Tatapan tajam Kylen menyambut kedatangan mobil Baekhyun yang berhenti di depan lobby perusahaan penyiaran tempatnya bekerja. Pria yang duduk di balik kemudi itu hanya tersenyum kecil menyambut raut tidak ramah wanitanya. Tanpa ada perlakuan manis seperti membukakan pintu untuknya seperti biasa, Kylen semakin dibuat jengkel.
"Maaf, ada masalah kecil yang harus ku urus di perusahaan."
Kylen melipat lengannya dan menatap ke depan, "Seharusnya kau bilang, jangan mengabaikan panggilanku begitu."
"Ayolah, hanya tiga puluh menit. Masih ada waktu makan malam." Ujar Baekhyun ringan.
Jawab tidak memuaskan Baekhyun barusan seolah menyepelekan Kylen hingga wanita itu praktis menoleh sembari mendesis sinis, "Aku bukan pulang bermain, Baekhyun. Kalau memang batal dan tidak memungkinkan kita untuk pergi, hanya katakan padaku. Aku ini lelah. Bukan urusanmu saja yang penting, waktuku jugaㅡ"
"Astaga, Key." Potong Baekhyun berdecak dan menoleh pada Kylen sekilas, "Kenapa harus dibesar-besarkan. Aku sudah minta maaf, bukan?"
"Lihat?! Kau semakin menyebalkan. Seolah tidak bersalah sama sekali."
Saat berhenti di lampu lalu lintas yang menyala merah, Baekhyun baru bisa menatap sang wanitanya, "Aku bersalah padamu dan aku minta maaf. Okay?"
Kylen bungkam. Sakit hati rasanya melihat sikap Baekhyun hari ini. Padahal pria itu sendiri yang mengajaknya makan malam. Tapi alih-alih menyambutnya yang sudah kelelahan bekerja, Kylen justru merasa bahwa Baekhyun semakin membuatnya kesal. Pun kini ekspresi Baekhyun nampak jelas tidak tulus dengan permintaan maafnya.
"Aku dapat teguran dari atasanku karena melakukan kesalahan pada pengecekan data analisis keuangan, Key. Revisinya harus sudah kuserahkan sebelum esok. Tapi lihat, aku datang untukmuㅡ" Baekhyun meraih tangan Kylen dan mengecupnya, "Maafkan aku, Okay? Kita tidak perlu melanjutkan perdebatan ini."
Penjelasan Baekhyun membuat Kylen luluh. Lembut bibir Baekhyun yang mengecup punggung tangannya berhasil menggetarkan hatinya yang semula memanas. Kalau dilihat, Baekhyun tidak sedang mencari alasan. Bisa-bisa mereka bertengkar hebat jika egonya gagal tertahan.
"Hmm. Maaf, aku lelah, jadi sensitif." Kylen mengusap pipi Baekhyun, "Jadi makan malam dimana?"
Selagi kembali melajukan mobilnya, Baekhyun berpikir, "Aku tidak punya ide, Key. Kau mau dimana?"
Mungkin benar, Kylen terlampau lelah hingga jawaban Baekhyun barusan kembali menyulut kekesalannya. Dari sisinya, Baekhyun nampak memaksakan keadaannya untuk tetap bertemu. Padahal jika begini, potensi terpicunya pertengkaran justru akan semakin besar alih-alih menuntaskan rindu karena dua hari tak bertemu.
"Kupikir kau sudah berencana saat mengajakku tadi siang." Jawab Kylen ketus tanpa menatap Baekhyun, "Kafe biasanya saja. Aku sudah tidak begitu berselera."
Hela napas kasar Baekhyun berhembus. Keduanya sama-sama mencoba mengontrol emosi. Pria itu merasa serba salah. Kalau membatalkan janji sedangkan dirinya yang mengajak bertemu, itu jelas mengecewakan Kylen, tapi memaksa bertemu saat sama-sama sensitif begini ternyata tidak membuat semua lebih baik. Di detik ini, entah kenapa, Baekhyun merasa Kylen lebih menyebalkan dari mode sensitifnya yang seperti biasa.
Sampai di kafe biasa mereka berkencan, Baekhyun yang memikul beban karena nanti harus membawa pekerjaannya pulang nampak muram. Dia mencoba menteralisirkan penatnya dengan mencari topik pembicaraan dengan sang kekasih. Tapi sepertinya Kylen tidak berminat membuka obrolan. Suasananya canggung, padahal keduanya tengah di keramaian pengunjung kafe.
"Bagaimana harimu, Sayang? Apa rapat siang ini lancar?" Tanya Baekhyun diakhiri senyuman sembari mengusap punggung tangan Kylen di atas meja.
Kylen mengerling pada tautan tangan mereka, lalu beralih menatap Baekhyun, "Ya. Program variety baruku akan dimulai musim gugur nanti. Terlalu dini untuk dikatakan lancar karena salah satu host tetapnya adalah seorang Idol yang naik daun, tapi kudengar dari Senior Park dia baik dalam memandu acara."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mistake (COMPLETE)
Fanfiction(Mature Content) Obsesi Je A pada Baekhyun menciptakan keserakahan dalam diri wanita itu. Ketidakmampuannya mendapatkan hati sang sahabat membuatnya marah dan kecewa pada keadaan. Cinta tulusnya dapat balasan sebuah abai dan pada akhirnya, mengambil...