Seleksi olimpiade

5 2 0
                                    

Setelah jam istirahat, satu sekolah riuh karena akan di adakan seleksi Olimpiade Matematika tingkat Provinsi se-Jawa Barat. Masing-masing wali kelas mengirimkan murid terbaiknya untuk mengikuti seleksi di sekolah besok.  Cika datang mehampiri Sasa dengan membawa dua botol air mineral ke arahnya.

“Lo nggak ikutan seleksi Sa?” Tanya nya seraya memberikan botol mineral tersebut.

Dua hari sebelumnya Sasa mengikuti Olimpiade Matematika tingkat Nasional secara online dan berhasil meraih medali emas. Namun, karena ia ingin memberikan kesempatan kepada teman-teman yang lain Sasa memilih untuk tidak mengikuti seleksi pada olimpade kali ini.

“Gue nggak dulu deh, lagian mau ada lomba paskib bulan depan.” Jawab Sasa.

“Pulang jam berapa lo semalem?” Tanya Cika .

“Jam 9 mungkin, gue lupa.” Saat sedang mengobrol dengan Cika tiba-tiba Reno menghampiri mereka.

“Heh cewek galak, judes tukang KDRT, lo kenapa sih hah? Cape banget gue perasaan.” Ucap Reno dengan kesal. Cika memutar bola matanya malas, sedangkan Sasa hanya menatap Reno dengan datar.

“Lo yang kenapa? Datang-datang ngomel kayak emak-emak komplek.” Cika kesal dengan kehadiran Reno yang berisik.

“Pulang sama Marcel lo semalem?” Tanya Reno pada Sasa tidak memperdulikan ucapan Cika kepadanya. Sasa hanya berdeham dan menganggukan kepalanya.

“Gue juga aneh kenapa si Praz masih suka sama cewek kutub, jutek kaya lo.” Mendengar Reno terus saja memaki Sasa dengan kencang Cika memukul lengan Reno menggunakan botol air mineral.

*Bugh

“Apasih lo? Kesurupan ya?” Kesal Reno pada Cika.

“Lo yang kenapa? Ngapain lo maki-maki sahabat gue kaya gitu? Punya masalah lo hah? Ayok lawan gue kalau berani!” Mendengar ucapan Cika dengan cepat ia mencubit lengan Cika dengan kencang.

“AWWWW RENO BIADAAAAAABBBB!!” Setelah mencubit Cika, Reno berlari dengan kencang keluar kelas sambil tertawa terbahak-bahak.

“Lo ada masalah apa sih sama dia?” Tanya Cika setelah memastikan Reno sudah menjauh dari kelasnya.

“Nggak ada.” Jawab Sasa acuh.

“Praz?”

“Nggak.” Tiba-tiba Cika memicingkan matanya. Merasa risih dengan tatapan Cika, Sasa memukul lengan Cika pelan menggunakan botol air mineral yang sedari tadi ia pegang.

“Apa?”

“Jangan-jangan berita yang beredar kalau lo sama Marcel jadian itu bener?” Tanya Cika seraya mendekatkan wajahnya ke arah Sasa dengan cepat Sasa mendorongnya.

“Ngaco lo! Denger dari mana?”

“Kantin lah. Nggak adik kelas, temen seangkatan semua ngomongin lo. Pulang prakerin bukannya denger berita heboh apa gitu eh taunya berita ketua osis sama ketua paskibra yang jadian.” Tutur Cika.

“Kapan kalian jadian?”

“Gue nggak jadian sama siapa pun Cika. Kalian semua sama aja, sama-sama rese!” Sasa pergi meninggalkan Cika sendirian di kelas dengan wajah terkejutnya.

“Wtf! WOY KUTUB KEMANA LO?  TUNGGUIN GUE!” Teriak Cika  berlari mengejar Sasa keluar kelas.

Keesokan harinya perwakilan murid yang ikut seleksi olimpiade di sekolah terlihat khusyuk mengerjakan soal di ruang teori 13. Sasa hanya memperhatikan dari jauh dan tersenyum ke arah salah satu guru yang juga menatap ke arahnya. Tak lama Sasa pun berjalan ke arah lapangan basket untuk berlatih paskibra.

PRAZ-SA (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang