Menginap di rumah orang tua Baekhyun yang kini menjadi mertuanya memang bukan hal baru bagi Je A. Dulu, dirinya pernah beberapa kali menginap meski tanpa Baekhyun yang sibuk dengan pekerjaan. Jika Dosan harus keluar kota, tak jarang Ilseul meminta ditemani jika Chaera sang menantu tunggal waktu itu tidak memungkinkan datang.
Bagi keluarga Baekhyun, Je A sendiri sudah di anggap bagian dari mereka. Meski ada kekecewaan atas keputusan Je A mengambil tindakan ekstrim untuk dapat bersama Baekhyun, tapi membenci wanita itu bukan opsi yang akan mereka ambil. Bagaimanapun, Je A tengah mengandung dan itu adalah darah daging Baekhyun. Jadi meminta Baekhyun menikahi Je A adalah keputusan terbaik yang bisa dipertimbangkan masa depannya.
Tapi, malam ini Je A merasakan sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Situasi canggungnya dan Baekhyun masih terlalu kuat meskipun interaksi mereka sudah agak lebih baik. Belum lagi, Je A tidak punya ide harus membuat alasan apa untuk tidak tidur di kamar yang sama dengan Baekhyun. Pria itu mungkin mengambil keputusan untuk setuju pada permintaan orang tuanya. Tapi di mata Je A yang menatap langsung ekspresi keterpaksaan pria yang dicintainya itu, dia jadi merasa sangat bersalah.
Hormon sensitifnya kian menguat setiap harinya. Mungkin karena calon anaknya kembar, jadi itu berpengaruh besar untuk mengambil alih tindakannya termasuk berpasrah diri tanpa membantah atau mengajukan ketidaksetujuan. Pun, melihat raut penuh harap Ilseul dan aura otoriter Dosan yang mendominasi, Je A jelas dibuat tak boleh punya banyak pilihan.
Setelah makan malam selesai dan membantu membersihkan peralatan yang meski tak doperbolehkan banyak oleh Chaera, Je A sempat berbincang dengan Ibu mertua dan kakak iparnya itu. Woheepun selalu ingin di dekatnya dengan alasan rindu. Tak ada rasa keberatan meski Je A tak memiliki banyak sisa tenaga. Berasama Wohee, Je A jadi memilik waktu untuk sedikit mengatur perasaan khawatirnya akan sikap Baekhyun setelah semua keramaian ini lenyap ditelan larut.
Ilseul mengikuti Wohee yang mengusap perut Je A. Senyumnya merekah lebar seolah dalam lengkung bibirnya itu terselip sebuah harapan besar dari sosok yang belum dapat dilihat nyata itu. Dalam hati Je A merasakan ketulusan pada usapan sang Ibu mertua yang memang telah dianggapnya Ibu keduanya.
"Ada kesulitan apa, A~ya?" Tanya Ilseul penuh perhatian, "Kau tidak pernah bercerita pada Ibu. Ditanyai selalu bilang tidak apa-apa, tapi ternyata kau bohong. Lihat tadiㅡAyolah, terbukalah. Jika terlalu sulit padaku, kau bisa berbagi pada Chaera. Kita semua punya pengalaman mengandung, Nak."
Chaera mengangguk, "Jangan sungkan, A~ya. Aku akan senang membantumu. Kau cek up di rumah sakit mana? Lain kali biar kutemani ya? Beri tahu aku jadwalnya, akan kuluangkan waktu, takutnya Wohee ada jadwal dari playground jadi aku bisa berjaga-jaga."
Senyum Je A terulas bahagia. Dadanya menghangat seketika. Meski bukan dari sang ayah dari bayinya, dia sangat senang bahwa anak-anaknya mendapat perhatian dari pihak keluarga Baekhyun. Padahal jika diingat, dia adalah penjahat yang merusak masa depan Baekhyun yang harus dipaksa menikahinya.
"Aku memeriksakan kandunganku pada teman lamaku. Jadi tenang saja, sejauh ini tidak ada masalah."
"Jangan sering berganti dokter. Kata Nenek Baekhyunㅡitu saran turun-temurun. Yah, Ibumu yang kolot ini masih percaya. Karena ditangani satu dokter akan membantu pemantauan perkembangan kandunganmu dari bulan ke bulan lebih rinci." Ujar Ilseul masih mengusap perut Je A yang mulai gugup.
"Empat bulan ya?" Tanya Ilseul selanjutnya dan kemudian menoleh pada Chaera, "Ini cukup besar, Chaera. Ibu ingat, Wohee dulu tidak begitu nampak kan di usia empat bulan?"
Chaera mengangguk, "Perut dan pinggangku memang panjang, Bu. Kata dokter, itu berpengaruh."
Napas Je A memberat lalu mencoba mengulas senyuman lebar, "Ya, dokterku juga bilang bahwa ukuran pinggangku yang kecil membuat perutnya nampak lebih besar."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mistake (COMPLETE)
Fiksi Penggemar(Mature Content) Obsesi Je A pada Baekhyun menciptakan keserakahan dalam diri wanita itu. Ketidakmampuannya mendapatkan hati sang sahabat membuatnya marah dan kecewa pada keadaan. Cinta tulusnya dapat balasan sebuah abai dan pada akhirnya, mengambil...