13. Cobaan yang Tidak Habis-Habis

37 0 0
                                    

13. Cobaan yang Tidak Habis-Habis

TANGGAL 14 Februari 2022, mula-mula adalah hari dimana Ameena resmi berstatus kekasih dari laki-laki berhati buaya bernama Krishna, dan sekarang Ashraff sudah tidak merasa waswas. Pada hitungan menit, takdir Ameena malah akan segera berubah. Peluang Ameena untuk bisa berkasih dengan Krishna sedang berusaha dienyahkan Ashraff.

Di hadapan Ashraff, Pak Ismail sudah bersiap untuk menikahkan Ashraff dan Ameena dengan mendengarkan arahan salah satu staf dari Kantor Urusan Agama (KUA). Meski diawasi dengan ketat sama orang-orang terpilih dari lapas, Pak Ismail benar-benar bersyukur karena bisa menghirup udara bebas untuk sementara. Tapi, bukankah kemerdekaan Pak Ismail dimaksudkan untuk menghalalkan Ashraff dan Ameena semata? Yah. Begitulah.

Memang tidak dibebaskan sampai satu hari utuh, tetapi tetap berharga sekali untuk Pak Ismail. Yah, bagaimana tidak? Pak Ismail harus melakoni masa hukuman berupa kurungan selama 15 tahun dan baru dilalui 5 tahun. Artinya, Pak Ismail masih butuh bersabar karena harus menunggu hingga 10 tahun kemudian untuk benar-benar diperbolehkan melihat dunia luas dengan tanpa dijaga siapa pun. 

Menjabat tangan kanan Ashraff dengan mantap, Pak Ismail menarik napas dalam-dalam untuk meredakan kegugupan. Lalu, dengan disaksikan ratusan kepala manusia, Pak Ismail lantas melafalkan kalimat ijab dengan hikmat. "Ananda Achmad Ashraff, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak kandung saya, Ameenaa Mikayla, dengan maskawin berupa uang tunai senilai 2022 US dolar dan emas antam 14 gram dibayar tunai."

Di depan Pak Ismail, mengenakan busana serba cerah sungguh membuat Ashraff bisa berkesan kompak selama duduk bersebelahan dengan Ameena. Ketika Pak Ismail sudah selesai melantunkan kalimat dengan tujuan untuk menyerahkan Ameena, Ashraff masih sempat berpacu dengan ketegangan selama menyahut tangkas kalimat ijab dari Pak Ismail dalam satu nafas, "Saya terima nikah dan kawinnya, Ameenaa Mikayla binti Ismail Siaw dengan maskawin tersebut dibayar tunai."

Atas kalimat kabul dari mulut Ashraff, sosok laki-laki berbaju batik di samping Pak Ismail beralih menoleh dan menatap kedua saksi nikah secara bergantian untuk mengonfirmasi keabsahan dari akad nikah barusan.

"SAH!"

Alhamdulillah.

"Pernikahan mereka ngga sah!"

Akan memasuki momen berdoa bersama dengan dipimpin petugas dari KUA, secara tidak terduga, kehadiran sosok tamu tidak diundang dalam hitungan singkat langsung menghancurkan kehikmatan acara. Malah, sekarang Ameena sudah berdiri menyerong dengan kedua bola mata setengah terbelalak selama sedang menatap sosok laki-laki dengan rupa bisa dikatakan sangat familiar.

"Mas Mario?"

Pada selang kurang dari satu menit, Ashraff tahu-tahu sudah ikutan berdiri sementara Mario sedang semakin memperlebar langkah untuk dapat segera menghampiri Ameena.

Di depan Ameena, Mario langsung disambut Ameena dengan menggunakan tapapan dan seruan tidak ramah. "Mau ngapain kamu ke sini, Mas?"

Ketika orang-orang mulai saling berbisik untuk membicarakan Mario dan Ameena serta merekam kekacauan dengan menggunakan handphone masing-masing untuk diunggah ke media sosial, Mario memilih untuk tidak memedulikan. Malah meraih kedua tangan Ameena dengan lancang. "Aku datang ke sini untuk merjuangin cinta kita, Am."

Agar bisa lolos dari interaksi fisik Mario, kedua lengan Ameena lantas ditarik dan dipelintir dengan susah payah. Muka Ameena malah sudah sekalian berubah selama Ameena sedang menyemprot Mario dengan berucap kasar, "Mas Mario ngga usah ngadi-ngadi, deh. Mas Mario 'kan udah udah memiliki Shalfa."

Masih bisa tersenyum riang seperti sediakala, Mario membalas Ameena dengan kalimat menjanjikan. "Aku akan ninggalin Shalfa untuk kamu, Am. Toh, aku bisa tunangan sama Shalfa karena aku dipaksa keluargaku," kata Mario dengan irama santai.

AMEENA: Tentang Kehormatan yang Harus DikembalikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang