15. Pel*cehan Terhadap Ameena
AGAK MENYIPITKAN kedua mata dengan sudut bibir sebelah kanan sedikit dinaikkan, maksud Ameena memang untuk memancarkan sorot mata dipenuhi selidik. Adalah awal mula sehingga Ameena bisa meluncurkan sebuah tebakan tidak berdasar.
"Ah. Aku tahu."
"Pasti kamu ke sini untuk meriksain otakmu."
Menghadapi tudingan Ameena, Mirza menampilkan mimik muka bermakna 'tidak sedang main-main' selama menatap ke arah Ameena dan berkata, "Maaf, Am. Jujur. Aku udah ngikutin kalian ke sini."
Mirza menarik napas terlebih dahulu sebelum melanjutkan, ah ... siapa tahu, keberadaanku bisa membantu kalian."
Tadi, Bu Tsania dilarikan ke rumah sakit dengan menggunakan mobil milik orang EO. Jika Mirza memang berencana untuk membantu Ashraff dan Ameena, mengapa Mirza malah mengikuti doang dan tidak ikutan berpacu dengan keribetan?
"Heh?"
"Apakah kamu sedang bercanda, Mir?"
Pengakuan Mirza sudah membuat Ameena terperangah. Masa Mirza bisa kepikiran untuk bersikap ringan tangan? Memicu Ameena untuk mengangkat muka dengan kedua mata langsung melayangkan tatapan menikam ke arah Mirza.
"Aku serius, Am," kata Mirza untuk membantah terkaan Ameena.
Arah muka diatur mendongak dengan tatapan masuk menukik ke arah untuk mengusik kedua kornea Mirza, Ameena menolak untuk mempercayai omongan Mirza. Di mata Ameena, karakter Mirza sudah terlalu kotor.
"Aku masih ngga yakin," kata Ameena sebelum ditutup dengan meringis dan membuang tatapan.
Baiklah. Misalkan Ameena memang menolak untuk meyakini kebenaran mengenai Mirza, tidak akan sampai dipaksakan Mirza.
Agar mereka tidak diselimuti dengan keheningan, Mirza segera mengubah topik obrolan mereka. "Jika aku boleh tahu, sekarang keadaan mertuamu gimana, Am?" tanya Mirza dengan tulus.
Masih enggan untuk kembali menatap maupun sekadar melirik ke arah Mirza, Ameena tidak sungkan untuk menjawab dengan irama tidak berminat, "Aku ngga begitu ngerti. Tapi, kata Ashraff, Bu Tsania harus dirawat inap selama semalam. Aku memilih untuk balik ke rumah sementara Ashraff akan nemenin Bu Tsania."
Mirza tidak tahan untuk terkekeh kecil. Alasan Mirza? Karena Ameena habis bertingkah lucu. Dulu, Mirza mengira kalau Ameena bukanlah sosok wanita bermulut berisik. Tapi, ternyata? Dia sudah salah besar.
Menatap Ameena, Mirza merasa seolah sedang disuguhi dengan kenikmatan terhebat. Meski Ameena sedang berdiam dengan bibir dikerucutkan, entah mengapa Ameena bisa teramat menggemaskan. Jika Ameena sudah berubah bagaikan cacing kepanasan? Menurut Mirza, Ameena akan semakin menggemaskan dan bisa-bisa Mirza malah kebablasan untuk berbuat khilaf seperti semasa mereka masih SMA.
"Iiih, kok aku malah ngeladenin kamu, sih," kata Ameena dengan leher diputar untuk bisa dilimpahi keleluasaan selama menatap tidak suka ke arah Mirza karena Ameena merasa sudah bertindak bodoh.
"Memang salah kalau kamu ngeladenin aku?"
Pertanyaan Mirza bisa dikatakan serupa dengan istilah sekakmat dalam dunia catur. Mengantarkan Ameena untuk bertemu dengan situasi merugikan mengingat Ameena sudah tidak bisa selamat dari serangan verbal Mirza. Yang terunik, bukanlah sosok Ameena Mikayla apabila Ameena memilih untuk mengakui kekalahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMEENA: Tentang Kehormatan yang Harus Dikembalikan
Romansa"Yang membuatku menjadi murahan begini, bukankah kamu?" (AMEENA) "Maafin aku, Am. Aku bener-bener nyesel." (ASHRAFF) *** Ketika SMA, Ashraff dan Ameena saling bersaing untuk meraih rangking satu. Di belakang Ameena, Ashraff menyuruh sosok ratu sekol...