Kisruh

6 1 0
                                    

Cika melihat ponsel Sasa bergetar di atas meja belajarnya, dengan penasaran kemudian ia melihat ponsel tersebut lalu tertera nomor tidak dikenal disana. Dengan malas Cika mencari keberadaan Sasa, ia melihat Sasa sedang berdiam diri di teras sambil sesekali meminum jus kesukaannya.

“Nih, Hp lo dari tadi bunyi terus.” Ucap Cika seraya memberikan ponsel pada Sasa. tanpa mengucapkan sepatah kata pun Sasa menerima ponsel tersebut lalu mengangkat telepon yang tidak di kenal.

|“Hallo, lo dimana?”

|“Ini siapa?”

|“Geu temen kelasnya Praz. Praz kecelakaan, sekarang dia di rumah sakit.”

|“HAH? LO NGGAK LAGI NIPU GUE KAN?

|“Nggak Clarisa. Sekarang dia lagi di UGD, keluarganya nggak ada yang bisa di hubungin. Terus gue tanya Reno suruh kasih tau lo dulu aja katanya.

|“Oke, gue kesana sekarang. Thank ya.

Sasa menutup teleponnya lalu bergegas untuk mengambil tasnya di atas meja. Melihat raut wajahnya yang panik, Cika ikut membuntuti Sasa.

“Sa, lo kenapa? Mau kemana?” Tanya Cika sedikit berlari.

“Ikut gue sekarang.” Jawab Sasa cepat dengan wajah khawatir.

“Kemana?” Tanya Cika bingung.

“RSUD, sekarang.” Sasa mengendarai motor Cika dengan kecepatan di atas rata-rata.

“LO MAU MASUK RSUD JUGA HAH?! JANGAN NGEBUT-NGEBUT GUE BELUM MAU MATI!” Teriak Cika dengan tidak melepaskan pegangannya pada bahu Sasa.

Sesampainya di rumah sakit, Sasa kembali menghubungi nomor yang menelponnya tadi dan menemuinya.

“Praz kenapa?” Tanya Sasa panik saat berada di hadapan ruang UGD bersama teman kelas Praz bernama William.

“Gue juga kurang tau sa. Tiba-tiba gue liat dia udah di kerumunin warga di jalan sewaktu gue mau ngembaliin buku Praz yang ketinggalan di rumah gue.” Jawab William.

Sasa tak henti-henti nya merapalkan doa sambil mondar-mandir di depan ruang UDG sedangkan Cika dan William duduk di kursi tunggu. Setelah kurang lebih satu jam setengah menunggu, akhirnya Praz di bawa keluar oleh perawat menggunakan brankar rumah sakit. Sasa terkejut melihat kondisi Praz yang kakinya penuh dililit perban. Saat di masukkan ke ruang rawat inap, perawat memperbolehkan dua orang saja yang masuk ke dalam ruangan tersebut. Akhirnya Cika mempersilahkan Sasa dan William saja yang masuk ke dalam sedangkan ia menunggu di luar sambil memberi kabar pada teman-temannya yang lain.

Sasa menggenggam lengan Praz seraya menahan tangisnya.

“Tadinya dia bilang mau ke kost-an lo dulu sebelum pulang.” Ucap William yang sedari tadi memperhatikan Sasa sambil berdiri di sampingnya. Sasa meoleh ke arah William sebentar lalu kembali menatap Praz.

“Kalian lagi berantem ya?” Tanya William. Mendengar pertanyaan William, Sasa menghela nafas pelan. Tak lama keduanya di kejutkan dengan suara Perempuan yang memanggil nama Praz di ambang pintu.

“Praz.” Ucap Lia lalu sesaat kemudian mendekati Praz dan menarik Sasa ke luar ruangan. Saat melewati pintu ruangan, Sasa melihat ada Aldo disana.

“INI SEMUA PASTI GARA-GARA LO KAN?” Tanya Lia dengan penuh emosi sambil menghentakkan cekalan tangannya.

“Aku nggak tau kak. William tiba-tiba ngabarin aku kalau Praz kecelakaan.” Jawab Sasa Jujur. Alih-alih percaya, Lia semakin menaikkan nada bicaranya.

“HALAH NGGAK USAH BOHONG DEH. GUE TAU, LO YANG BIKIN ADIK GUE KELUAR SETIAP MALEM SAMPAI AKHIRNYA KAYAK GINI! INI KAN YANG LO MAU? JAWAB!!!” Lia melayangkan tangannya ke atas untuk menampar Sasa, untungnya dengan cepat Aldo menahannya.

