Kesepakatan yang diajukan Baekhyun tentang dimana mereka pulang setelah menjalani rawat inap di rumah sakit yang disetujui Je A membuat keduanya tidak punya pilihan untuk mulai tidur di ranjang yang sama. Semua jelas telah dipikirkan Je A dan Baekhyun sendiri sebelum mengajukan dan menyetujui hal itu karena di rumah orang tua Baekhyun, mereka tidak mungkin tidur di kamar terpisah seperti biasanya. Sudah hampir satu minggu Je A harus menjalani perawatan di rumah sakit agar memudahkan pemantauan kondisinya yang lemah. Dan keluar dari gedung pengap itu membuat Je A sangat bersyukur dan merasa diberkati.
Hari demi hari, kegiatan Je A hanya disibukan di atas ranjang. Selain Baekhyun, Ibu mertuanya juga menjadi lebih overprotektif terhadapnya. Meski begitu, Je A tidak terganggu sama sekali. Sebab, hal-hal seperti itu sangat dia rindukan semenjak Ibunya pergi ke Surga.
Setiap pagi sebelum pergi bekerja, Baekhyun tidak pernah absen mempersiapkan beberapa suplemen yang diresepkan dokter dan menceramahi Je A tentang pentingnya patuh pada anjuran. Baekhyun si banyak bicara yang selama ini Je A anggap hilang telah kembali. Mereka lebih sering berinteraksi meski sesekali masih agak canggung karena status hubungan mereka yang berubah. Tapi, semua tidak terlalu sulit diatasi Baekhyun karena Je A pasti membantunya mencairkan suasana.
"Kau ingin titip apa lagi?" Tanya Baekhyun setelah meletakan suplemen-suplemen Je A sesuai jadwalnya di meja, "Mungkin kau ingin buah atau yang lain? Aku bisa membelinya usai mengambil keperluan yang tertinggal di apartemen setelah pulang dari perusahaan."
Je A yang masih mengantuk agak tidak fokus. Tatapannya tertuju pada Baekhyun, tapi otaknya sibuk mengumpulkan nyawa. Saat kepalanya diusap, Je A menarik napas dalam dan mengingat sesuatu.
"Foto Ibuku."
"Ya?" Tanya Baekhyun memastikan pendengarannya.
"Tolong bawakan foto Ibuku. Aku meletakannya di meja dekat sofa ruang kerjamu." Je A tersenyum ringan, "Semalam aku memimpikan Ibu, jadi teringat kalau aku belum membawanya dari apartemen."
Baekhyun mengangguk, "Ya, nanti akan kubawakan. Ada lagi?"
Kali ini Je A yang mengangguk yakin, "Pulanglah dengan selamat."
Tawa kecil Baekhyun membalas permintaan Je A. Pria itu mengusap pipi Je A dan mengangguk. Dia mengambil ponselnya yang ada di sebelah bantal dan mengecek notifikasi. Sementara itu, mata Je A yang tak lepas mengamati wajah Baekhyun menyadari bahwa alis pria itu sempat mengernyit sebelum mengunci layar ponselnya dengan cepat.
"Aku akan berangkat." Baekhyun mengedikan dagunya ke arah meja, "Jangan lupa diminum. Kalau kau perlu ke kamar mandi, panggil saja Ibu. Pastikan ponselmu tetap dalam keadaan aktif dan tidak kehabisan dayaㅡ"
"Kalau ada apa-apa segera hubungi aku." Potong Je A diakhiri cibiran pada Baekhyun, "Aku sampai hafal dengan omelan templatemu, Baekhyun."
"Karena kau ratunya bebal." Kata Baekhyun sembari menyentil kening Je A, "Tidak sekali atau dua kali kau pingsan karena memaksakan dirimu. Tapi kali ini berbeda dari dulu, A~ya. Ada dua nyawa yang bergantung padamu di dalam sanaㅡYa! Kau tersenyum? Apa itu lucu?"
Je A menggeleng, tapi bibirnya masih melengkung sampai Baekhyun merasa kesal, "Aku senang kau cerewet padaku lagi. Terasa lama sekali tidak mendengarnya, padahal baru beberapa bulanㅡ"
"Han Je A!"
"Iya-iya. Aku tahu dan janji tidak akan bebal lagi." Je A mengusap perutnya dan tersenyum lebar, "Bekerjalah dengan tenang. Kalau aku tidak segera menerima panggilanmu, berarti aku tidur. Okay?"
"Pastikan kau pegang janjimu ya?!" Ujar Baekhyun bernada mengingatkan.
"Em!"
Saat Baekhyun melangkah pergi menuju pintu, senyuman Je A berangsur luntur. Ada pertanyaan mengganjal yang tak berani dia suarakan. Rasa takut untuk mendengar jawaban Baekhyun membuat pertanyaan-pertanyaan di benaknya harus kembali Je A telan bulat-bulat. Pergerakan Baekhyun yang terhenti di ambang pintu membuat Je A menatap pada wajah pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mistake (COMPLETE)
Fanfiction(Mature Content) Obsesi Je A pada Baekhyun menciptakan keserakahan dalam diri wanita itu. Ketidakmampuannya mendapatkan hati sang sahabat membuatnya marah dan kecewa pada keadaan. Cinta tulusnya dapat balasan sebuah abai dan pada akhirnya, mengambil...