Sudah hampir satu bulan Baekhyun dan Je A menikah. Sejak perjanjian dibuat, Baekhyun merasa bahwa peluangnya menikah bersama Kylen kembali terbuka lebar. Hari demi hari, Baekhyun seolah dapat membuktikan pada Kylen bahwa dia bisa mematahkan ketakutan wanitanya itu atas niat terselebung yang mungkin Je A rencanakan di balik perjanjian yang dibuatnya sendiri.
Dari yang Baekhyun amati dan rasakan, Je A memang tidak menunjukan tanda-tanda mencurigakan. Tuntutannya tidak lebih dari sekedar perhatian yang biasa seorang suami lakukan pada istrinya yang tengah hamil. Dan Baekhyun mulai terbiasa melakukannya.
Mulai dari mengabari Je A kapan dia akan pulang sekalipun harus mengatakan niatnya berkencan dengan Kylen, memakan masakan yang wanita itu buat, tidak lagi bertengkar hebat seperti sebelumnya agar bayi di perut Je A tidak mendengarnya, juga beberapa hal baik lainnya. Lagipula, jika Baekhyun pikir-pikir, hal-hal yang Je A minta dalam surat perjanjian tidak sulit. Hanya saja, waktu itu Baekhyun masih sangat marah dan kecewa pada Je A. Bukan berarti sekarang kekecewaan dan kemaraan itu hilang, hanya saja rasanya sedikit bisa mentolerasi.
Entah anaknya atau bukan, yang jelas Je A tengah hamil. Wanita itu hidup sendirian. Sekalipun Ayahnya masih hidup, Baekhyun tahu jika hubungan keduanya tidak baik. Terlebih, ucapan Je A saat di kafe kapan lalu membuat hatinya terenyuh. Benar, selama ini, Je A hanya dekat dengannya. Hidup di Seoul seorang diri sejak remaja hingga sekarang, Je A tidak punya banyak teman dan tempat bersandar.
Mata Baekhyun terpusat pada satu kalimat yang selalu menjadi perhatiannya saat membaca ulang perjanjian yang Je A buat. Disana Je A mengatakan akan menggugat cerai setelah melahirkan dan berjanji tidak akan mengganggu hubungannya dengan Kylen lagi. Sejak awal, poin itu yang menarik persetujuan Baekhyun. Tapi anehnya, kini kalimat itu pula yang memicu satu perasaan aneh dalam benak Baekhyun.
"Pergi kemana kau setelah itu?" Gumam Baekhyun bermonolog. Dia menghela napas panjang dan menyandarkan kepalanya pada headboard ranjang untuk menatap langit-langit kamar, "Kenapa kau bertindak sejauh ini, A~ya?"
"Aku tidak mengenalmu lagi." Lanjut Baekhyun masih bergumam menyesali takdirnya dan Je A yang menjadi semenyedihkan ini.
Saat sedang memejamkan mata menetralisir penatnya, Baekhyun bisa mendengar kegaduhan dari arah luar kamar. Dia mengerling pada jam di layar laptopnya yang menunjukan pukul dua pagi. Menajamkan pendengaran, Baekhyun yakin jika memang televisi tengah menyala. Lantas Baekhyun memutuskan keluar dan ternyata menemukan Je A yang tengah sibuk dengan pisang di tangan kanannya dan fokus pada layar televisi yang menampakan video senam Ibu hamil.
"Oh." Je A melotot mendapati presensi Baekhyun yang berdiri diam di ambang pintu kamarnya, "Maaf, kau terbangun ya?"
Alih-alih menjawab, Baekhyun masih fokus pada layar televisi dan kemudian menatap Je A, "Kau tahu ini jam berapa?"
Je A mengurucutkan bibirnya dengan pipi kiri menggembung akibat kunyahannya yang belum tertelan, "Aku tidak bisa tidur. Tiba-tiba lapar. Ah, atau kau butuh sesuatu? Jangan minum kopi, besok kau kerjaㅡ"
"Kau juga bekerja. Dan tidak seharusnya kau masih disana."
"Aku kan sudah bilang, aku tidak bisa tidur, Baekhyun. Bosanㅡ"
"Dipaksa!"
Je A berdecak, "Kau tidak tahu rasanya hamil muda sih!"
"Aku pria!" Baekhyun balik berdecak, "Matikan televisinya dan kembali ke kamarmu."
"Aku tidak punya kamar." Ujar Je A tak acuh sembari mengedikan bahu dan kembali menghadap televisi.
"Ya!"
Je A melipat bibir dan menoleh pada Baekhyun, "Baek, sepertinya aku tahu cara agar aku bisa tidur nyenyak."
Tanpa jawaban, Baekhyun hanya menatap Je A dengan sudut alis kiri terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mistake (COMPLETE)
Fanfiction(Mature Content) Obsesi Je A pada Baekhyun menciptakan keserakahan dalam diri wanita itu. Ketidakmampuannya mendapatkan hati sang sahabat membuatnya marah dan kecewa pada keadaan. Cinta tulusnya dapat balasan sebuah abai dan pada akhirnya, mengambil...