Buku diary

24 10 0
                                    

Satu minggu pun berlalu, Sasa selalu mencoba biasa saja dalam menjalani harinya. Menganggap semua kejadian satu minggu silam yang telah memporak-porandakan perasaannya tidak pernah terjadi. Sekarang Sasa tengah sibuk menjadi ketua pelaksana program kerja di Himpunan Mahasiswa Jurusannya yang akan dilaksanakan dua bulan lagi.

“Sa pulang kelas jangan lupa ke sekre ya, ada yang mau gue obrolin.” Ucap Sarah yang merupakan teman seangkatan Sasa sekaligus Bendahara prokernya. Sasa hanya mengacungkan jempolnya saja sebagai jawaban.

Setelah berpamitan pada temannya usai kelas, Sasa bergegas menemui Sarah di sekre.

“Assalamualaikum..” Ucap Sasa membuka pintu sekre.

“Waalaikumsalam..” Jawab Sarah seorang diri di dalam sekre.

“Gue bawa tahu gejrot buat lo nih!” Sasa menyodorkan satu bungkus tahu gejrotnya pada Sarah.

“Wih baik banget Ibu Ketua Gue. Sini-sini bu, gue mau ngobrol tentang proker.”

“Kenapa?”

“Gue pusing banget, tiap kali gue ngajuin RAB baru revisian terus.” Keluh Sarah.

“Lo cek deh, apasih yang salah?” Tambahnya.

Sasa mengejek file yang tertera pada layar laptop yang ditunjukkan Sarah kepada nya.

“Ck..” Sasa berdecak kecil dan menatap Sarah tajam.

Merasa mengerti akan maksud tatapan Sasa, Sarah hanya tersenyum memperlihatkan deretan giginya.

“Gue udah bilang kemarin sar, segmentasi pesertanya Cuma se-Kota Bandung bukan se-Jawa Barat.” Ucap Sasa datar.

“Lah? Kan kemarin lo bilang se-Jawa Barat gimana sih?!” Balas Sarah tak terima.

“Nih liat!” Sasa menunjukkan chat whatsappnya kemarin dengan Sarah.
Merasa salah, Sarah menggaruk-garukan kepalanya tak enak.

“Pantes gue dibilang nggak teliti sama Benbid.” Timpalnya.

“Lagian lo nggak kirim ke gue dulu file nya. Kerja dua kali kan lo.” Ejek Sasa.

“Makan dulu tuh tahunya keburu nggak enak.”

“Siap bu!”

Sarah dan Sasa pun menyelesaikan revisian RAB proker di sekre sampai pukul 8 malam. Setelah selesai, mereka pun pulang ke kost nya masing-masing.

Saat hendak merebahkan tubuhnya usai membersihkan diri, tiba-tiba ponsel Sasa berdering di atas meja belajarnya.

“Loh kak Ibam..” Gumamnya.

“Hallo sa..” Sapa Ibam di seberang telepon.

“Kenapa kak?” Tanya Sasa penasaran.

“Kakak di bawah.” Jawab Ibam.
Mendengar hal tersebut Sasa bergegas turun menemui Ibam di depan gerbang kost nya.

“Kak Ibam? Kok malem-malem kesini?” Teriaknya sambil membuka gerbang.

“Tadi abis kerja kelompok di kost temen deket sini, jadi sekalian mampir."

“Kamu nggak lagi sibuk kan?” tanya Ibam memastikan.

“Nggak kak.”

“Yaudah kita cari makan aja kalau gitu.”

Tanpa menunggu lama Sasa menaiki motor Ibam dan pergi untuk mencari makan malam. Selama perjalanan tidak ada obrolan yang dimulai dari Ibam maupun Sasa. Sesampainya di tempat yang Ibam tuju, mereka langsung duduk di tempat yang di rasa cocok.

PRAZ-SA (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang