Seperti apa yang dikatakan Praz sebelumnya kini Sasa sedang berada di salah satu kedai kopi bersama Praz dengan beberapa buah buku yang tergeletak di atas meja milik Sasa.
“Cuma minum aja nggak mau sama makanannya?” Tanya Praz seraya meletakkan dua gelas jus mangga di atas meja mereka.
“Tadi gue pesen tahu lada garam, nanti di anterin sama mas nya.” Jawab Sasa sambil mengambil jus mangga miliknya.
“Sa..” Panggil Praz, dengan cepat Sasa menoleh ke arahnya.
“Kenapa?”
“Kayaknya aku nggak lanjut kuliah dulu.”
“Terus?”
“Aku mau kerja di Jepang.”
“Di suruh Ibu?”
“Nggak sih. Tiba-tiba aja aku berubah pikiran toh disana juga aku bisa kerja sambil kuliah kalau aku mau.” Sasa diam menatap kosong langit oranye dari jendela.
“Kamu nggak apa-apa kan?” Sasa menghela nafas pendek.
“Gue nggak apa-apa Praz. Lo bebas ngelakuin apapun yang lo mau kok.” Ucap Sasa yang kini sudah berpaling dari jendela dan menatap Praz.
“Ya.. tadinya kan kita mau kuliah di satu universitas yang sama cuma karena aku berubah pikiran jadinya kita nggak bisa kuliah bareng.”
“Kita mau kuliah bareng kan cuma karena kita mengidolakan perguruan tinggi yang sama dari kecil. Waktu itu kita nggak sama-sama janji kan?” Tanya Sasa kembali mengingat obrolan mereka mengenai perkuliahan.
“Iya sih. Oiya kamu udah belajar sampai mana buat SBMPTN nanti?” Tanya Praz mengalihkan pembicaraan.
“Tinggal bagian kuantitatif aja sih, soalnya kemarin ikut bimbingan online nilai gue masih rendah.” Tak lama Praz mengeluarkan buku paket kumpulan soal SBMPTN tahun lalu.
“Bagian mana yang kamu nggak ngerti? Biar aku bantu jelasin.” Sasa pun mengambil buku tersebut dan membuka halaman yang belum ia pahami. Kemudian Praz menjelaskan sedikit demi sedikit agar Sasa dapat memahaminya dengan baik. Setelah dirasa mengerti akan materi yang dijelaskan oleh Praz, Sasa pun mengerjakan Latihan soal yang ada pada buku tersebut.
Selama Sasa mengerjakan soal tak ada obrolan apapun yang terdengar karena Sasa sangat fokus mengerjakan Latihan soalnya. Melihat Sasa yang serius mengerjakan soal sambil sesekali memakan tahu pesananya Praz tersenyum simpul.
“Udah deh!” Ucap Sasa seraya menyerahkan buku Latihan soal tersebut pada Praz.
“Coba aku cek ya.” Praz mengecek satu persatu jawaban Sasa.
“Ini kenapa hasilnya gini sa?” Tanya Praz ketika melihat jawaban yang keliru.
“Mana?” Sasa menyengir canggung karena ia keliru menaruh angka pada lembar jawaban di salah satu nomor soal.
“Makannya jangan sambil makan tahu.” Praz menyentil pelan kening Sasa dan mempersilahkan Sasa untuk mengerjakan ulang jawaban yang salah.
“Mau pesen lagi nggak jus mangga nya? Aku pesenin kalau mau.” Tawar Praz.
“Boleh.” Praz pun beranjak dari duduknya untuk memesan kembali.
Saat Sasa sedang fokus mengerjakan ulang soal-soal yang salah tiba-tiba perempuan yang Sasa lihat tempo hari bersama Praz datang menghampirinya.
“Praz mana?” Tanya Kak Lia seraya duduk di kursi Praz. Sasa terkejut melihat kak Lia berada tepat di hadapannya.
“La-lagi pesan makanan kak.” Jawab Sasa dengan gugup karena masih terkejut. Kak Lia menghela nafas pelan. Lama terdiam tak ada obrolan Sasa merasa canggung karena terus perhatikan gerak-geriknya oleh kak Lia.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAZ-SA (SEGERA TERBIT)
Fiksi RemajaPerasaan memang selalu menjadi hal yang sulit di tebak oleh siapapun. Mencintai sebuah trauma? Entah lah, ini bisa dibilang cinta atau bukan. Sasa tidak pernah mengerti tentang perasaannya, selalu mencoba untuk melepaskan orang-orang yang pernah men...