TM 17

647 102 47
                                    

Sejujurnya Je A sudah tidak mau berharap berlebihan pada hubungannya dengan Baekhyun. Setiap hari dia selalu memupuk keikhlasannya menerima keadaan. Mendapat sikap kasar yang sebelumnya tidak pernah Baekhyun berikan selama bersahabat saja sudah menyakitkan bagi Je A. Pernikahan yang dijalaninya dengan Baekhyun di atas keterpaksaan pria itu telah membawa siksaan nyata untuk Je A jalani.

Ini baru sebentar, tapi Je A merasa bahwa dirinya telah masuk ke dalam neraka yang diciptakannya sendiri. Jika mengingat bahwa dia juga telah mendorong Baekhyun masuk bersamanya, Je A jadi berkalilipat merasa sakit. Dulu dia terlalu jumawa dan naif dengan berpikir bahwa waktu bisa saja menumbuhkan cinta di hati Baekhyun padanya. Terlebih, dia tengah hamil anak pria itu. Sayangnya, takdir lebih berkuasa di atas keinginannya. Apa yang selama ini dia harap bukanlah rencana yang Tuhan tetapkan untuk dijalaninya.

Ya, Je A sungguh-sungguh akan berniat pergi dengan keikhlasan. Tapi sikap Baekhyun semalam seolah mengembalikan harapan yang telah dia buang. Rasa sakit akibat setiap kata kasar dan makian yang pernah Baekhyun tusukan di jantung dan membuatnya berlubang hingga berdarah-darah seolah tersamarkan dalam sekejap. Dia bahkan lupa kapan Baekhyun terakhir menjadikannya tempat bersandar. Sampai kemudian, Baekhyun sang pria tercinta yang dikenalnya dan telah hilang datang kembali membawanya pada jutaan kenangan indah tentang mereka di masa lalu.

"Lagi!"

Je A terlonjak di kursinya saat mendengar seruan Seola yang sudah berdiri di seberang meja kerjanya. Jantungnya berdegub kencang karena terkejut hebat. Sedangkan sang sahabat hanya mendesis dengan kedua lengan bertopang di tepi meja.

"Lihat! Sebenarnya apa yang kau kerjakan?!"

Tatapan Je A beralih pada layar komputer tepat kemana arah dagu Seola berkedik. Sontak saja dia melotot lebar. Dia tidak sadar sudah mengacaukan pekerjaannya sendiri. Dan lagi-lagi ini masih karena oknum bermana Byun Baekhyun.

"Astaga!" Je A segera menghapus huruf-huruf tidak penting yang terketik akibat kesalahan jemarinya di atas keyboard, "Dasar bodoh!"

"Ckckck!" Seola menggelengkan kepala, "Aku sudah mengetuk pintu dan memanggil namamu berkali-kali, jadi yang kau sibukkan hanya melamun?! Kenapa lagi dengan Byun Baekhyunmu itu?!"

"Tidak perlu berteriak, Seola!" Tegur Je A sembari memberi gestur agar Seola tutup mulut, "Kau ini heboh sekali!"

"Aku ingin mengajakmu makan siang." Ujar Seola masih ketus, "Cepat!"

Je A mendumal tanpa suara, lalu menyusul Seola yang lebih dulu keluar ruangannya setelah menyimpan file pekerjaannya. Keduanya memilih kafe di seberang gedung perusahaan untuk lebih efisien waktu. Mereka segera memesan menu dan memilih spot yang kosong di antara ramai pengunjung kafe di jam siang ini.

"Kau sudah dengar?"

"Apa?" Tanya Je A sembari mengunyah.

"Manajer Kim akan segera menikah."

"Benarkah?" Timpal Je A ringan yang sontak membuat Seola mendesis tidak puas, "Itu berita bagus, bukan?"

"Iya sih." Jawab Seola diakhiri cibiran, "Kata Yeonjung, Manajer Kim dijodohkan dengan salah satu dokter rumah sakit terkenalㅡ"

"Syukurlah. Mungkin itu yang terbaik untuk Manajer Kim." Je A mengedikan bahu, "Dia mudah sekali marah-marah. Dokter itu bisa menjadi counternya."

Seola terkekeh, "Semoga saja. Pantas saja akhir-akhir ini dia lebih sering marah-marah. Kurasa sedang stres memikirkan persiapan acara pernikahan."

Bahu Je A mengedik tak acuh, "Aku harap dia menghemat tenaga untuk mengatasi stres pasca pernikahan."

Tawa Seola menyembur, "Kau sedang menceritakan kisahmu."

The Mistake (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang