Suasana hangat di kediaman Ali Prilly mendadak hilang. Pagi yang biasanya riuh dengan canda dan tawa pasangan kekasih itu kini sunyi mencekam.
Berkali-kali Ali melirik kearah tangga dimana biasanya Prilly akan muncul dan mengagetkan dirinya yang sedang menyiapkan sarapan pagi. Prilly masih belum terlalu mahir didapur sehingga tugas memasak masih menjadi tugas Ali.
Helaan nafas berat Ali terdengar, Prilly masih belum berbicara dengannya sejak insiden kemarin, gadisnya itu benar-benar menjaga jarak dengan dirinya bahkan tadi malam Prilly memilih mengurung diri di kamar alih-alih bermanja dengannya seperti biasa.
Ali segera menyelesaikan pekerjaannya sehingga ia bisa menyusul Prilly ke kamarnya. Sudah cukup ia diam semalaman dan sekarang ia sudah tidak tahan lagi. Setelah menghidangkan beberapa menu sarapan di meja makan kini pria itu bergerak menuju lantai atas.
Tepat didepan pintu kamar Prilly, baru saja ia berniat mengetuk pintu kamar kekasihnya tiba-tiba pintu kamar itu terbuka dari dalam dan memperlihatkan Prilly yang sudah rapi, rambut panjangnya hari ini dikucir kuda membuat penampilan gadis itu semakin menarik dan menggemaskan.
Prilly menatap Ali sekilas sebelum beranjak tanpa berniat menyapa kekasihnya itu. "Sayang!" Langkah Prilly terhenti saat Ali memanggil dan menahan lengannya.
"Kamu marah sama Abang?"
"Enggak."
"Terus kenapa semalaman kamu ngurung diri di kamar hm?"
"Kan aku udah bilang sekarang aku lagi banyak tugas."
Prilly masih enggan membalas tatapan Ali meksipun mulutnya terus menjawab setiap pertanyaan pria itu.
"Abang tahu kamu marah. Oke, kalau memang kamu marah karena Abang kerumah kamu dan menerima pemberian Tante Farah mulai sekarang Abang janji Abang tidak akan melakukannya lagi." Ali berujar dengan lembut dapat ia lihat secara sekilas jika Prilly menggulirkan mata kearahnya. "Abang tidak akan kesana tanpa kamu." Lanjut Ali lagi.
"Heum!" Respon Prilly cuek namun dari raut wajahnya sudah terlihat jika amarah gadis itu sudah mulai mereda.
"Maafin Abang ya?" Ali meraih tangan Prilly lalu menggengamnya lembut. "Heum?" Pria itu tampak mendekatkan wajahnya ke wajah Prilly lalu secara tiba-tiba Prilly tersentak saat Ali mengecup sudut bibirnya dengan lembut.
Rona merah sontak menjalar diwajah cantik itu. "Abang ih!" Prilly memukul pelan lengan kekar kekasihnya hingga membuat Ali terkekeh. "Udah dimaafin kan?" Pria itu mulai menggoda Prilly.
Sebelum beranjak Prilly kembali memukul lengan Ali, gadis itu memilih untuk segera turun ke lantai bawah meninggalkan Ali yang masih tersenyum-senyum seperti orang bodoh. Prilly memang mudah sekali terpancing emosinya namun sejauh ini Ali selalu memiliki cara untuk menenangkan kembali kekasihnya itu.
"Sayang tungguin Abang dong!" Teriaknya saat melihat Prilly sudah mencapai setengah anak tangga. Prilly menoleh ke belakang dan begitu melihat Ali sudah berjalan menyusulnya gadis itu justru mempercepat kakinya menuruni tangga hingga membuat Ali memekik karena takut gadis itu terpeleset dan jatuh dari tangga.
"Sayang hati-hati! Jangan lari begitu nanti kamu jatuh!"
"Bodo amat!" Balas Prilly yang hampir mencapai tanggai terakhir. Ali ikut berlari menuruni tangga menyusul kekasihnya yang sudah tiba di meja makan terlebih dahulu.
"Abang sengaja siapin menu spesial untuk kamu hari ini." Ali meraih sebuah piring berisi kudapan yang kemarin sempat menjadi alasan perselisihannya dengan Prilly.
"Ini Abang buat sendiri bukan dari Tante Farah." Ali langsung menjelaskan saat ia melihat ekspresi wajah Prilly mulai berubah. "Jangan marah lagi ya?" Ali tampak cemas dengan perubahan ekspresi kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Husband
Genç Kız EdebiyatıNext story setelah Dokter Cinta selesai. Jangan lupa baca, komen serta votenyaa.. Ceritanya nggak kalah seru dengan cerita sebelumnya. :)