Sepucuk surat

10 6 1
                                    

Waktu terasa berjalan begitu cepat, tak terasa empat bulan setelah pertemuan Sasa dengan Ibu Praz hubungan keduanya kian membaik. Kini Sasa tengah di sibukkan dengan kegiatan setelah ulangan kenaikan kelas, kegiatan ini dilaksanakan setelah kelulusan kakak kelas Sasa atau Angkatan Aldo.

Semenjak pertemuan di perlombaan beberapa bulan yang lalu, Sasa dan Aldo tidak pernah berkomunikasi lagi. Sasa pun tidak ingin ambil pusing atas hubungannya dengan Aldo apalagi sekarang posisinya Sasa sudah menjadi kekasih Praz.

Di pertengahan class meeting Sasa bersama Kai, Cika dan Reno bergegas menuju lapangan sepak bola untuk menyaksikan pertandingan futsal antar kelas. Kini saatnya kelas Praz bertanding dengan kelas Sasa. Ketika para pemain memasuki lapangan mata Sasa tertuju pada salah satu pemain. Ya, dia adalah Praz. Seulas  senyuman terukir ketika Praz juga menoleh ke arahnya. Melihat gelagat sahabatnya seperti orang tidak waras dan memperhatikan siapa saja yang ada di lapangan, Cika mendorong pelan bahu Sasa.

“Pantes senyum-senyum.” Cibir Cika.
Mendengar itu Sasa hanya tertawa kecil.

“Yaudah sih pacar gue ini.” Jawab Sasa sambil terkekeh.

“Percuma pacarana kalau nggak ada yang tahu. Ups!” Kini Reno ikut mengejek Sasa.

Kai tertawa ketika mendengar Reno ikut mengejek Sasa. Sasa mendelik kesal mendengar ejekan Reno. Keempatnya nya pun duduk di tepi lapangan untuk menyaksikan pertandingan futsal tersebut.

Saat pergantian babak Reno diminta untuk mengganti pemain kelas Sasa, dengan cepat ia menuju ke lapangan. Ketika pertandingan kembali dilanjutkan Reno berteriak dengan keras di tengah lapangan seraya menunjuk ke arah teman-teman kelas lain yang sedang menonton.

“YANG KALAH NGGAK BOLEH PACARAN SAMA KELAS YANG MENANG!” teriaknya dengan keras.

Merasa ditantang, tim kelas Praz pun menyetujui apa yang di ucapkan oleh Reno. Praz menanggapinya dengan tatapan tajam seraya tersenyum sinis ke arah Reno. Melihat respon Praz, Reno hanya tersenyum kecil merasa berhasil menantang sahabatnya itu dalam arti lain hubungan Praz dengan Sasa sedang di pertaruhkan di hadapan Reno.

“Kai, cowok lo emang sarap deh kayaknya.” Kesal Sasa setelah mendengarkan teriakan Reno.

“Tapi menurut gue itu bagus Sa.” Timpal Kai.

“Nah gue setuju. Kalau Praz kalah, otomatis lo putus sama dia HAHAHA.” Cika kembali mengejek Sasa.

“Sialan.” Umpat Sasa.

“Lagian gue kesel sama kalian, masa pacaran anak-anak sekolah nggak ada yang tahu. Nggak cape apa liat Praz di samperin sama cewek-cewek lain? Caper pula. Gue sih ogah.” Tutur Cika heboh.

Sasa tidak menanggapi celotehan Cika karena ia tahu itu akan panjang.

Pertandingan selesai dengan skor 2-1, kemenangan di raih oleh kelas Praz. Saat semua orang bersorak, Sasa pergi menjauh dari kerumunan untuk kembali ke kelasnya tanpa  sepengetahuan para sahabatnya.

Ketika hendak duduk di kursinya Sasa melihat sebuah amplop tergeletak di sana. Di iringi rasa penasaran Sasa membuka surat tersebut dan membacanya.

|“ Sa, kakak lagi butuh waktu buat sendiri. Maafin kakak akhir-akhir ini ya, kamu jaga diri baik-baik. Kalau sempat kakak mampir ke rumah atau ke sekolah buat ketemu kamu. Selamat kenaikan kelas adik manis. (Aldo Wiguna).”

Begitu kira-kira isi surat yang Sasa baca.

Sasa memasukan surat tersebut ke dalam tas nya. Tiba-tiba Praz datang dengan membawa segelas jus mangga di tangannya.

“Kok sendirian?” Tanya Praz seraya menyodorkan jus yang ia bawa untuk Sasa.

