun dari tidurnya. "Abang cari dikamar kamu nggak ada." Katanya lagi kali ini Ali tampak mengusap lebar.

Prilly menaikkan tangannya menutup mulut Ali yang terbuka lebar karena menguap. Ali tersenyum ia kecup kilat telapak tangan kekasihnya. "Kamu kebangun?" Ali kembali bertanya setelah menempati kursi disebelah Prilly.

Gadis itu mendorong sofa hingga mepet ke jendela selain ingin melihat bintang Prilly juga berniat tidur di sofa malam ini. "Kamu malu sama Abang?"

Prilly terhenyak dengan cepat ia menggelengkan kepalanya. "Apaan sih!" Kilahnya mengalihkan tatapannya kembali ke langit.

"Kalau malu kenapa kamu goda Abang heum?" Ali belum berhenti menggoda kekasihnya.

"Aku enggak godain Abang!"

"Terus tadi apa? Tapi kalau boleh jujur tanpa kamu godain Abang juga sudah bertekuk lutut sama kamu." Ali mencium pipi Prilly lagi.

"Aku malu!" Keluh Prilly dengan rona merah mulai menjalar di wajahnya. "Kenapa malu? Tadi kamu beneran seksi." Ali sengaja berbisik didekat telinga Prilly hingga membuat gadis itu menoleh dan memelototi dirinya.

Alih-alih takut Ali justru terkekeh geli. Ia raih bahu Prilly lalu ia dekatkan dirinya hingga kini mereka duduk berhimpitan. Perlahan Prilly mulai merebahkan kepalanya di bahu lebar sang kekasih.

Keduanya tampak tenang menatap langit malam yang terlihat begitu indah. "Rasanya baru kemarin kita lihat langit pas liburan sama Mami Papi." Celetuk Prilly yang dijawab anggukan kepala oleh Ali. "Benar. Abang masih ingat kamu sama Satria sampai bertengkar karena berlomba menghitung bintang." Ujar Ali yang sontak membuat Prilly tertawa geli.

Ia juga masih ingat bagaimana Kinan dan Ardi sampai kewalahan memisahkan mereka yang jambak-jambakan kala itu.

"Rindu banget berantem sama Satria." Celetuk Prilly dengan helaan nafas panjangnya. "Jangan bilang gitu perasaan kemarin kamu juga berantem sama Satria."

"Kemarin dia ingkar janji Sayang!" Dan mulai lah Prilly mengadu jika Satria tidak membelikannya ponsel seperti yang ia minta padahal Satria sudah berjanji akan mengabulkan permintaannya.

Prilly hampir saja menceritakan perihal dirinya dan Satria yang diam-diam menjalankan misi bersama untung saja ia bisa menahan mulutnya untuk tidak membahas hal itu.

"Nanti biar Abang yang belikan kamu hape."

Prilly sontak menggelengkan kepalanya. "Aku tetap mau Satria yang beliin aku hape enak aja dia main batalin janji." Ali hanya bisa pasrah membiarkan Prilly mendumel sendirian perihal Satria yang ingkar janji.

Mereka sama-sama larut dalam cerita sampai akhirnya mereka terlelap disofa dengan Prilly yang bergelung nyaman dalam pelukan kekasihnya. Ali tersenyum beberapa kali terlihat pria itu mencium kening kekasihnya, ia sudah memutuskan secepatnya ia akan melamar Prilly untuk menjadi istrinya.

Selain menjaga Prilly dari hawa nafsunya, Ali juga ingin memiliki Prilly seutuhnya. "Mimpi indah Sayang."

Cup.

***

 

 

My Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang