17

338 35 0
                                    

Renjun tiba di rumah jaemin menggunakan taksi yang ia pesan, renjun menyuruh sang supir taksi untuk membantunya mengeluarkan barang-barang miliknya "terimakasih pak"

Setalah itu renjun berakal masuk ia akan menyuruh chenle untuk memasukkan barang-barang itu "hari ini semua membuat ku kesal" dia membuang napasnya kasar dan membuka pintu rumah itu

Kakinya melangkah memasuki rumah itu tapi langkahnya berhenti ketika melihat seseorang yang membuatnya berkeringat

"Ah renjun sayang kemari lah" Irene memanggil renjun yang berdiam di sana sambil tersenyum menatap menantu nya "i-iya"

Renjun berjalan dengan langkah berat ke arah mereka bertiga dan duduk di sebelah jaemin dan berhadapan langsung dengan Siwon "kenapa kau sangat lama?"

Jaemin berbisik melihat renjun "a-aku tadi mengambil barang-barang ku" jaemin hanya mengangguk dan melanjutkan perbincangan nya bersama Sang ayah "jadi appa bagaimana bisnis mu yang berada di Prancis?"

"Seperti yang ku katakan tadi, appa tidak bisa mengurus nya lagi jadi appa meminta mu yang akan pergi untuk dua Minggu disana, apa kau setuju?" yang lainya menatap renjun yang diam

Renjun mencoba menenangkan dirinya dia berdiri dari duduknya yang membuat ketiga orang itu memandang bingung kearahnya "maaf eomma renjun sepertinya tidak enak badan, renjun meminta izin untuk ke atas saja kepala renjun sangat sakit"

Renjun tidak berbohong kepalanya memang sakit karena mengingat itu lagi bukan karena sakit, Irene memandang khawatir renjun "kalau kau tidak enak badan beristirahat lah renjun" renjun mengangguk"kalau begitu renjun pergi, permisi"

Renjun berjalan meninggalkan mereka dengan langkah cepat "ini sangat menyakitkan" ucapnya sambil memegang tangannya yang bergetar dan merasakan sakit di kepalanya "ini semua gila"

Renjun masuk ke dalam kamarnya dan berlari ke arah kamar mandi dan menumpahkan semuanya di sana "dasar trauma sialan, kau selalu menghalangi ku bodoh, aku membenci diri ku sendiri hiksss..."

Renjun merogoh handphone di sakunya dan menelpon chenle "chenle ambil barang-barang ku dan dirimu di luar rumah sekarang" setelah mengatakan itu renjun langsung mematikan ponselnya "kau bodoh hikss"

Renjun mengacak rambutnya dan menarik-nariknya kasar "kau lemar hikss....kau juga akan kalah jika kau selalu seperti ini hikss...kapan kebahagiaan berada di pihak ku hiksss...hikss aku membenci hidupku hikss"

Renjun menatap sekitar wastafel dan melihat kebaradan pisau cukur di dekat cermin, renjun dengan cepat langsung mengambil benda tajam tersebut "ini lebih baik"

Renjun menggesekkan benda tajam itu ke tangannya dan dia merasakan sakit sekaligus ketenangan yang ia dapat "Hyung ini bar-, Hyung apa yang kau lakukan" chenle datang dan merebut benda tajam tersebut dari tangan renjun

Chenle meringis ketika mendapatkan banyak darah di lantai dan tangan renjun "kau gila Hyung, apa yang kau lakukan, kau ingin mati hah!!" Chenle sedikit berteriak pada renjun "IYA AKU MAU MATI!"

renjun ruga membalas ucapan chenle berteriak "pergi lah chenle biarkan aku di sini" nada bicara renjun menurun ketika melihat wajah chenle "Hyung ayo keluar, akan ku obati luka mu"

Renjun menggeleng dan melepaskan tangan chenle dari tangannya "pergilah chenle biarkan Hyung sendiri" chenle tak menggubris dia memaksa renjun keluar dengan sedikit menarik tangan renjun kuat dan membuat renjun sedikit meringis

Chenle membawa renjun keluar dari kamar jaemin dan masuk kedalam kamarnya dan mendudukkan renjun di tepian kasur "diam lah di sini Hyung" chenle berjalan meninggalkan renjun yang terus memperhatikan darah segar yang keluar deras dari pergelangan tangannya "seharusnya kau mati renjun"

Chenle datang dengan langkah cepat dan berjongkok di hadapan renjun yang Tenga menatapnya "jangan melakukan ini lagi Hyung, kau sama saja ikut membunuhku jika kau pergi meninggalkan juga" chenle berkata sambil terus membersihkan darah dari tangan hyungnya

"Dan juga dengan cara Hyung melukai diri Hyung sendiri itu juga akan membuat ku sakit dan lebih sakit dari pada Hyung" chenle dengan cekatan membungkus luka itu dengan perban dan menatap renjun dengan intens "aku tidak mau kehilanganmu Hyung, kau satu-satunya yang ku punya"

Renjun dapat melihat butiran bening jatuh dari mata chenle "Hyung jika kau sayang dengan ku ayo berbagi luka mu dan semua masalah mu, sudah cukup Hyung menyimpannya sendiri itu membuat Hyung menderita"

Renjun menangkup wajah manis adiknya dan menghapus pelan air mata itu dari pipinya "maaf kan Hyung, Hyung melakukan kesalahan" chenle memejamkan matanya "tolong jangan pendam itu semua sendiri Hyung, kita adalah saudara"

Renjun memandang chenle dengan tatapan yang berkaca-kaca, dia tak pernah kuat jika melihat orang yang ia sayang menangis di hadapannya seperti ini "aku pasti akan memberitahu mu chenle, tapi bukan saat ini"

Chenle membuka matanya dan menatap manik indah renjun "mengapa Hyung selalu menyimpan semuanya sendiri? Apa aku tidak cukup dewasa untuk mengetahui semua masalah mu Hyung?"

Renjun mengangguk setelah itu ia berusaha tersenyum. "kau cukup bersekolah dengan baik dan hindari semua yang Hyung larang untuk mu" renjun meninggalkan chenle yang masih menatap punggung itu hingga menghilang

Aku akan mencari tau apa masalah mu Hyung, jika kau tak ingin memberitahu ku tentang itu

.

.

.

.

.

.

確執 revenge  || JAEMREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang