Kepercayaan Sasa

74 14 3
                                    

Clarisa Jovanka kerap di sapa Sasa merupakan mahasiswi tingkat awal  salah satu Perguruan Tinggi Swasta di kota Bandung. Ia merupakan mahasiswi yang bisa di bilang aktif karena banyak mengikuti kegiatan di kampusnya. Seperti sekarang ini, walaupun akan menghadapi Ujian Tengah Semester beberapa hari mendatang ternyata Sasa masih sibuk Latihan kesenian setelah pulang kuliah karena satu minggu lagi ia harus pergi ke Surabaya  untuk mengikuti babak final lomba baca puisi tingkat nasional.

“Sa kamu pulang sama siapa?” tanya Ibam. Ia merupakan kakak tingkat sekaligus mentor kesenian Sasa.

“Aku pulang naik grab kak.” Jawab Sasa sopan.

“Kakak anterin ya, sekalian makan malem. Ini udah jam 10, kakak denger kamu belum makan tadi.” Pinta Ibam.

“Eh kak nggak usah, aku langsung pulang sendiri aja. Soalnya mau langsung belajar buat UTS.” Tolak Sasa sopan.

“Ya sudah, kalau gitu kakak tunggu kamu sampai grab nya datang ya.” Balas Ibam.

Sasa hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Tak lama setelah grab pesanannya datang, Sasa langsung berpamitan pada Ibam.
Sesampainya di kost, Sasa langsung membersihkan diri dan makan malam di temani lembaran materi yang akan ia pelajari malam ini.

Drtt…Drtttt… (Ponsel Sasa begetar)

Melihat nama Praz Abraham tertera di ponselnya yang menyala, Sasa langsung mengambil ponsel dan mengangkat panggilan tersebut. Pasalnya Praz merupakan kekasih sasa semenjak kelas 2 Smk.

“Hallo Sa..” ucap suara parau dari sebrang telepon.

“Praz, kamu kenapa?” tanya Sasa khawatir.

Sudah dua bulan semenjak pertemuan mereka di sekolah Smk silam, Sasa dan Praz tidak berkomunikasi dalam bentuk apapun karena kesibukan mereka masing-masing. Sasa yang sibuk dengan perkuliahannya dan Praz yang sibuk dengan pelatihan Bahasa untuk persiapan kerja di Jepang.

“Aku sakit sa. Cuma flu biasa sih.” Jawab Praz lemah.

“Kamu udah minum obat?”

“Belum.”

“Kenapa kamu telepon aku jam segini Praz? Kalau kamu sakit harusnya kamu istirahat.”

“Aku mau ngabarin kamu aja, lagian udah lama juga aku nggak telepon kamu. Gimana Bandung sejauh ini? Kamu seneng?”

“Sejauh ini aman-aman aja, tapi kayaknya jauh lebih seru kalau kamu di Bandung juga.”

“Hahaha.. maaf ya, nanti kalau sempat aku ke Bandung dulu sebelum ke Jepang.”

“Emangnya berapa lama lagi?”

“Ya.. kurang lebih dua bulanan."

“Baiklah.”

Setelah beberapa obrolan singkat, Praz mengakhiri telepon tersebut.
Seketika Lelah hari ini sirna bergitu saja karena Praz menelponnya. Tak ingin larut dalam kesenangan yang terlalu jauh, Sasa kembali melanjutkan belajarnya yang tertunda.

***

Hari-hari pun berlalu, tak terasa satu minggu berjalan dengan begitu cepat. Besok adalah hari yang sangat di nantikan Sasa karena ia akan pergi ke Surabaya sebagai finalis perlombaan yang ia impikan. Saat ini Sasa sedang berada di ruang kemahasiswaan untuk mengurus berkas yang diperlukan dalam perlombaan. Setelah selesai Sasa berbegas pergi ke ruang kesenian untuk gladi bersih persiapan perlombaan. Sesampainya di sana, terlihat Ibam tengah sibuk menata lighting dan backdrop di ruang kesenian. Sasa pun merasa heran, karena sepengetahuan dirinya Lembaga kesenian khususnya bidang teater dan sastra sedang tidak ada kegiatan apapun selain persiapan lomba dirinya.  Karena penasaran, Sasa langsung menanyakan hal tersebut pada Ibam.

PRAZ-SA (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang