Hari ke hari hubungan Sasa dan Praz semakin membaik, perlahan keduanya saling terbuka atas kekeliruan yang terjadi selama mereka putus. Seperti apa yang sudah di sepakati bersama, setiap berpapasan di sekolah keduanya jarang sekali bertegur sapa bahkan terkadang para sahabatnya merasa heran melihat interaksi keduanya. Saat ini Sasa sedang bersama Marcel, Cika, Kai dan Adam membahas mengenai kepanitian acara kelulusan Angkatan mereka.
“Menurut gue sih ya, kayaknya seru kalau kita dangdutan bareng.” Usul Marcel.
“Organ Tunggal?” Tanya Adam memastikan.
“Ya sejenisnya lah.” Jawab Marcel.
“Gue kurang setuju.” Bantah Sasa.
“Kenapa?” Tanya Kai.
“Orang kayak dia mana mungkin suka joget-joget. Lo nggak inget Kai waktu acara ulang tahun sekolah terus anak band tampil yang lain pada asik joget, dia malah diem aja.” Sahut Cika.
“Iya juga sih.” Kai menyetujui ucapan Cika.
“Bukan gitu. Maksud gue, sekolah kan lagi minim dana nih terus seandainya kita mau ngajuin ngundang pemusik atau apalah itu pasti butuh dana besar kan? Menurut gue percuma kalau akhirnya nggak di acc. Cari alternatif lain aja lah.” Jelas Sasa.
“Tapi ini kan acara puncak Angkatan kita. Masa Cuma gitu-gitu aja.” Keluh Adam.
“Ya kan gue bilang ‘seandainya’ kalau mau coba ngajuin ya coba aja.” Bantah Sasa.
“Yaudah kalau gitu kita coba aja rencana awal, terus kalau nggak di acc kita pake rencana alternatif. Gimana?” Tanya Marcel meminta persetujuan.
“Teknisnya gimana? Kepala kita sama anak-anak yang lain kan nggak sama.” Tanya Cika seraya menatap Marcel.
“Kita kumpulin semua ketua organisasi dan ketua kelas di salah satu ruang kelas, kita diskusi tentang rencana kita sekaligus minta pendapat mereka. Barangkali mereka punya rencana yang lebih efektif.” Jawab Marcel. Setelah semuanya menyetujui, Marcel meminta Sasa untuk menemaninya ke ruang kesiswaan guna membuat berkas-berkas yang mereka perlukan untuk diajukan pada kepala sekolah.
Sesampainya di ruang kesiswaan tiba-tiba ponsel Sasa berdering pertanda notifikasi whatsapp. Ternyata itu pesan dari Praz.
|“Lagi sama Marcel ya?”
Kemudian Sasa membalas,
|“Iya. Ada perlu buat bahas acara kelulusan.
Setelah membalas pesan dari Praz, Sasa memasukan ponselnya ke dalam saku seragamnya kemudian menghampiri Marcel yang sedang membuat berkas keperluan di salah satu ruangan yang ada di dalam ruang kesiswaan.
“Clarisa ini cukup nggak menurut lo?” Tanya Marcel pada Sasa yang sedang duduk di salah satu kursi dekat Marcel.
“Ini kurang rapih.” Jawab Sasa sambil menunjuk ke layar monitor komputer.
“Gue nggak ngerti, mending lo yang rapihin.” Titah Marcel, tanpa banyak bicara dengan cepat Sasa mengambil alih posisi Marcel. Sedangkan Marcel dengan lekat memperhatikan pergerakan Sasa.
“Besok mulai kumpul ya.” Ucap Marcel setelah beberapa saat terdiam.
“Besok banget?” Tanya Sasa tanpa menoleh ke arah Marcel.
“Iya. Selesai ini gue mau nanya ke pembina soal surat kelulusan. Lo temenin gue lagi ya?” Pinta Marcel.
“Emang lo nggak bisa sendiri? Kenapa harus sama gue terus sih?” Sasa merasa sedikit kesal karena Marcel selalu ingin ia antar.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAZ-SA (SEGERA TERBIT)
Teen FictionPerasaan memang selalu menjadi hal yang sulit di tebak oleh siapapun. Mencintai sebuah trauma? Entah lah, ini bisa dibilang cinta atau bukan. Sasa tidak pernah mengerti tentang perasaannya, selalu mencoba untuk melepaskan orang-orang yang pernah men...