Bab 17

1.2K 171 15
                                    


Kepala Prilly rasanya nyaris berasap setelah nyaris dua jam bergelut dengan puluhan pertanyaan matematika yang mengingat soal-soalnya saja sudah membuat Prilly pusing.

Haykal, James dan Raka juga mengalami kondisi yang tidak jauh berbeda dengan Prilly. Mereka termasuk anak yang pintar dan gemar belajar namun tetap saja matematika tidak termasuk dalam list pelajaran yang mereka senangi.

"Gila sampai panas ubun-ubun gue gara-gara itu soal." Haykal berkata sambil menyentuh ubun-ubun miliknya. "Ubun-ubun lo panas nggak?" Haykal beralih menyentuh ubun-ubun James yang sontak mendapat pukulan dari temannya itu.

Sementara Raka beberapa kali menoleh menatap kedua temannya lalu mengarahkan pandangannya pada Prilly yang berubah menjadi begitu pendiam. James dan Haykal sontak menghela nafasnya terutama Haykal ia benar-benar khawatir pada kondisi Prilly hari ini.

James dan Raka sudah tahu perihal Prilly yang mendatangi rumah Haykal pagi-pagi buta karena mulut ember Haykal yang jelas tidak bisa menutupi apapun dari sahabatnya itu terlebih jika hal itu berkaitan dengan gadis kesayangan mereka.

"Pril lo mau makan apa?" Tanya James yang dijawab asal oleh Prilly. "Makan ati!"

"Kan udah! Dari semalam elo makan ati sama Bang Ali kan? Belum kenyang lo?" Balas James yang membuat Prilly menoleh lalu mengacungkan jari tengah padanya.

Haykal, Raka dan James sontak tertawa setidaknya Prilly tidak seputus asa yang mereka bayangkan.

"Seriusan ini lo mau makan apa?" Ulang James lagi.

"Bakso aja!"

"Bakso apa nih?"

Kembali terdengar hembusan nafas dari mulut Prilly, ia sedang berusaha menahan diri untuk tidak memaki James yang sejak tadi memang terus memancing emosinya. "Apa aja!"

"Bakso tikus lo mau?"

"Bangsat! Pergi elo sebelum garpu ini nembus mata lo!" Prilly mengacungkan garpu yang ada diatas meja kantin kearah James yang ternyata sudah terlebih dahulu berlari menuju ibu penjaga kantin memesan makanan untuk teman-temannya.

Haykal dan Raka yang tertawa melihat tingkah dua teman mereka ini sementara Prilly kembali menghembuskan nafasnya lalu termenung memikirkan nasibnya.

"Lo bisa nginap dirumah gue kalau elo nggak mau balik kerumah Bang Ali atau bokap lo." Raka bersuara sambil mengusap kepala Prilly dengan lembut. "Kebetulan Mama sama Papa gue lagi keluar kota jadi---"

"Ogah nanti lo perkosa lagi!" Potong Prilly yang sontak membuat usapan lembut dikepalanya menjadi toyoran hingga ia nyaris terjungkal jika dirinya tidak sigap memegang pinggiran meja.

"Raka sialan!" Maki Prilly yang kembali mendapat sentilan di mulutnya, siapa lagi pelakunya jika bukan Raka.

"Apa sih lo!"

"Mulut lo itu makin hari makin minta dicabein tau nggak."

"Nyenyenye!" Ejek Prilly yang lagi-lagi membuat Raka menyentil mulutnya. Selanjutnya terjadilah pertengkaran antara Raka dan Prilly sementara Haykal tampak lega karena akhirnya Prilly melupakan kegelisahannya sejenak meksipun ia tahu nanti sahabat kesayangannya ini akan kembali bersedih mengingat pertengkaran dengan kekasih pujaannya.

***

Prilly baru saja akan kembali ke kelas untuk mengikuti ujian mata pelajaran kedua saat seorang wanita cantik tiba-tiba datang menghampiri dirinya.

"Kak Eri?" Prilly mengenali wanita cantik didepannya ini. Erika, satu-satunya teman perempuan yang dimiliki oleh Ali.

Senyuman Erika manis tersumir membuat ketiga teman Prilly menganga lebar, mereka begitu terkesima dengan kecantikan wanita didepan mereka itu.

My Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang