Seluruh ketua organisasi dan ketua kelas sedang berkumpul di salah satu ruang kelas guna membahas acara kelulusan yang mereka rencanakan. Sasa ditunjuk Marcel untuk menjelaskan rancangan acara yang telah di rundingkan kemarin. Setelah diskusi selesai, satu persatu dari mereka meninggalkan ruang kelas tersebut. Kini tersisa Marcel, Sasa, Kai dan Adam. Tapi sesaat kemudian Kai berpamitan untuk menyusul Reno karena ada keperluan mendesak.
“Kesepakan udah ada. Sekarang kita tinggal menghadap ke kepala sekolah.” Ucap Marcel sambil tersenyum lebar.
“Yaudah sana.” Titah Cika.
“Loh kok gue?” Tanya Marcel tak terima.
“Lo kan ketuplak nya bego.” Jawab Cika kesal.
“Sama Adam noh.” Tambahnya.
“Eits… tidak bisa, gue ada perlu abis ini jadi nggak bisa lama.” Setelah mengucapkan hal tersebut, Adam bergegas pulang.
“Yaudah lo sama Sasa kalau gitu.” Ucap Cika.
“Kok gue sih? lo aja.” Bantah Sasa.
“Mohon maaf ya Bapak Ibu komandan sekalian, saya tidak bisa banyak bicara di hadapan para petinggi sekolah hehe.” Timpal Cika di akhiri cengiran lebarnya.
“Yaudah, biar gue sama Clarisa yang menghadap.” Sahut Marcel. Merasa tak terima dengan cepat Sasa membantah keputusan Marcel.
“Enak aja. Lo nggak liat gue pakai apa? Tampilan gue nggak sopan buat menghadap kepsek.” Kesal Sasa, karena saat ini ia menggunakan jelana jeans panjang serta jaket jeans dengan gambar monster di punggungnya. Jadi sangat tidak di sarankan untuk menggunakan pakaian tersebut ketika menghadap petinggi sekolah.
“Pasti dimaklumi lah.” Ucap Marcel.
“Udah ayo, keburu pulang beliau nya.” Marcel menarik lengan Sasa menuju ruang kepala sekolah yang memang dekat dengan lapangan. Ternyata di lapangan terdapat siswa-siswi yang sedang melakukan pelatihan fisik, Sasa melihat Praz menatap ke arahnya sambil melambaikan tangan. Sasa merutuki dirinya dalam hati karena membiarkan Marcel menariknya begitu saja. Ia yakin setelah ini pasti ada keributan antara Praz dengan dirinya.
“Lepasin!” Perlahan Marcel melepaskan genggamannya setelah mereka sampai di ruang kepala sekolah. Dengan sopan keduanya memasuki ruang kepala sekolah dan menyampaikan maksud dan tujuan mereka sesuai kesepakatan yang diperoleh saat diskusi tadi.
Marcel berpamitan kepada Sasa setelah dirasa semuanya selesai, mereka tinggal melaksanakan perencanaan di hari H. Sasa pergi menemui Cika yang sedang menuggunya di koridor sekolah.
“Pulang sekarang yuk!” Ajak Sasa.
“Bentar, gue mau ngabarin temen gue dulu. Ada perlu sebentar.” Ketika sedang menunggu Cika menyelesaikan urusannya, dari arah ujung koridor terlihat Praz berjalan ke arah Sasa.
“Nungguin apa?” Tanya Praz setelah sampai di hadapan Sasa.
“Cika.” Jawab Sasa sigkat.
“Mana?” Tanya nya lagi.
“Lagi ketemu temennya dulu, katanya sih ada urusan.” Sasa memperhatikan Praz yang bersandar di tembok sambil memejamkan matanya.
“Capek ya?” Tanya Sasa. Praz menggelengkan kepalanya.
“Terus?” Tanya Sasa lagi seraya mengusap kening Praz yang dipenuhi keringat. Tak lama Praz mengela nafasnya.
“Emang harus pegangan tangan ya?” Tanya Praz, Sasa terdiam beberapa saat.
“Kenapa diem?” Tanya Praz lagi karena tidak ada jawaban dari Sasa atas pertanyaannya.
“Dia narik aku Praz, maksa buat ketemu kepsek.” Jawab Sasa pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAZ-SA (SEGERA TERBIT)
Teen FictionPerasaan memang selalu menjadi hal yang sulit di tebak oleh siapapun. Mencintai sebuah trauma? Entah lah, ini bisa dibilang cinta atau bukan. Sasa tidak pernah mengerti tentang perasaannya, selalu mencoba untuk melepaskan orang-orang yang pernah men...