Sasa menerima jus tersebut dan mengucapkan terima kasih pada Praz kemudian meminumnya.

“Kelas aku udah selesai main.” Jawab Sasa singkat.

“Bener?” Tanya Praz tidak percaya.
Sasa hanya mengangguk kecil.

“Kenapa nggak ikut Reno ke kantin?” Tanya nya lagi.

“Nggak mau aja. Kamu kenapa nggak di lapangan? Nggak selebrasi kemenangan kelas kamu?” Tanya Sasa beruntun.

Praz tersenyum mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Sasa.

“Kamu nggak mau liat aku di kerumunin adik-adik gemas?” Ejek Praz setelah mengerti apa yang di maksud Sasa dari pertanyaannya.

“Nggak kok.” Balas Sasa cepat.

“Lagian masih mending aku dari pada mereka.” Tambahnya dengan pelan tapi masih bisa di dengar oleh Praz, karena di kelas Sasa hanya ada mereka berdua.

“Apa? Apa?” tanya Praz pura-pura tidak mendengar.

Keduanya tertawa merutuki tingkah laku Sasa.

Tak lama Kai, Reno dan Cika menghampiri Praz dan Sasa yang asik mengobrol sambil sesekali tertawa bersama.

“Duh kok panas ya kelas?” Cika mengibaskan tangan ke arah wajahnya sambil tersenyum mengejek Sasa.

“Hahaha. Si Bapak gercep banget, takut di ambil orang nih kayaknya.” Ucap Reno menimpali.

“Pacar gue banyak yang suka Ren kalau lo mau tahu.”  Timpal Praz sambil tertawa kecil.

“Pasti sih. Udah cantik, pinter di tambah sebentar lagi jadi ketua umum paskibra. Paket komplit lah. Minusnya galak dikit sama ketus.” Kali ini Kai ikut menimpali.

Praz tersenyum mendengar ucapan Kai.

“Masih mau diem-dieman?” Tanya Cika pada Praz.

Sebelum Praz menjawab pertanyaan Cika dengan cepat Sasa pergi keluar kelas menghindari obrolan yang tidak ingin Sasa dengar. Menyadari hal tersebut Kai pergi mengejar Sasa. Reno yang melihat tingkah laku keduanya langsung menyentil kening Cika.

“Mulut lo kayaknya perlu gue lakban deh!” Kesalnya.

“Loh gue kan nanya bener. Emang lo nggak kasian sama Sasa setiap hari ngeliat si Praz di deketin cewek lain? Gua sih kasian.” Cerocos Cika.

“Dia yang minta Cik.” Timpal Praz.

“Kenapa?” Tanya Cika penasaran.

“Ya.. nggak mau aja. Toh gue juga nggak masalah kalau dia nggak mau publish hubungan kita.” Jelas Praz.

“Susul Kia sama Sasa gih!” Titah Reno.

Cika pun pergi meninggalkan Praz dan Reno untuk mencari keberadaan Sasa dan Kai.

“Gue bingung Ren.” Ucap Praz seketika setalah memastikan Cika sudah menjauh dari sana.

“Kenapa? Lo selingkuh?” Tanya Reno asal.

Dengan cepat Praz memukul pelan kepala Reno.

“Mulut lo sama aja kaya Cika.” Kesalnya.

Sorry bro hehe.” Ucapnya seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Waktu nona gue ajak ke rumah dan ngobrol sama Ibu, gue curiga Ibu ngasih isyarat ke  nona buat nerima kalau suatu saat gue bakal pergi.” Jelas Praz jujur.

“Emang lo mau kemana?” Tanya Reno serius.

“Gue belum tahu. Tapi yang pasti setelah lulus gue nggak bakal kerja di Indonesia.”

“Nona tahu lo sakit?”
Praz menggelengkan kepalanya.

“Kapan lo ngasih tahu nona?”

“Gue belum siap Ren. Gue juga nggak mau nona sedih karena tahu gue sakit.”

“Jangan bilang setelah lulus lo mau tinggalin nona?” Tanya Reno cepat.

Tanpa menjawab pertanyaan Reno, Praz pergi meninggalkan Reno sendirian di kelasnya. Dengan cepat Reno mengejar Praz akan tetapi ketika melihat keluar kelas Praz sudah tidak ada akhirnya Reno memutuskan untuk menyusul Sasa dan yang lainnya setelah mendapat kabar dari Kai kalau mereka sedang berada di kantin.

***

PRAZ-SA (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang