10. Pertemuan dengan Mirza
PADA HARI JUM'AT tanggal 31 Desember 2021, Ashraff dan Ameena sama-sama berfoto untuk melengkapi dokumen nikah mereka. Lalu, mereka akan sekalian melakukan foto prewedding sesuai dengan kemauan Ameena. Menurut Ashraff, momen sekarang memang mendamaikan kalbu. Yah, bagaimana tidak? Di kehidupan terdahulu, tanggal 31 Desember 2021 adalah hari dimana Ameena bisa bertemu dengan Krishna. Mendapati Ameena tidak mengalami kesialan serupa, Ashraff benar-benar bersyukur. Membuat Ashraff bisa didekap kelegaan tidak terkira karena Ashraff dapat sedikit mengubah skenario dari kehidupan Ameena.
Ketika Ameena keluar dari ruang ganti dengan tubuh sudah dibingkai gaun selutut model sabrina berwarna peach, Ashraff langsung memalingkan muka dengan disertai bibir merengut. Melihat reaksi tidak ramah dari laki-laki bertuksedo hitam tersebut, Ameena lantas mengusir ekspresi cerah semula untuk digantikan dengan mimik bermakna heran.
"Kenapa?"
Melirik ke arah Ameena dengan mengandalkan ekor mata, seruan bernada ketus tahu-tahu sudah diluncurkan Ashraff. "Aku ngga suka."
Memainkan kedua sisi busana dengan kedua tangan, manik mata Ameena sekalian memperhatikan ke arah cermin besar di hadapan mereka. Mengamati sekilas, sebuah kesimpulan segera ditarik Ameena secara mandiri. "Mn, cantik, kok."
Melirik Ameena untuk kedua kalinya, Ashraff membuang napas dan membenarkan dengan tidak menyertakan kepuasan, "Memang cantik. Tapi, sangat mengganggu mata."
Ameena mendengus. Malas sekali untuk menghiraukan omongan Ashraff. "Yang merasa terganggu tinggal merem, ngga usah ribet, deh," kata Ameena enggan terpengaruh.
Malah, Ameena sampai menoleh untuk menatap ke arah sosok fotografer, laki-laki dengan usia diperkirakan masih di bawah 30-an tahun tersebut sudah standby untuk memotret mereka. "Iya, 'kan, Mas?"
Yang habis ditanya Ameena langsung terperangah karena tidak menduga kalau akan ikutan terlibat dalam konfrontasi antara Ameena dan Ashraff. "Eh? Iya, Mbak."
Masih sempat tersenyum bangga, Ameena beralih mengakhiri obrolan receh mereka. "Udah, ah. Kita mulai sekarang, yuk! Mumpung make up-ku masih on," ucap Ameena dengan irama terdengar bossy.
Ashraff tidak meluncurkan interupsi apa pun. Memilih untuk bergegas melenggang ke latar dimana siluet dari tubuh mereka akan diambil dengan menggunakan lensa kamera. Pada menit-menit awalnya, Ashraff tidak menuai kendala berarti dan malah sering dihadapkan dengan kelancaran selama berpose bersama Ameena. Tapi, semakin ke sini? Menurut Ashraff, tingkah Ameena sudah berubah meresahkan.
Ketika Ameena tiba-tiba memeluk salah satu lengan Ashraff dan kepala Ameena disandarkan sekalian, Ashraff sampai berjingkat dengan refleks. Aksi Ameena sungguh mengagetkan Ashraff. Menjauh dari Ameena, Ashraff tahu-tahu sudah beristighfar dengan sebelah tangan terangkat untuk menahan dada sendiri. Agar tidak berguncang. "Astaghfirullah, Am. Mau kamu tuh apa, sih?"
Menatap Ameena dengan sorot mata menghakimi, maksud Ashraff adalah menegur Ameena. Memang sudah merupakan kewajiban Ashraff untuk berlaku tegas kepada sosok wanita dengan riasan wajah berkesan menor tersebut. "Aku udah bilang sama kamu, 'kan? Aku bersedia melakukan foto prewedding dengan satu syarat. Yaitu kita harus meniadakan kontak fisik."
KAMU SEDANG MEMBACA
AMEENA: Tentang Kehormatan yang Harus Dikembalikan
Roman d'amour"Yang membuatku menjadi murahan begini, bukankah kamu?" (AMEENA) "Maafin aku, Am. Aku bener-bener nyesel." (ASHRAFF) *** Ketika SMA, Ashraff dan Ameena saling bersaing untuk meraih rangking satu. Di belakang Ameena, Ashraff menyuruh sosok ratu sekol...