TM 22

922 89 65
                                    

Kilau sinar matahari di pertengahan musim semi pagi itu membuat Baekhyun menggeliat sukar. Kelopak matanya mengerjap untuk menyesuaikan tingkat kejernihan penglihatan dan kesadarannya. Begitu sempurna membuka mata, sosok Je A yang tengah membelai rambut depannya sembari menatapnya intens menyapa ramah hingga Baekhyun praktis mengulas senyuman samar.

Ini pemandangan yang sudah Baekhyun nikmati beberapa minggu terakhir sejak dia dan Je A tidur di ranjang yang sama. Bahkan terkadang, dialah yang terjaga lebih dulu untuk menatapi wajah pulas Je A saat terlelap di sebelahnya. Dan kebiasaan itu menciptakan suatu kebahagiaan yang membuat Baekhyun berpikir akan seaneh apa hidupnya jika tak lagi merasakannya.

"Kau banyak menggumam." Ujar Je A diakhiri hela napas berat, "Kelelahan sekali ya?"

Baekhyun tak bisa mengelak. Pun Je A sendiri sangat tahu dari dulu jika kebiasaan itu akan muncul saat dia dalam kondisi kelelahan. Kepalanya mengangguk, tangannya tergerak untuk terulur dan mengusap pipi pucat Je A yang masih tanpa make up atau sekedar basuhan air.

"Tidur jam berapa semalam?"

"Entah." Jawab Baekhyun serak, tubuhnya mengulet dan bangkit untuk bersandar di headboard ranjang, "Terganggu ya? Kau sensitif sekali dengan bunyi dan pergerakan saat tidur. Maaf, lain kali beri selotip mulutku saat menggumam."

Je A terkekeh, lalu menggeleng, "Tidak. Aku selalu menciummu jika kau mulai bersuara."

Mata Baekhyun melotot lalu berlagak terkejut berlebihan sembari menyentuh bibirnya protektif, "Curang. Harusnya kau bangunkan aku sekalian."

Tawa keduanya menyatu dalam ruangan itu. Lantas Baekhyun menepuk sisi ranjang sebelahnya untuk memberi isyarat Je A agar duduk disana. Sementara sang wanita sontak menggeleng cepat.

"Bersihkan dirimu. Nanti terlambat."

"Kemarilah."

"Kau mau apa?"

Baekhyun melipat bibirnya lalu meraih jemari Je A agar menurut untuk duduk menempel padanya, "Mau begini."

"Kau bisa terlambat." Ujar Je A mengingatkan, "Sudah ijin untuk mengantarku cek up, terlambat pula. Suka sekali Manajer Byun ini membuat masalah, hm??"

Kekehan Baekhyun terdengar begitu merdu saat menyapa telinga kanan Je A. Pipinya sontak merona karena menyadari betapa dekatnya mereka saat ini. Lengan kiri Baekhyun yang melingkari bahunya bertandang di lengannya dan merengkuhnya ringan seolah situasi semesra ini bukan perkara besar bagi pria itu.

"Aku tidak jadi ijin setengah hari." Jawab Baekhyun meralat, "Sudah kuputuskan untuk meliburkan diri hari ini. Full."

"Kenapa?" Tanya Je A bergerak menatap wajah Baekhyun, "Kita sudah mendapat nomor antrian online, jadi mungkin akan lebih cepat. Kau tidak perlu meliburkan diri."

"Han Je A." Panggil Baekhyun tersenyum, "Kau ingat, hari kita akan tahu jenis kelamin si kembar laki-laki atau perempuan kan?"

Je A mengangguk.

"Aku akan mengajakmu membeli keperluan mereka setelah pulang dari rumah sakit."

"Tidak perlu buru-buru. Masih enam bulanㅡ"

Baekhyun menggeleng dan mengeratkan pelukannya agar Je A bisa melihat wajah tak mau dibantahnya dengan lebih dekat, "Aku tidak mau Ibu dan Ayah mendahuluiku. Si kembar harus memakai barang-barang pembelianku setelah lahir nanti. Ingat itu ya?"

"Heish, kekanakan sekali."

"Ingat ya?!!" Ulang Baekhyun mendesak dan membuat Je A menyentil kening pria itu hingga melotot galak, "Beraninya!"

The Mistake (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang