Chapter 05

1.9K 237 10
                                    

MEREKA tiba di reruntuhan yang kemungkinan bekas kastil, mereka semakin yakin karena bagian depannya berupa barbican. Barbican adalah pos terdepan atau gerbang yang dibentengi, biasanya digunakan untuk tujuan pertahanan. Namun, kini barbican yang ada di hadapan Aalisha sudah tak berbentuk, bebatuannya terkikis, sebagian hancur dan menyatu dengan tanah. Berada di dalam setelah mengabaikan barbican atau gerbang pertama kastil ini---untung saja tak ada hambatan masuk ke reruntuhan ini---Aalisha dan tuan Thompson berada di sebuah halaman atau taman dari reruntuhan ini yang ternyata luas juga.

Kemungkinan dinding yang mengelilingi taman ini terbuat dari batu andesit dengan warna abu-abu. Terlihat sudah terkikis bebatuan ini, tetapi masih kokoh mengelilingi taman yang dipenuhi rerumputan liar, sebenarnya ada beberapa bunga seperti mawar, hanya saja tidak begitu terawat. Di taman ini, ada tangga yang kemungkinan mengarah ke sisi lain kastil. Melangkah pelan memasuki taman dengan menginjak tanah pasir dan rerumputan. Terdapat meja besar yang terbuat dari batu pula, antara batu split atau andesit yang sama dengan material dindingnya. Di meja yang besar itu, kursinya terbuat dari batu, ada enam kursi di sana dan mengejutkannya di setiap kursi terdapat patung batu yang posisi mereka seolah-olah sedang menghadiri acara makan besar atau malah mengadakan rapat penting? Namun, jelasnya patung-patung tersebut sudah tak begitu bisa dikenali wajahnya karena terkikis bahkan ada yang tertutupi lumut dan dedaunan.

Sebenarnya bukan hal yang mengherankan jika menemukan hal-hal seperti ini, patung di sebuah kastil, patung di tempat antah-berantah, atau hal unik lainnya karena keanehan selalu banyak di Athinelon. Tak heran pula jika akan ada monster yang tiba-tiba muncul di reruntuhan ini.

"Apa ini relief?" ujar Aalisha yang kini berjongkok kemudian memperhatikan dinding yang ternyata ada ukiran reliefnya.

"Kurasa benar," sahut tuan Thompson mendekati Aalisha.

"Tentang apa?" tanya Aalisha karena diperhatikan lebih jeli relief di dinding ini mengukir sosok manusia yang lengkap dengan baju zirah, kemudian manusia dengan pakaian bangsawan lalu para rakyat yang terlihat bersujud di hadapannya, ada pula relief beberapa orang dengan pakaian panjang sedang berkumpul dan seperti berdiskusi, terlihat pula ada ukiran tikus, kemudian sisanya tak begitu terlihat karena reliefnya hancur dan menghitam.

"Sebentar, biar kupahami dulu Yang Mulia." Tuan Thompson tidak merasa familiar dengan relief ini, tidak pula ada kaitan dengan cerita-cerita zaman dulu yang ia ketahui.

"Apa orang-orang yang berkumpul ini, sama seperti patung di belakang kita. Lalu ada tikus terus relief yang menghitam ini, seperti sayap naga?" tanya Aalisha, semakin dia mendekati dinding tersebut kemudian diperhatikan begitu dalam.

"Kurasa ini relief yang dibuat pemilik kastil tanpa mengambil referensi sejarah karena aku tak mengingat apa pun yang berkaitan dengan sejarah atau kisah para pahlawan," ujar tuan Thompson.

"Mengecewakan." Aalisha pun berdiri. Ia mengedarkan pandangannya. "Kurasa kita bisa berpencar agar cepat selesai mencari tahu akan reruntuhan ini."

"Anda benar Yang Mulia. Aku akan pergi ke sebelah sana, jika terjadi sesuatu, jangan segan untuk berteriak memanggilku atau gunakan pedang Anda untuk menyerang."

Aalisha melirik tajam pada tuan Thompson. "Pada siapa Anda berkata seperti itu? Aku bisa melindungi diriku." Lekas Aalisha melenggang pergi. Sementara itu, tuan Thompson terkekeh kecil karena tingkah si gadis kecil.

"Bagaimana pun juga, dia masih anak-anak," gumam tuan Thompson segera menuju bagian lain dari reruntuhan ini.

****

Aalisha menatap patung besar yang terbuat dari batu andesit. Patung ini berupa patung kesatria yang membawa pedang, tidak ada keunikan karena sudah biasa patung-patung seperti ini menjadi pajangan di suatu kediaman terutama mansion atau kastil para bangsawan. Perlahan Aalisha sentuh patung tersebut karena rasa penasaran, ternyata jemarinya malah jadi kotor akibat debu di patung tersebut. Dia menggeleng karena tak menemukan apa pun di sini. Jadi beralih menaiki tangga yang menuju sisi timur kastil ini. Di sepanjang anak tangga, cukup banyak tanaman yang merambat serta lumut hijau. Aalisha temukan beberapa patung juga yang sebagian masih berdiri kokoh, sebagian lagi sudah hancur bahkan kepalanya terpisah dari badannya. Kini di sisi lain kastil, Aalisha menatap lautan terhampar luas serta deburan ombak yang tepat berada di bawah tebing kastil ini jika dia menengok sedikit ke bawah.

Book II: The Arcanum of AalishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang