Ruang kurikulum kini sedang di penuhi oleh anak prakerin yang tengah sibuk membuat buku induk sekolah.
“Sa, lo bisa baca puisi buat acara besok?” Tanya Adam tiba-tiba memecah keheningan di ruangan tersebut.
“Lo gila dam? Gue lagi banyak kerjaan gini lo suruh gue baca puisi? Emang anak osis pada nggak bisa?” Jawab Sasa kesal.
“Nggak bisa dan nggak ada soalnya informasi yang gue dapet mendadak banget. Nanti jam istirahat lo ketemu ketos ya, sama gue.” Jelas Adam.
Sesaat setelah itu Adam Kembali melanjutkan pekerjaannya. Jam istirahat pun tiba, seperti yang Adam katakan sebelumnya, keduanya pun bergegas pergi menuju ruang osis untuk bertemu Marcel, ketua osis.
Tok.. tok.. tok.. *Adam mengetuk pintu.
“Ijin masuk ruangan..” Ucap Adam seraya memasuki ruang osis. Setelah beberapa menit di dalam ruang osis, Adam pun keluar bersama Marcel.
“Lo Clarisa ya?” Tanya Marcel.
Sasa hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban kepada Marcel.“Jadi gini Sa, besok kan hari sumpah pemuda. Kesiswaan minta osis untuk nyiapin acara besok dan harus ada pembacaan puisinya tapi semua anak osis nggak ada yang bisa baca puisi. Terus Adam ngusulin lo buat baca puisi besok, karena Adam bilang lo suka puisi. Jadi gimana?” Ucap Marcel menjelaskan maksudnya.
“Yaudah.” Jawab Sasa singkat.
“Oke kalau begitu besok pake baju kebaya ya, makasih Sa sebelumnya.” Ucap Marsel lagi seraya menyunggingkan seulas senyuman.
“Gue keruangan duluan kalau gitu.” Ucap Sasa sembari bergegas pergi dari hadapan Marcel. Sesaat setelahnya Adam berlari mengejar Sasa dan menyetarakan jarak tubuhnya dengan Sasa. Dengan kesal Sasa mencaci Adam.
“Lo emang beneran gila ya dam! Gue kan nggak ada kebaya di kost-an. Gue nggak mau kalau harus cari pinjaman.” Ucap Sasa kesal masih dengan langkah cepatnya.
“Tenang sa, gue ada punya kakak. Besok gue bawa, nanti lo tinggal pake aja. Gimana?” ujar Adam meyakinkan.
“Bener?” Sasa merasa ragu dengan ucapan Adam.
“Iya Clarisa Jovanka.” jawab Adam.
Keduanya pun berjalan menuju ruang prakerin dan melanjutkan pekerjaan.***
Keesokan harinya Sasa terlihat panik karena bangun sedikit terlambat akibat menyiapkan puisi semalam. Dengan tergesa-gesa Sasa memasuki ruang prakerin tanpa permisi dan mengejutkan Kai yang tengah asik memainkan ponsel kesayangannya.
“Kai Adam udah datang? Dia ada nitipin kebaya nggak sama lo?” Tanya Sasa beruntun.
“Astaga Sasa! Tuh ada dimeja. Lagian buat apasih, lo mau nikah pake kebaya segala.” Jawab Kai.
“Sembarangan! Gue harus ke lapangan Kai. Mau baca puisi yang gue certain kemarin.” Jawab Sasa dengan panik.
Setelah itu Sasa pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaian lalu menemui Marcel di ruang osis.
Tok..tok..tok *Sasa mengetuk pintu
“Permisi ijin masuk ruangan.” Ucap Sasa seraya memasuki ruang osis.“Sorry, gue nggak telat kan?” Tanya Sasa tak enak pada Marcel.
“Nggak kok, gimana? Lo udah siap?” Tanya Marcel.
“Udah.” Jawab Sasa cepat.
“Yaudah ayo ke lapangan, Pembina udah nunggu di sana.” Ajak Marcel.
Sasa dan Marcel bergegas ke lapangan. Sesampainya disana Sasa langsung membacakan puisi yang telah disiapkan semalam diiringi dengan riuh tepuk tangan dari siswa-siswi yang berada di lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAZ-SA (SEGERA TERBIT)
Teen FictionPerasaan memang selalu menjadi hal yang sulit di tebak oleh siapapun. Mencintai sebuah trauma? Entah lah, ini bisa dibilang cinta atau bukan. Sasa tidak pernah mengerti tentang perasaannya, selalu mencoba untuk melepaskan orang-orang yang pernah men...