“LIA!” Bentak Aldo.

“Apa? Kamu mau belain dia hah?! Ini salah dia do!” Ucap Lia tak terima. Tanpa menggubris ucapan Lia, Aldo menarik Lia untuk kembali masuk ke dalam ruang rawat inap melihat kondisi Praz. Sebelum meninggalkan Sasa, Lia kembali mengatakan sesuatu yang membuat Sasa mematung.

“Urusan lo sama gue belum selesai. Kalau sampai Praz kenapa-kenapa, bisa gue pastikan lo nggak  akan bisa bersama Praz sampai kapan pun!” Setelah mengatakan hal tersebut, Lia menyusul Aldo yang menunggunya.

Dengan cepat Cika menghampiri Sasa yang terdiam dan mengajaknya duduk di kursi tunggu.

“Udah sa, gue yakin Praz pasti baik-baik aja.” Ucap Cika berusaha menenangkan Sasa. Sasa terdiam dengan tatapan kosongnya tidak lama kemudian Cika berpamitan pada Sasa karena ia harus pulang, dengan lesu Sasa menganggukan kepalanya lalu Cika meninggalkan Sasa sendirian di kursi tunggu di depan ruang rawat inap Praz.

“Sa.” Panggil Aldo pelan tapi panggilan tersebut membuat Sasa terkejut karena ia tengah melamun.

“Eh, kak.” Sasa menoleh ke arah Aldo. Tiba-tiba Aldo menarik lengan Sasa untuk mengajaknya ke taman rumah sakit. Sesampainya di taman, Sasa dan Aldo duduk di sebuah kursi panjang yang berada di sana.

“Adiknya Lia pacar kamu?” Tanya Aldo seraya menatap lekat Sasa. Mendengar pertanyaan yang dilontarkan Aldo, Sasa menghela nafas panjang.

“Kenapa kamu nggak bilang sama kakak?” Lagi-lagi Sasa merasa heran dengan pertanyaan Aldo.

“Maksud kakak?” Tanya Sasa.

“Kakak tau apa yang bikin kamu menjauh dari kakak dan akhirnya kamu memilih adik Lia buat jadi pacar kamu.” Jawab Aldo cepat.

“Kak, di situasi yang kayak gini apa pantas kita bahas semua kekeliruan yang udah terjadi sama kita? Sedangkan masing-masing dari kita udah punya pasangan.”

“Tergantung, Kakak cuma belum bisa nerima apa yang Kakak lihat dengan mata kepala Kakak sendiri. Kakak juga tahu kok, kalau pun kita bahas semuanya itu nggak akan ngerubah apa yang udah terjadi sama kita.”

“Kakak masih sayang sama kamu.” Tambah kak Aldo, seketika Sasa terkejut mendengar ucapan Aldo.

“A-aku nggak bisa kak.” Balas Sasa cepat.

Bagaimana bisa semuanya terjadi dalam waktu bersamaan. Keterkejutan tentang segala hal yang terjadi hari ini membuat pikiran Sasa menjadi tak karuan. Bisa-bisanya Aldo menyampaikan perasaannya di saat Sasa tengah khawatir dengan keadaan kekasihnya di tambah Aldo yang juga memiliki seorang kekasih dan itu adalah Kakak dari kekasih Sasa sendiri. Keduanya terdiam beberapa saat, Sasa bingung dengan apa yang harus ia jelaskan pada Aldo. Akan tetapi di sisi lain ia juga merasakan ada suatu kejanggalan dalam hatinya jika ini tidak di selesaikan.

“Sa, kamu bisa jujur kan tentang semuanya. Kakak tahu ini bukan waktu yang tepat, tapi kalau bukan sekarang entah kapan Kakak bisa ketemu kamu lagi.” Ucap Aldo. Sasa menghela nafas pelan.

“Tapi Kakak kan udah punya Kak Lia, seharusnya Kakak nggak usah minta penjelasan apapun dari aku. Kalau Kak Lia tahu gimana?” Tanya Sasa.

“Kakak cuma butuh penjelasan dari kamu.” Jawab Aldo.

Akhirnya Sasa memutuskan untuk mencoba menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya pada Aldo. Walau pun dalam hatinya ia merasa bersalah karena tidak seharusnya ia seperti ini di saat Praz sedang sakit.

***

PRAZ-SA (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang